6 Kesulitan Typhoon Trading Ikut Penawaran Lelang di Typhoon Family

- Typhoon Trading tidak memiliki gudang penyimpanan yang memadai, menyebabkan risiko keterlambatan pengiriman dan kerusakan barang.
- Perusahaan tidak memiliki kapal sendiri untuk distribusi, sehingga harus menyewa dengan biaya tinggi dan sulit mengendalikan jadwal distribusi.
- Kekurangan transportasi darat yang memadai membuat biaya membengkak dan risiko keterlambatan meningkat, menambah tekanan pada perusahaan.
Mengikuti penawaran lelang penyediaan jasa dan barang pemerintah bukan perkara mudah, apalagi bagi perusahaan kecil yang sedang bangkit seperti Typhoon Trading di drakor Typhoon Family. Dalam drama ini, Kang Tae Poong (Lee Jun Ho) digambarkan sebagai sosok yang gigih dan visioner, tetapi sumber daya yang dimiliki perusahaannya sangat jauh dari ideal. Meski begitu, peluang tender pemerintah yang muncul di episode 11-12 drakor ini, terlalu berharga untuk dilewatkan, sehingga Kang Tae Poong memilih maju, meski harus menghadapi segudang keterbatasan teknis, finansial, dan operasional.
Keikutsertaan Typhoon Trading dalam penawaran lelang bukan sekadar soal bisnis, tetapi juga bukti keteguhan Kang Tae Poong dalam membuktikan bahwa perusahaan ayahnya masih layak berdiri. Namun, prosesnya penuh tekanan dan kesulitan, terutama karena mereka tidak memiliki fasilitas dasar yang seharusnya dimiliki penyedia barang skala besar. Berikut enam kesulitan terbesar yang dihadapi Typhoon Trading saat mengikuti penawaran lelang pemerintah di Typhoon Family, lengkap dengan dinamika yang membuat perjuangannya semakin dramatis.
1. Tidak memiliki gudang penyimpanan

Salah satu syarat penting dalam tender pemerintah adalah kemampuan menyediakan barang dalam jumlah besar dan menyimpannya dengan aman sebelum distribusi. Masalahnya, Typhoon Trading bahkan tidak memiliki gudang permanen. Ketiadaan fasilitas ini membuat mereka harus memutar otak mencari tempat penyimpanan sementara yang biayanya masih bisa ditanggung.
Setiap keputusan yang mereka ambil soal lokasi gudang selalu penuh risiko, karena kesalahan sedikit saja bisa membuat barang telat dikirim atau rusak. Kekurangan ini menjadi salah satu beban mental terbesar bagi Kang Tae Poong sebagai pemimpin.
2. Tidak memiliki kapal untuk distribusi

Kesulitan berikutnya muncul pada kebutuhan distribusi skala besar yang mengharuskan penggunaan kapal. Perusahaan besar biasanya punya armada sendiri atau kontrak tetap dengan penyedia jasa kapal, tetapi Typhoon Trading tidak punya keduanya.
Mereka terpaksa menyewa kapal dalam waktu singkat dengan biaya tinggi, membuat perhitungan anggaran semakin berat. Selain itu, tanpa kapal sendiri, jadwal distribusi jadi sulit dikendalikan karena mereka harus menyesuaikan diri dengan penyedia layanan. Kondisi ini membuat ketegangan terus meningkat selama proses persiapan tender.
3. Tidak ada transportasi darat yang memadai

Masalah logistik tidak berhenti di laut. Typhoon Trading juga kekurangan transportasi darat, terutama truk untuk mengangkut barang dari gudang menuju pelabuhan dan dari pelabuhan menuju tujuan akhir.
Ketergantungan pada jasa pihak ketiga membuat biaya membengkak dan risiko keterlambatan meningkat. Kang Tae Poong harus menegosiasikan banyak pihak sekaligus dan memastikan kontrak yang diambil tidak merugikan. Padahal kapasitas perusahaan sangat terbatas dan tidak semua penyedia mau bekerja sama dengan perusahaan yang kecil dan belum stabil.
4. Biaya deposit yang sangat mepet

Setiap tender pemerintah biasanya mewajibkan penyedia untuk menyertakan uang deposit sebagai bentuk jaminan. Typhoon Trading yang masih goyah secara finansial, merasakan tekanan luar biasa untuk memenuhi syarat ini. Mereka harus melakukan perhitungan ulang, memotong anggaran, dan bahkan mengorbankan beberapa hal demi memastikan deposit bisa dibayar.
Kang Tae Poong terus berpacu dengan waktu sambil menjaga agar kondisi finansial tidak jebol. Deposit menjadi tembok besar yang hampir tidak mungkin dilewati, tetapi mereka tetap memaksakan diri demi kesempatan besar tersebut.
5. Harus memotong jalur distribusi secara ekstrem

Agar dapat mengajukan harga penawaran yang kompetitif, Typhoon Trading harus memangkas jalur distribusi sampai titik paling efisien. Mereka mencari pabrik yang bisa memberikan harga termurah, memotong perantara, dan mengurangi biaya logistik sebanyak mungkin.
Namun langkah ini sangat berisiko karena salah sedikit, kualitas barang atau ketepatan waktu pengiriman bisa terganggu. Meski begitu, Kang Tae Poong tetap memilih mengambil risiko demi menjaga peluang menang tender. Keputusannya ini menunjukkan keberanian sekaligus tekanan besar yang harus ia hadapi.
6. Perhitungan laba tidak bisa besar

Dengan semua pemotongan biaya, sewa kapal yang mahal, dan deposit yang menekan, margin keuntungan Typhoon Trading menjadi sangat minim. Bahkan sedikit kesalahan perhitungan bisa berubah menjadi kerugian besar.
Kang Tae Poong sadar betul risiko ini, tetapi ia tetap melanjutkan proses tender demi membuktikan kemampuan perusahaan dan mengembalikan reputasi keluarga. Kesempitan laba menjadi salah satu tantangan paling nyata yang terus menghantui mereka dari awal hingga akhir proses lelang.
Keseluruhan perjalanan Typhoon Trading saat mengikuti tender pemerintah menggambarkan betapa kerasnya dunia bisnis dalam Typhoon Family. Setiap keputusan Kang Tae Poong selalu berada di antara keberanian dan keputusasaan, antara idealisme dan kenyataan pahit.



















