Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kritik Sosial yang Ada di Drakor Nine Puzzles, Cerminan Realitas

Kim Da Mi dan Son Suk Ku di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneypluskr)
Kim Da Mi dan Son Suk Ku di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneypluskr)

Drama Korea Nine Puzzles tidak hanya menawarkan kisah kriminal yang menegangkan, tetapi juga menyimpan lapisan-lapisan makna yang lebih dalam. Di balik kasus pembunuhan berantai yang penuh misteri, banyak penonton mulai berspekulasi bahwa drama ini menyisipkan kritik sosial terhadap sistem hukum, tekanan masyarakat, dan trauma kolektif yang kerap terabaikan. Ketegangan antara logika dan intuisi, antara profesionalisme dan luka masa lalu, membuat drakor Nine Puzzles lebih dari sekadar drama detektif biasa.

Jika kamu mengira cerita ini hanya soal siapa pembunuhnya, kamu mungkin melewatkan teka-teki tersembunyi yang sebenarnya. Nah, kita akan membongkar beberapa teori menarik dan jarang dibahas orang, termasuk apakah sang pembunuh adalah simbol dari kerusakan sosial yang lebih besar. Yuk, simak teori tersembunyi dalam Nine Puzzles yang bisa mengubah cara kamu memandang drama ini!

1. Pembunuhan berantai sebagai simbol trauma kolektif

Son Suk Ku di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneyplushotstarid)
Son Suk Ku di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneyplushotstarid)

Kasus pembunuhan dalam Nine Puzzles tak hanya menguji kemampuan detektif dalam menguraikan teka-teki, tetapi juga merefleksikan luka sosial yang tertanam dalam masyarakat. Setiap korban memiliki latar belakang yang tampak biasa, namun jika dicermati lebih dalam, mereka semua terhubung melalui pengalaman kekerasan atau ketidakadilan sistemik. Hal ini bisa diartikan bahwa sang pembunuh tidak memilih korban secara acak, melainkan menyerang mereka yang merepresentasikan sisi kelam kehidupan urban yang penuh tekanan.

Jika dilihat dari sudut pandang metaforis, pembunuhan-pembunuhan tersebut seolah menyuarakan kegagalan sistem sosial dalam melindungi individu dari trauma yang terus membekas. Sang pembunuh mungkin adalah figur simbolik yang muncul dari kemarahan kolektif, menjadikan pembunuhan sebagai bentuk perlawanan ekstrem. Alih-alih menjustifikasi kejahatan, drama ini seolah menggugat kita, yakni bagaimana jika dunia ini ikut bertanggung jawab atas terbentuknya seorang pembunuh?

2. Teka-teki yang mengkritik sensasionalisme media

Son Suk Ku di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneyplushotstarid)
Son Suk Ku di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneyplushotstarid)

Setiap kasus pembunuhan dalam drakor Nine Puzzles disorot media secara masif, dan respons masyarakat begitu cepat terbentuk tanpa investigasi mendalam. Ini mencerminkan bagaimana media saat ini sering kali memanfaatkan tragedi sebagai komoditas. Drama ini menyisipkan kritik halus terhadap peran media yang terlalu cepat membentuk opini publik, bahkan sebelum fakta benar-benar terungkap.

Sensasi yang dibangun media dalam drama ini memperlihatkan bahwa masyarakat modern lebih tertarik pada "siapa pelaku"-nya ketimbang memahami akar masalahnya. Ini adalah sindiran tajam bahwa terkadang keadilan dikaburkan oleh kebutuhan akan klik dan rating. Drama ini mengajak kita berpikir ulang: apakah kita benar-benar peduli dengan kebenaran, atau hanya mencari hiburan dari tragedi orang lain?

3. Kode dalam puzzle sebagai kritik pada sistem pendidikan

Kim Da Mi di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneypluskr)
Kim Da Mi di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneypluskr)

Teka-teki dalam setiap kasus selalu menampilkan elemen logika, pengetahuan umum, dan permainan kata yang kompleks. Hal ini bisa dilihat sebagai sindiran terhadap sistem pendidikan yang terlalu menekankan kemampuan kognitif tanpa memperhatikan empati atau nilai moral. Pembunuh menggunakan kode sebagai bentuk ujian, seolah mengatakan bahwa hanya mereka yang pintar yang layak memahami pesan di balik tindakannya.

Dalam sudut pandang ini, pembunuh bukan sekadar psikopat, melainkan produk dari sistem yang menghargai kecerdasan tanpa kepekaan sosial. Drama ini mengajak penonton untuk mempertanyakan, "Apakah pendidikan kita membentuk manusia yang bijak, atau hanya menciptakan individu yang mampu memecahkan soal tanpa memahami makna kehidupan?" Ini membuat Nine Puzzles lebih dalam daripada yang terlihat di permukaan.

4. Apakah pelaku hanya satu atau tanda-tanda gerakan kolektif?

Kim Da Mi di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneyplushotstarid)
Kim Da Mi di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneyplushotstarid)

Meski sejauh ini pelaku digambarkan tunggal, ada petunjuk bahwa bisa saja lebih dari satu orang terlibat dalam pembunuhan berantai ini. Pola aksi yang kompleks dan variasi dalam metode pembunuhan membuka kemungkinan adanya kerja sama atau bahkan gerakan kolektif. Jika benar, maka pembunuhan ini bukan hanya aksi individu, melainkan bentuk protes sosial terorganisir terhadap ketidakadilan.

Teori ini memperkuat dugaan bahwa ada kelompok atau komunitas yang merasa dirugikan oleh korban. Mereka tidak mendapat tempat dalam sistem untuk menyuarakan penderitaan mereka, sehingga memilih jalan ekstrem. Dalam konteks ini, Nine Puzzles tidak lagi hanya drama kriminal, tapi juga narasi tentang bagaimana masyarakat yang terpinggirkan bisa menuntut keadilan dengan cara mereka sendiri.

5. Polisi selalu terlambat, kritik terhadap sistem penegak hukum?

Son Suk Ku di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneyplushotstarid)
Son Suk Ku di KDrama Nine Puzzles (instagram.com/disneyplushotstarid)

Menariknya, dalam drakor Nine Puzzles, tim kepolisian terlihat selalu satu langkah di belakang pelaku. Seolah-olah, kejahatan terjadi karena penegak hukum tidak mampu membaca pola yang sedang terjadi. Hal ini bisa dibaca sebagai sindiran terhadap sistem hukum yang seringkali lambat, birokratis, dan gagal menangani kasus-kasus penting tepat waktu.

Pelaku mungkin tahu bahwa tak ada keadilan yang bisa ia dapatkan dari jalur resmi, sehingga ia memilih jalannya sendiri. Ini menciptakan diskusi moral yang menarik, "Apakah pelaku benar-benar jahat, ataukah ia korban yang dipaksa menjadi penjahat?" Drama ini tidak hanya mengisahkan pembunuhan, tetapi juga memberi cermin pada kegagalan sistem hukum yang membiarkan kejahatan terulang tanpa penyelesaian nyata.

Nine Puzzles bukan hanya drama kriminal biasa, melainkan refleksi tajam terhadap berbagai isu sosial yang sering terlewatkan. Lewat pembunuhan berantai dan teka-teki cerdas, drama ini mengajak penonton untuk merenungi apa arti keadilan sesungguhnya. Mungkin, teka-teki paling sulit bukanlah siapa pelakunya, tetapi mengapa kita membiarkan sistem menciptakan pelaku itu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us