Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal Menyebalkan dalam Diskusi, Berguna atau Sia-Sia?

ilustrasi diskusi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dalam setiap kerja kelompok, diskusi tentu diperlukan. Tanpa diskusi, gak akan ada koordinasi yang baik antar anggota tim. Diskusi juga dimaksudkan untuk mencari solusi atas suatu tugas atau problem.

Namun setuju gak sih, bila diskusi tak jarang justru menyulut emosi? Sampai-sampai kita paling malas mengikutinya kalau saja tidak diwajibkan. Ini nih, lima situasi paling mengesalkan dalam diskusi yang bikin kita ingin segera menyudahinya.

1. Katanya demokratis, tetapi ada yang suka memaksakan pendapatnya

ilustrasi diskusi (pexels.com/Jopwell)

Diskusi dibuka dengan komitmen akan menjaga demokrasi. Aturan dasarnya jelas. Setiap anggota berhak berpendapat, anggota yang lain menghargainya, serta kesimpulan diskusi diambil dengan mempertimbangkan seluruh pandangan.

Namun kenyataannya, ada saja peserta diskusi yang gemar memaksakan pendapatnya. Sikapnya bisa halus maupun kasar. Sikap yang kasar misalnya, dengan membentak peserta lain yang berpendapat berbeda. Sikap yang lebih halus contohnya, enggan menyetujui hasil diskusi yang tak sama persis dengan keinginannya.

2. Katanya terserah, tapi akhirnya ada yang merasa gak puas dengan kesimpulan diskusi

ilustrasi diskusi (pexels.com/Micah Eleazar)

Bukan acara diskusi sendiri yang bikin kita malas, melainkan sikap anggota lain. Rupanya ada peserta diskusi yang suka bilang 'terserah', tetapi gak betul-betul pasrah pada hasil akhir diskusi. Setelah diskusi berakhir, pasti ada saja sesuatu yang dikeluhkannya.

Ia mengkritik keputusan yang diambil melalui diskusi. Padahal, kesempatan untuknya berbicara amat banyak selama sesi diskusi. Bukannya memanfaatkannya dengan baik, dia malah memilih berkata 'terserah' lalu setelahnya baru mengungkapkan ketidakpuasannya.

3. Apa pun topiknya pasti berujung situasi yang memanas

ilustrasi emosi (pexels.com/RODNAE Productions)

Kita tahu bahwa diskusi tak selalu berjalan mulus. Kadang ada perbedaan pendapat yang ekstrem sehingga sulit mencari titik temunya. Situasi yang hanya sesekali terjadi biasanya masih bisa kita sikapi dengan kesabaran.

Akan tetapi jika diskusi selalu memanas apa pun topik yang dibahas, lama-lama malas juga buat mengikutinya. Seringnya diskusi berujung emosi memengaruhi interaksi kita dengan teman-teman. Bila di dalam diskusi kita sudah bertengkar dengan anggota lain, setelahnya hubungan pasti menjadi gak baik.

4. Berkeras dengan pendapat masing-masing

ilustrasi diskusi (pexels.com/PICHA Stock)

Dalam suasana diskusi ini, memang tidak selalu terjadi ledakan emosi seperti dalam poin sebelumnya. Hanya saja, setiap orang bersikap amat kaku dengan pendapatnya sendiri. Jika terus begini, bagaimana bakal tercapai kesepakatan?

Setiap orang seperti tidak mampu melihat sisi positif dari pendapat yang lain. Maka tak ada yang tergerak untuk sedikit mengurangi keinginan pribadi demi dapat beradaptasi dengan keinginan anggota yang lain. Kurang sabar sedikit saja, situasi begini rawan menyebabkan konflik antar anggota.

5. Masalahnya sepele, diskusinya bertele-tele

ilustrasi diskusi (pexels.com/Artem Podrez)

Model diskusi begini bikin kita merasa lelah, bosan, serta kehilangan banyak waktu. Setiap hal sampai yang paling sepele dibahas dalam diskusi. Waktu diskusi pun tidak dibatasi.

Diskusi bergulir ke sana kemari, tak terarah, sampai tidak jelas lagi intinya. Kerap kali anggota malah keliru menggarisbawahi hal-hal yang sebetulnya bukan pokok diskusi. Saat semua orang sudah capek bicara, pasti akan muncul pertanyaan, "Jadi, bagaimana intinya?"

Meski diskusi diperlukan dalam kerja yang melibatkan kelompok, ini memang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Komitmen serta fokus seluruh peserta mesti jelas agar diskusi berjalan lancar, tak terlalu lama, serta tidak menciptakan konflik antar anggota.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us