7 Tips Mengatasi Insecure ala Drakor The Winning Try, Jadi Lebih Pede!

Drama Korea The Winning Try (2025) menghadirkan kisah yang lebih dari sekadar pertandingan rugbi antarpelajar. Tokoh utamanya, Yoon Seong Jun (Kim Yo Han), menjadi gambaran nyata bagaimana rasa insecure dapat tumbuh dalam diri seseorang meski tampak kuat di luar. Sebagai kapten tim rugbi SMA Hanyang, Seong Jun harus selalu terlihat tegas, percaya diri, dan mampu memimpin tim di lapangan.
Namun, di balik wajah tenang yang ia tampilkan, ada perasaan rapuh yang sulit ia sembunyikan. Hidupnya terus dibayangi oleh perbandingan dengan saudara kembarnya, Yoon Seok Jun, seorang pemain sepak bola profesional di Spanyol. Perhatian sang ibu yang lebih banyak tercurah kepada Seok Jun membuat Seong Jun semakin merasa tersisih, ditambah lagi dengan tekanan dari cedera bahu yang mengganggu performanya.
Ketika Mun Ung (Kim Dan), pemain baru berbakat, hadir di tim, rasa insecure Seong Jun semakin kuat. Alih-alih menjadi motivasi, sorotan yang diberikan pelatih kepada Mun Ung justru menekan posisinya sebagai kapten di tahun terakhirnya. Kisah Seong Jun ini terasa begitu dekat dengan kehidupan banyak orang yang juga kerap merasa insecure karena perbandingan, ekspektasi, atau luka masa lalu.
Lewat drakor The Winning Try, penonton bisa belajar bagaimana menghadapi rasa tidak percaya diri dengan cara yang lebih sehat. Berikut ini adalah tips mengatasi insecure ala drakor The Winning Try yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Terima keterbatasan dengan lapang dada

Rasa insecure sering muncul karena kita terlalu keras pada diri sendiri, seolah harus selalu sempurna. Seong Jun mengalami ini ketika cedera bahu mulai mengganggu performanya, membuatnya merasa kurang pantas menjadi kapten. Namun, justru dari situ ia belajar bahwa menerima keterbatasan adalah langkah pertama untuk bisa bangkit. Mengakui bahwa ada hal-hal di luar kendali bukan berarti menyerah, melainkan cara untuk berdamai dengan diri sendiri. Kesadaran bahwa tidak semua harus berjalan sempurna memberi ruang untuk fokus pada apa yang masih bisa diperjuangkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, menerima keterbatasan juga dapat membantu kita mengurangi beban pikiran. Misalnya, ketika kita tidak secerdas rekan kerja atau tidak seberuntung saudara dalam karier, hal itu bukan berarti hidup kita tidak berharga. Dengan menerima keadaan, kita bisa lebih menghargai proses yang dijalani. Justru dari keterbatasan itu muncul peluang untuk mengembangkan diri. Seperti Seong Jun yang tetap berusaha memimpin tim meski dalam kondisi cedera, kita pun bisa tetap berkontribusi sesuai kemampuan terbaik tanpa terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.
2. Fokus pada proses, bukan hanya hasil

Tekanan besar yang dirasakan Seong Jun muncul karena ia terlalu terjebak pada hasil akhir. Ia khawatir Festival Olahraga Nasional menjadi pertandingan terakhirnya, sehingga setiap kesalahan terasa semakin membebani. Namun, perjalanan Seong Jun menunjukkan bahwa menikmati proses latihan, membangun solidaritas dengan tim, dan terus berkembang jauh lebih penting daripada hanya memikirkan piala. Fokus pada proses memberi ruang untuk merayakan setiap kemajuan kecil, bukan sekadar menunggu hasil besar.
Dalam kehidupan nyata, banyak orang merasa insecure karena selalu mengukur diri dengan pencapaian. Padahal, hasil besar tidak akan datang tanpa serangkaian proses yang panjang. Dengan memusatkan perhatian pada usaha sehari-hari, kita bisa lebih menghargai kerja keras dan konsistensi. Misalnya, belajar satu halaman buku setiap hari lebih berarti daripada hanya berfokus pada target membaca seratus buku dalam setahun. Sama seperti Seong Jun yang akhirnya menemukan makna baru dalam memimpin tim, kita pun bisa membangun kepercayaan diri lewat langkah kecil yang konsisten.
3. Jangan terjebak dalam perbandingan!

Seong Jun selalu dibandingkan dengan Seok Jun, saudara kembarnya yang sukses di Eropa. Perbandingan itu bukan hanya datang dari keluarga, tapi juga dari orang-orang di sekitarnya. Kondisi ini membuat Seong Jun merasa identitasnya hilang, seolah ia tidak pernah cukup baik. Namun, semakin ia terjebak dalam perbandingan, semakin besar pula rasa insecure yang ia rasakan. Momen kebangkitan terjadi ketika ia mulai menyadari bahwa jalan hidupnya berbeda, dan rugbi adalah pilihannya sendiri.
Dalam kehidupan kita, perbandingan juga menjadi sumber utama rasa tidak percaya diri. Media sosial sering kali memperparah hal ini, karena kita melihat kesuksesan orang lain tanpa tahu perjuangan di baliknya. Untuk mengatasi hal tersebut, kita perlu menanamkan kesadaran bahwa setiap orang memiliki waktu dan jalannya masing-masing. Alih-alih terjebak dalam membandingkan diri, lebih baik fokus pada pencapaian pribadi, sekecil apa pun itu. Dengan begitu, rasa percaya diri akan tumbuh perlahan, sama seperti Seong Jun yang akhirnya belajar menerima posisinya di lapangan.
4. Berani bicara tentang perasaan

Seong Jun cenderung menyembunyikan rasa insecure-nya, bahkan dari rekan satu timnya. Ia takut terlihat lemah sebagai seorang kapten. Namun, justru diam membuat beban itu semakin berat. Saat ia mulai membuka diri kepada sahabat dan rekan setim, beban tersebut terasa lebih ringan. Keberanian untuk mengungkapkan perasaan menjadi langkah penting untuk mengatasi rasa tidak percaya diri.
Dalam kehidupan sehari-hari, berbicara tentang perasaan kepada orang yang dipercaya bisa sangat membantu. Kita tidak perlu selalu terlihat kuat, karena manusiawi untuk merasa lemah sesekali. Dengan membicarakan apa yang dirasakan, kita bisa mendapat perspektif baru, dukungan moral, bahkan solusi yang sebelumnya tidak terpikirkan. Komunikasi yang jujur bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk keberanian untuk berdamai dengan diri sendiri. Seperti Seong Jun yang akhirnya berani membuka diri, kita pun bisa mulai melangkah ke arah yang lebih sehat dengan cara sederhana ini.
5. Bangun lingkungan yang mendukung

Kurangnya dukungan keluarga membuat Seong Jun merasa sendirian dalam perjalanan rugbinya. Sang ibu lebih sering mendampingi Seok Jun di Spanyol, meninggalkan dirinya di Seoul. Namun, Seong Jun menemukan dukungan baru lewat tim rugbi dan orang-orang yang percaya pada dirinya. Lingkungan yang positif inilah yang akhirnya membantunya tetap bertahan meski dalam tekanan. Kehadiran orang-orang yang mendukung membuktikan bahwa kita tidak harus menghadapi rasa insecure sendirian.
Dalam kehidupan nyata, lingkungan yang sehat sangat berpengaruh pada kondisi mental. Memilih untuk berada di sekitar orang-orang yang menghargai dan memotivasi dapat membantu membangun rasa percaya diri. Jika tidak mendapat dukungan dari keluarga, mencari support system dari sahabat, komunitas, atau mentor bisa menjadi solusi. Dukungan emosional memberi energi untuk terus berjuang, sama seperti yang dialami Seong Jun di timnya. Lingkungan positif tidak hanya menguatkan, tapi juga membantu kita menyadari bahwa kita layak dihargai.
6. Hargai pencapaian kecil

Seong Jun sering kali meremehkan pencapaiannya karena merasa tidak sebesar keberhasilan kembarannya. Padahal, setiap langkah kecil yang ia lakukan bersama tim adalah prestasi yang patut dirayakan. Misalnya, saat berhasil memotivasi rekan setim yang hampir menyerah, atau ketika bisa tetap bermain meski dalam kondisi cedera. Menghargai pencapaian kecil membuat Seong Jun perlahan menumbuhkan rasa percaya diri.
Dalam kehidupan sehari-hari, menghargai langkah kecil sangat penting untuk melawan insecure. Tidak perlu menunggu momen besar untuk merasa berhasil, karena kebahagiaan sejati ada pada proses. Mengakui pencapaian sederhana seperti menyelesaikan tugas tepat waktu, berani mencoba hal baru, atau sekadar bangun lebih pagi sudah cukup untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Semakin sering kita mengapresiasi diri, semakin kecil ruang bagi insecure untuk tumbuh. Sama seperti Seong Jun yang menemukan kebanggaan dalam momen kecil, kita pun bisa belajar mencintai diri melalui apresiasi sederhana.
7. Jadikan tekanan sebagai motivasi

Tekanan yang dirasakan Seong Jun semakin besar ketika Mun Ung mendapat perhatian lebih dari pelatih. Awalnya hal itu membuatnya semakin ragu, namun lama-kelamaan ia belajar mengubah tekanan menjadi dorongan. Daripada merasa terancam, ia justru menjadikan kehadiran Mun Ung sebagai motivasi untuk terus berusaha. Tekanan yang dikelola dengan bijak bisa menjadi bahan bakar untuk tumbuh lebih kuat.
Dalam kehidupan nyata, setiap orang pasti menghadapi tekanan, baik dari pekerjaan, keluarga, maupun lingkungan. Cara kita merespon tekanan akan menentukan seberapa besar dampaknya terhadap mental. Dengan mengubah perspektif, tekanan bisa menjadi peluang untuk berkembang. Misalnya, rasa tertinggal dari teman sebaya bisa mendorong kita lebih rajin belajar atau bekerja. Sama seperti Seong Jun yang akhirnya menjadikan tekanan sebagai pendorong semangat, kita pun bisa menggunakan momen sulit sebagai kesempatan untuk tumbuh lebih baik.
Kisah Yoon Seong Jun dalam drakor The Winning Try mengajarkan bahwa rasa insecure bukanlah akhir dari segalanya. Justru, melalui perjuangan menghadapi ketakutan dan tekanan, seseorang bisa menemukan kekuatan baru dalam dirinya. Semoga tujuh tips ini bisa membantu kamu lebih berani menghadapi insecure dalam kehidupan sehari-hari.