Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Avoidant di Tempat Kerja, Pendiam Bukan Berarti Antisosial

Ilustrasi seorang avoidant
Ilustrasi seorang avoidant (Unsplash.com/ Julio Lopez)
Intinya sih...
  • Lebih suka bekerja mandiri bukan berarti tidak bisa bekerja dengan tim. Mereka butuh waktu lebih lama untuk merasa nyaman berkoordinasi dengan orang lain.
  • Punya batas privasi yang jelas, menghargai ruang pribadi, dan menjaga keseimbangan diri. Sangat menghormati privasi orang lain.
  • Cenderung menjaga jarak emosional dari rekan kerja, agar hubungan kerja tetap profesional. Butuh waktu untuk dapat percaya dan sulit meminta bantuan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah gak sih kamu ketemu rekan kerja yang jarang ngobrol tapi hasil kerjanya selalu rapi dan selesai tepat waktu? Mereka bukan tidak mau bergaul, tapi memang lebih nyaman saat bekerja dengan tenang tanpa banyak interaksi dengan sekitar. Tipe seperti ini dikenal dengan kepribadian avoidant, yaitu mereka yang cenderung menarik diri saat berada di situasi sosial yang terlalu intens.

Di kantor, orang seperti ini sering disalahpahami sebagai pribadi yang cuek. Padahal, di balik sikap diamnya, mereka punya empati dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Yuk, kenali lima fakta unik tentang tipe avoidant di tempat kerja, siapa tahu, kamu sendiri sebenarnya termasuk tipe ini tapi belum sadar!

1. Lebih suka bekerja mandiri bukan berarti tidak bisa bekerja dengan tim

Ilustrasi seorang avoidant
Ilustrasi seorang avoidant (Unsplash.com/ Mina Rad)

Orang dengan kepribadian avoidant biasanya paling nyaman saat bisa menyelesaikan tugas sendirian. Mereka lebih tenang ketika bisa mengatur ritme kerja tanpa banyak interaksi sosial. Tapi ini bukan berarti mereka tidak bisa kerja tim, lho. Hanya saja, mereka butuh waktu lebih lama untuk merasa nyaman berkoordinasi dengan orang lain.

Dalam kerja tim, mereka lebih suka berkontribusi lewat hasil nyata daripada banyak bicara. Ketika diberi tanggung jawab, mereka bisa sangat fokus dan konsisten. Jadi, kalau kamu punya rekan kerja yang lebih suka menyendiri, jangan buru-buru menilai mereka individualis. Bisa jadi, itu cara mereka menjaga fokus dan produktivitas.

2. Punya batas privasi yang jelas

Ilustrasi seorang avoidant
Ilustrasi seorang avoidant (Unsplash.com/ Julio Lopez)

Tipe avoidant biasanya sangat menghargai ruang pribadi. Mereka tidak suka kalau orang terlalu ingin tahu soal urusan pribadi atau kehidupan di luar kantor. Buat mereka, privasi adalah cara menjaga ketenangan di tengah lingkungan sosial yang padat. Mereka lebih nyaman jika obrolan di kantor tetap seputar pekerjaan, bukan hal pribadi.

Kadang hal ini disalahartikan sebagai sikap tertutup, padahal sebenarnya mereka hanya sedang menjaga keseimbangan diri. Menariknya, mereka juga sangat menghormati privasi orang lain. Kalau kamu cerita sesuatu secara rahasia, mereka hampir pasti bisa dipercaya. 

3. Cenderung menjaga jarak emosional dari rekan kerja

Ilustrasi seorang avoidant
Ilustrasi seorang avoidant (Unsplash.com/ Maxim Ilyahov)

Mereka selalu berhati-hati dalam membuka diri. Bukan karena sombong, tapi karena takut hubungan kerja jadi rumit jika terlalu dekat secara pribadi. Bagi mereka, menjaga jarak emosional adalah bentuk perlindungan diri agar suasana kerja tetap profesional. Mereka lebih suka membatasi interaksi supaya terhindar dari gosip atau drama kantor.

Sikap ini kadang membuat mereka terlihat kaku, padahal niatnya baik, hanya ingin menjaga batas agar hubungan kerja tetap sehat. Saat sudah merasa aman, mereka sebenarnya bisa jadi teman yang menyenangkan dan bisa dipercaya. Tapi sebelum itu, mereka akan memastikan dulu bahwa hubungan tersebut benar-benar tulus. Sederhananya, mereka butuh waktu untuk dapat percaya.

4. Diam bukan berarti tidak peduli

Ilustrasi seorang avoidant
Ilustrasi seorang avoidant (Unsplash.com/ Creatopy)

Kalau teman sekantor sedang curhat, tipe avoidant bisa jadi hanya mendengarkan tanpa banyak komentar. Tapi bukan berarti mereka tidak mau peduli. Mereka lebih memilih menunjukkan perhatian lewat tindakan, bukan kata-kata. Misalnya, membantu menyelesaikan pekerjaan atau sekadar memastikan orang lain baik-baik saja tanpa banyak bicara. Mereka bukan tipe yang pandai menenangkan dengan kata-kata manis, tapi bisa hadir dengan cara yang nyata.

5. Sulit meminta bantuan, tapi bukan karena gengsi

Ilustrasi seorang avoidant
Ilustrasi seorang avoidant (Unsplash.com/ Vitaly Gariev)

Mereka terbiasa menyelesaikan masalah sendiri, bahkan ketika sudah kewalahan. Bukan karena ingin terlihat kuat, tapi karena takut merepotkan orang lain. Sifat ini kadang bikin mereka terkesan tertutup atau keras kepala. Padahal jauh di dalam hati, mereka juga butuh bantuan sesekali. Mereka hanya belum terbiasa untuk mengungkapkannya. Ketika akhirnya berani meminta tolong, itu artinya mereka sudah benar-benar percaya. Jadi, kalau rekan seperti ini datang padamu dan minta bantuan, hargai itu sebagai tanda kedekatan yang tulus. 

Kepribadian avoidant di tempat kerja sering kali disalahpahami, padahal mereka punya sisi positif yang kuat. Mereka bisa jadi sosok yang konsisten, fokus, dan penuh tanggung jawab meski tidak banyak bicara. Dunia kerja memang butuh kolaborasi, tapi juga perlu ruang bagi orang-orang yang lebih nyaman bekerja dalam diam. Setiap karakter punya cara berbeda dalam berkontribusi, termasuk mereka yang cenderung tenang. Jadi, kalau kamu termasuk tipe avoidant, tidak perlu merasa aneh atau tertinggal, ya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Life

See More

Arti Nama Anak Aline Adita, Anak Pertama Setelah 12 Tahun Penantian

29 Okt 2025, 19:33 WIBLife