Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Problem saat Bekerja di Luar Rumah, Tiba di Rumah Capek

ilustrasi karyawan di kantor (pexels.com/RDNE Stock project)

Bekerja di luar rumah baik sebagai karyawan, mitra, maupun berdagang dilakoni oleh banyak orang. Bahkan bekerja di luar rumah kerap dipandang lebih menjamin untuk masa depan dibandingkan bekerja dari rumah. Sebagian orang juga masih mengartikan bekerja sebagai aktivitas meninggalkan rumah dan pulang pada jam-jam tertentu.

Walaupun banyak orang melakukannya, ada problem saat bekerja di luar rumah. Bertahun-tahun bekerja di luar rumah bisa menimbulkan kelelahan hebat, baik secara fisik maupun psikis. Apalagi kalau kesibukan gak dikelola dengan baik serta kita tidak mampu menikmati rutinitas.

Kita gak sendirian, kok, dalam merasakan berbagai problem saat bekerja di luar rumah. Ini juga dapat menurunkan kebahagiaan kita hingga ke titik terendah. Selalu bersyukur sebab kita masih mempunyai pekerjaan akan menghindarkan diri dari keputusasaan menghadapi problem-problem berikut 5 sampai 6 hari dalam seminggu.

1. Terikat tempat dan waktu

ilustrasi karyawan (pexels.com/Apunto Group Agencia de publicidad)

Gak cuma karyawan kantor yang terikat oleh tempat dan waktu. Pedagang yang mesti membuka toko juga begitu. Kalau mereka selalu berpindah-pindah tempat dan tidak jelas jam buka maupun tutupnya, tentu calon pembeli menjadi malas.

Awalnya, keharusan bekerja di satu tempat serta pada jam-jam tertentu memang menciptakan keteraturan dalam hidup kita. Setiap jam 6 atau 7 pagi misalnya, kita tahu harus menuju ke mana. Kita berada di suatu tempat dan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal sampai saatnya pulang.

Namun, keteraturan ini lama-lama akan dirasakan sebagai hambatan untuk hal-hal lain di luar pekerjaan yang juga tak kalah penting. Kita kehilangan keleluasaan dalam hidup. Pekerjaan, tempat kerja, serta jadwal seperti mengambil seluruh kendali atas kehidupan kita.

2. Harus tangguh menghadapi kemacetan dan berbagai cuaca

ilustrasi berangkat kerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Umumnya jalan-jalan bertambah ramai dari tahun ke tahun. Adanya transportasi massal pun seperti tak membendung meluapnya kendaraan pribadi di jalan raya. Ini menimbulkan kemacetan di mana-mana, tak terkecuali di kota-kota kecil dan terutama pada jam berangkat maupun pulang kerja.

Pekerja dan siswa tumpah di jalan yang sama. Setidaknya 2 kali dalam sehari kita merasa tidak berdaya di tengah kemacetan. Kita tak bisa melakukan apa pun guna segera keluar dari jebakan kemacetan. Jangan mengira berjam-jam di dalam kendaraan yang berhenti terasa menyenangkan.

Selain masalah kemacetan yang begitu menguras energi, orang yang bekerja di luar rumah pun dituntut lebih tangguh menghadapi berbagai perubahan cuaca. Tidak mungkin kita gak berangkat kerja hanya karena hujan atau cuaca sedang panas-panasnya. Bahkan banjir pun diterjang demi sampai ke kantor dan mengisi daftar hadir.

3. Masalah dengan teman bikin malas ke kantor

ilustrasi stres di kantor (pexels.com/Yan Krukau)

Bukannya kita bermental lemah, tetapi suasana yang gak enak di kantor dan mesti dihadapi dari pagi sampai sore setiap hari memang menyiksa. Wajar siapa pun sebisa mungkin ingin menghindarinya. Apalagi bila permasalahan terjadi dengan kawan satu divisi. 

Suasana yang canggung membuat waktu berjalan dengan begitu lambat. Kita ingin segera tiba di jam istirahat makan siang atau waktu pulang, tetapi semenit malah terasa seperti sejam. Akibatnya, di rumah pun kita tak dapat merasa tenang.

Meski di rumah lebih menyenangkan daripada di kantor, kita sudah mencemaskan hari esok yang harus kembali berhadapan dengan teman. Dari hari ke hari, tingkat stres kita bukannya menurun malah terus meningkat. Padahal, telat tiba di kantor atau kabur sebelum jam kerja berakhir juga akan mendatangkan sanksi.

4. Sampai di rumah sudah kelelahan

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Walaupun kita tak lembur setiap hari, rasa capek meningkat karena perjalanan menuju dan pulang dari kantor. Apalagi bila jarak rumah dan kantor cukup jauh serta waktu tempuhnya lebih dari satu jam, baik karena macet maupun tidak. Setibanya di rumah, kita sudah gak punya energi lagi untuk melakukan apa pun.

Ini yang membuat kebahagiaan dalam keluarga bisa berkurang. Pasangan dan anak-anak merasa tidak diperhatikan. Sama sekali bukan lantaran kita tak menginginkan bersama mereka, tetapi lelah sering terasa tidak tertahankan.

Tambah tinggi kesibukan kita di luar rumah, tambah berkurang pula waktu serta kualitas kebersamaan kita dengan keluarga. Jika pun kita masih lajang, kelelahan berlebih bikin kita gagal menikmati waktu di rumah. Bahkan rumah seolah-olah tak lebih dari tempat persinggahan. Harganya yang mahal tidak benar-benar membuat kita bisa merasakan kenyamanan ketika berada di dalamnya saking capeknya badan dan pikiran.

5. Meningkatnya risiko keselamatan

ilustrasi korban kecelakaan (pexels.com/RDNE Stock project)

Mau tidak mau kita memang harus mengakui bahwa risiko bekerja di luar rumah lebih besar daripada WFH. Di tengah kondisi jalan yang kian padat, potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas amat tinggi. Begitu pula bahaya menjadi korban kejahatan seperti pelecehan seksual, penjambretan, dan sebagainya.

Khususnya untuk kita yang pulang di malam hari dan sendirian, gaji yang diperoleh boleh jadi gak sebanding dengan hal-hal buruk yang dapat menimpa kapan saja. Bila pun kita sudah merasa terbiasa dengan berbagai ancaman bahaya tersebut, keluarga di rumah tetap ketar-ketir. Setiap hari ada kecemasan kalau-kalau kita berangkat dalam kondisi sehat, tetapi pulang tidak baik-baik saja.

Risiko keselamatan diri menjadi berlipat-lipat apabila pekerjaan menuntut kita selalu berada di jalan, seperti sopir atau kurir. Asuransi kesehatan dan jiwa amat penting dimiliki guna mengantisipasi hal-hal buruk yang dapat terjadi selama kita berada di luar rumah. Walau kita tak menginginkan nasib buruk sedikit pun, berjaga-jaga akan lebih baik.

Apabila bebas memilih, kita barangkali lebih suka bekerja dari rumah. Namun, jika kita mesti mencari nafkah di luar rumah, tingkatkan kehati-hatian dan pintar-pintar mencari kesempatan buat beristirahat. Jangan sampai problem saat bekerja di luar rumah menjadi penghambat kehidupan, ya. Kita harus tetap bersemangat serta sebisa mungkin menciptakan suasana kerja yang menyenangkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us