5 Realitas Mahasiswa Setelah Wisuda yang Tak Seindah Ekspektasi

Momen kelulusan dari pendidikan di jenjang perkuliahan merupakan salah satu impian setiap mahasiswa. Karena ketika setelah lulus, setidaknya tanggung jawab di perkuliahan sudah dinyatakan selesai. Kemudian mulai untuk memperjuangkan impian-impian baru, yang seharusnya akan lekas terwujudkan. Setelah wisuda, mahasiswa seringkali mempunyai cita-cita yang tinggi dan ekspektasi beragam pada dirinya masing-masing.
Mulai dari bekerja di tempat terbaik dengan gaji semaksimal mungkin, sampai mempraktikkan ilmu yang didapat untuk lebih bermanfaat bagi banyak orang. Namun, terdapat beberapa realitas yang tak selalu sesuai ekspektasi dan sering dialami mahasiswa.
Penting untuk mengetahui hal tersebut supaya kamu mempunyai rencana yang lebih siap dan tidak kecewa jika ternyata rencana setelah wisuda nanti tidak selalu sesuai harapanmu. Keep scrolling!
1. Sarjana bukan jaminan lebih cepat mendapatkan pekerjaan

Banyak yang mempunyai asumsi bahwa semakin tinggi ilmu pengetahuan dan standar pendidikan yang dipelajari, akan memberikan kemudahan mendapatkan pekerjaan.
Padahal, ketika sudah selesai dinyatakan lulus kemudian wisuda, banyak peluang lain selain mendapatkan pekerjaan. Misalnya kamu harus sebisa mungkin menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri.
Jika memang setelah lulus tak kunjung mendapatkan pekerjaan, bukan berarti kamu gagal. Coba dievaluasi kembali apa yang masih bisa diperjuangkan.
Jangan hanya menyalahkan keadaan, tapi penting untuk kamu memperbanyak pengalaman lagi supaya lebih siap jika ingin terjun ke suatu perusahaan idaman tersebut.
2. Hal yang dipelajari di perkuliahan tidak sepenuhnya diterapkan saat bekerja

Sudah bukan lagi rahasia jika materi di perkuliahan dan ilmu yang didapat saat kuliah, tidak sepenuhnya akan dipraktikkan di dunia kerja. Perlu kamu ketahui bahwa setiap perusahaan mempunyai jobdesk dan ketentuan masing-masing. Jadi, asalkan tidak terlalu jauh dengan skill yang kamu miliki dan masih mampu, maka tidak ada salahnya menekuninya.
Paling penting adalah pengalaman saat kamu bekerja di dalamnya. Karena pasti setelah bekerja dalam waktu cukup lama, kamu akan menemukan benang merahnya. Saat perkuliahan sudah banyak kamu dapatkan materi berupa teori dan sesekali praktik, maka saat bekerja kamu hanya tinggal memaksimalkan yang sekiranya bisa kamu lakukan.
3. Lulus cepat bukan berarti lebih mudah sukses

Terlalu memaksakan diri rasanya jika yang dipikirkan ketika setelah lulus lebih cepat maka menjamin sukses yang semakin cepat. Padahal, tiap mahasiswa mempunyai cerita dan masalahnya masing-masing. Kesuksesan itu tentang proses, jadi fokus saja pada proses yang sedang kamu perjuangkan.
Jika memang diberikan kesempatan untuk lulus lebih cepat, maka tugasmu adalah belajar lebih banyak untuk semakin siap saat memulai bekerja secara profesional. Kesuksesan adalah hasil dari hal-hal yang kamu perjuangkan dengan konsisten setiap hari. Jadi, tugas kamu sekarang adalah perbanyak belajar dan tingkatkan skill dengan maksimal.
4. Kebimbangan antara lanjut studi atau memaksa bekerja tak sesuai keahlian

Semakin banyaknya lulusan Sarjana, pada akhirnya akan dihadapkan oleh beragam pilihan. Salah satunya terkait pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan kemampuan ataupun jurusan. Alhasil, ekspektasi untuk bekerja di tempat nyaman dengan gaji tinggi pun harus mereka urungkan terlebih dahulu.
Banyak yang akhirnya memaksa bekerja tak sesuai minat dan bakat, asal mendapatkan penghasilan. Seringkali juga bimbang apakah sebaiknya fokus di pekerjaan tersebut atau harus meningkatkan ilmu pengetahuan ke jenjang yang lebih tinggi.
Realitas seperti ini akan semakin bertambah dan terus ditemui karena kurangnya persiapan dan rencana jauh-jauh hari sebelum dinyatakan lulus dari perkuliahan.
5. Pengalaman dan relasi jauh lebih penting daripada nilai di ijazah

Realitas selanjutnya yang sering terjadi dan dialami mahasiswa setelah lulus adalah penyesalan terkait kurangnya pengalaman dan relasi. Fokus yang awalnya kuliah untuk mendapatkan nilai sebaik-baiknya lalu lulus lebih cepat, saat dinyatakan sarjana justru merasa menyesal. Hal ini karena tidak memaksimalkan pengalaman ataupun relasi saat masih belajar di perkuliahan.
Padahal seharusnya ada waktu yang dapat digunakan untuk mendapatkan hal tersebut sekalipun perkuliahan nya cukup padat. Membangun relasi bisa melalui aktif organisasi ataupun kepanitiaan, sedangkan pengalaman kerja dapat melalui magang ataupun memilih freelance dan part time di sela-sela kesibukan kuliah. Nah, untuk kamu yang belum dinyatakan lulus, masih ada kesempatan untuk mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari.
Kesimpulannya, setiap mahasiswa mempunyai impian terbaik dan terindahnya masing-masing saat dinyatakan setelah sarjana. Namun, tidak semua realitas indah yang diharapkan akan sesuai dengan ekspektasi di awal. Jadi, sebelum kamu dinyatakan lulus dan wisuda dari perkuliahan, yuk manfaatkan waktu yang ada lebih maksimal!