Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Risiko Menjadi Influencer, Gak Selamanya Menyenangkan!

potret ilustrasi influencer (pexels.com/Liza Summer)
potret ilustrasi influencer (pexels.com/Liza Summer)

Menjadi figur public di media sosial yang berpengaruh adalah impian dari banyak kawula muda saat ini. Benefits seperti kebebasan finansial dan popularitas membuat para creators berlomba-lomba menghasilkan konten sesuai target pasarnya.

Mulai dari OOTD, motivasi, hingga tutorial memasak mereka inisiasikan sebagai sumber penghasilan. Namun, tentu saja ada beberapa potensi kerugian yang harus disadari, seperti di bawah ini.

1. Membandingkan diri secara konstan

potret ilustrasi membandingkan diri (pexels.com/ EKATERINA BOLOVTSOVA)
potret ilustrasi membandingkan diri (pexels.com/ EKATERINA BOLOVTSOVA)

"Saya berharap tidak jatuh ke dalam comparison trap (terus merasa kurang dari orang lain), tapi saya sudah mengalaminya," ungkap Influencer Julia Dzafic, dilansir Women's Health.

Membuat konten yang menarik untuk meningkatkan views tentunya membutuhkan referensi. Terkadang, terus menerus mengamati perbandingan karya kamu dengan creator lainnya cukup menghabiskan energi.

2. Menganggap media sosial sebagai tolak ukur keberhasilan

potret ilustrasi media sosial (pexels.com/cottonbro studio)
potret ilustrasi media sosial (pexels.com/cottonbro studio)

Atensi dari pengikut di platform seperti Instagram, dapat membuat kamu merasa ketagihan. Jumlah like, followers, dan views  mencerminkan popularitas dari suatu akun.

Sebelum memulai karier sebagai influencer, pastikan kamu memproduksi konten yang tidak hanya membuat followers tertarik, namun juga menjadi passion kamu. Sehingga, ke depannya tercipta konsistensi tanpa melibatkan rasa tertekan.

3. Mempunyai standar yang tidak realistis

potret ilustrasi selfie (pexels.com/ Tommy Huang)
potret ilustrasi selfie (pexels.com/ Tommy Huang)

Umumnya banyak orang hanya mengunggah momen terbaik di media sosial. Bahkan, sekadar berfoto saja menggunakan filter agar terlihat memesona. Jadi, jangan mudah merasa insecure karena tidak ada yang tahu kenyataannya dibalik layar.

“Dengan Instagram, kita memiliki akses langsung ke semua gambar-gambar ideal, di mana hal tersebut sebenarnya bukan representasi dunia yang akurat,” ungkap Psikologi  Danielle Leigh Wagstaff, Ph.D, dilansir The Guardian.

4. Mengalihkan fokus kamu dari kepentingan yang lain

potret ilustrasi scrolling media sosial (pexels.com/Kerde Severin)
potret ilustrasi scrolling media sosial (pexels.com/Kerde Severin)

Menghabiskan waktu beberapa jam untuk mengeksplorasi foto akun-akun di Instagram  merupakan kebiasaan yang perlu dikhawatirkan. Mungkin saja, dalam durasi tersebut kamu bisa melakukan hal yang bermanfaat.

Perhatikan sekitarmu dan aktivitas apa yang belum kamu selesaikan. Mulai dari membersihkan sekitar rumah hingga tugas dari pekerjaan, jangan sampai tertinggal karena menunda terus!

5. Memicu rasa FOMO secara berlebihan

potret ilustrasi cemas (pexels.com/energepic.com)
potret ilustrasi cemas (pexels.com/energepic.com)

Melihat followers bersenang-senang dan membeli barang mahal terkadang menggiurkan niat untuk melakukan hal yang sama. Jika tidak ikut, ada kekhawatiran relevansimu hilang hingga dianggap kurang update

Sebelumnya, pastikan keputusan yang akan kamu ambil sesuai kapasitas dan menghibur dalam jangka panjang. Hindari sifat impulsif yang berlebihan hanya karena FOMO atau Fear Of Missing Out.

Sebenarnya sah-sah saja mencari sumber penghasilan dari media sosial. Namun, pastikan konten yang kamu kreasikan bermanfaat, realistis, dan membuatmu bahagia agar tidak tertekan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Najah Najmia
EditorNajah Najmia
Follow Us