5 Perbedaan Ratu dan Selir di Era Dinasti Joseon, Mencolok!

Drakor kolosal atau sageuk biasanya menggambarkan kehidupan yang terjadi saat Korea masih menganut sistem kerajaan. Selain itu, semenanjung Korea dulunya terbagi menjadi beberapa era dinasti. Namun, Joseon adalah salah satu dinasti yang menjadi cikal bakal Korea.
Di era Joseon, Korea mulai mempunyai kode linguistik sendiri yang diciptakan oleh Raja Sejong. Di tahun awal 2025, ada satu drakor yang menggambarkan kehidupan dalam istana di masa dinasti Joseon, The Queen Who Crowns (2025).
Drakor ini mengangkat masalah dalam keluarga kerajaan, termasuk ratu dan selir. Walau sama-sama berstatus istri raja, ada banyak perbedaan perlakuan terhadap ratu dan selir. Apa saja yang membedakan keduanya di masa Joseon? Simak penjelasan berikut ini!
1. Proses seleksi dan cara pemilihan

Menjadi ratu gak dipilih secara acak. Prosesnya akan dilakukan saat raja masih bergelar putra mahkota kerajaan. Untuk memilih calon ratu negara, para perempuan biasanya diseleksi secara massal oleh ratu dan ibu suri. Proses seleksi ini ditujukan oleh para perempuan berusia 8 hingga 15 tahun.
Kondisi ini cukup berbeda dengan pemilihan selir. Ada dua kondisi terkait ini. Biasanya pemilihan selir tergantung latar belakang keluarga mereka. Selir bisa dipilih dari keluarga bangsawan atau pejabat yang biasanya digunakan untuk relasi politik. Pada kasus tersebut, selir dipilih secara resmi, lho.
Jika selir berasal dari pelayan istana atau gisaeng kerajaan, maka raja bisa secara langsung memilih mereka. Namun, para selir ini gak diikat pernikahan resmi secara hukum dengan raja.
2. Status pernikahan

Dilansir CEFIA, status pernikahan yang diberikan oleh negara pada ratu dan selir sangat berbeda. Keduanya memang merupakan istri dari raja Joseon, tapi hanya status pernikahan ratu yang dilakukan secara resmi.
Selain itu, di mata hukum kerajaan, status pernikahan raja dengan ratu saja yang sah. Cukup berbeda dengan ratu, para selir kerajaan gak dinikahi raja resmi secara hukum, lho. Mereka adalah para perempuan yang terpilih atas dasar suka atau keputusan politik.
3. Status tingkatan atau gelar

Ratu adalah takhta tertinggi seorang perempuan di dalam kerajaan Joseon. Tugas terpentingnya adalah melahirkan penerus takhta sah bagi raja. Selain itu, latar belakang ratu juga menjadi dukungan kuat bagi eksistensi dan kekuatan seorang raja.
Kondisi ini cukup berbeda dengan selir, mereka dibagi menjadi delapan tingkat atau gelar. Namun, para selir ini bisa mempercepat kenaikan gelar dengan melahirkan seorang putra raja.
4. Status keluarga dan anak

Perbedaan juga bisa dilihat dari gelar para anak raja dari ratu maupun selir. Ratu melahirkan seorang putra yang akan menjadi putra mahkota. Namun, anak yang lain akan mendapatkan gelar Daegun dan Gongju. Sementara itu, anak selir akan diberi gelar Gun dan Ongju. Keduanya memang punya arti yang sama, pangeran dan putri. Namun, gelar Daegun bisa disebut sebagai pangeran agung atau putra mahkota.
Perlu dicatat bahwa ratu tetap menjadi ibu sah anak raja yang lahir dari rahim selir. Ratu berperan sebagai ibu bagi seluruh keturunan raja. Hanya saja, garis waris kerajaan tetap berada di tangan anak kandung ratu.
5. Tempat tinggal

Sama seperti raja, ratu tinggal di pusat gedung kerajaan. Terdapat dua tempat yang dijadikan tempat tinggal oleh ratu, yaitu Gyotaejeon Hall di istana Gyeongbokgung dan Daejojeon Hall di istana Changdeokgung. Keduanya berada di pusat gedung representatif kerajaan.
Kondisi berbeda dihadapi oleh para selir. Para perempuan ini tinggal di bagian belakang istana ratu. Tempat tinggal mereka disebut dengan Hugung. Tempat ini gak menarik perhatian dan pandangan.
Di awal masa dinasti Joseon, para selir memang bisa naik takhta menjadi ratu. Namun seiring berbeda pandangan, keyakinan ini mulai ditinggalkan. Jadi seperti itu perbedaan antara ratu dan selir di masa Joseon. Kisah mereka tergambarkan melalui beragam drakor sageuk yang bisa kita tonton saat ini.