Setiap atasan memiliki karakteristik dan cara yang berbeda-beda dalam memimpin suatu tim. Di antara jenis-jenis atasan tersebut, tak jarang pula kita menemukan sifat atasan yang toxic leadership. Jenis atasan seperti ini cenderung merugikan bawahan dan serta merta hanya menguntungkan diri pribadinya.
Inilah lima tanda atasan yang bersifat toxic leadership. Ketahui sejak dini, yuk!
Atasan yang otoriter, segala keputusannya hanya darinya seorang, ia tidak menerima kritikan, tidak mau menerima masukan dan apa saja keputusannya harus dijalankan. Tentunya ini menjadi momok yang menakutkan bagi para bawahannya, karena bawahan tidak akan bisa berbuat apa-apa. Dengan atasan seperti ini bisa dikatakan bawahan bekerja di bawah paksaan dan tekanan.
Tipe atasan yang seperti ini beranggapan keputusannya yang terbaik dan paling benar. Dengan tingkat kepercayaan tinggi, ia tidak ingin ada orang lain yang mencampuri segala keputusan yang ia buat. Meski ia masih bisa menerima masukan namun bukan untuk diterapkan melainkan hanya untuk diabaikan.
Nah, tipe atasan penuh intrik sering melakukan kegiatan manipulasi untuk kepentingan dan keuntungannya sendiri. Semisal; tindakan kecurangan, berbohong, berpura-pura serta ia pun lihai memainkan kata-kata. Biasanya bawahan sering menjadi sasaran yang paling dirugikan. Atasan ini diibaratkan seperti serigala berbulu domba.
Sudah menjadi hal yang lumrah atasan memberi penekanan pada bawahan, baik dalam porsi kerja, pencapaian target, maupun hal lainnya yang erat kaitannya dengan lingkup pekerjaan. Tindakan intimidasi ini merupakan bagian dari kewenangan atasan, namun jika sudah di luar batas wajar bisa berakibat merugikan bagi bawahan.
Atasan yang diskriminatif cenderung memerhatikan dan menspesialkan bawahannya yang dianggap menguntungkan dan memperkuat posisinya. Dia memiliki standarisasi tersendiri terhadap hasil kerja bawahan, dan jika dirasa hasil gak sesuai harapan ia gak segan untuk men-suspend bawahannya tersebut.
Itulah lima tanda atasan yang bersifat toxic leadership. Atasan yang seperti ini tentu membuat bawahan merasa gak nyaman bekerja, makan hati dan merugikan.