Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Kamu Bersikap Antikritik di Tempat Kerja

ilustrasi enggan menerima kritik (pexels.com/Yan Krukau)

Menerima kritik di tempat kerja bukanlah hal yang mudah, tetapi sangat penting untuk proses pengembangan diri. Namun tanpa disadari, banyak orang justru menjadi pribadi antikritik karena kebiasaan tertentu. Alih-alih memperbaiki diri, sikap defensif terhadap kritik bisa menghambat kemajuan karier.

Sikap menutup diri dari kritik seringnya berawal dari kesalahan kecil yang terus dibiarkan. Entah itu kecenderungan merasa selalu benar, sulit menerima masukan, atau terlalu takut pada penilaian orang lain. Jika tidak disadari, kebiasaan itu bisa membuat seseorang sulit berkembang dan kurang dihargai.

1. Selalu merasa paling benar

ilustrasi seseorang merasa selalu benar (pexels.com/Yan Krukau)

Ketika seseorang merasa selalu benar, ia cenderung menolak masukan dari orang lain. Sikap tersebut membuatnya sulit menerima perspektif baru yang bisa membantu perkembangan diri. Padahal, setiap orang memiliki keterbatasan dan bisa saja melakukan kesalahan.

Berpikir bahwa hanya pendapat sendiri yang benar akan menghambat kerja sama dalam tim dan menurunkan sikap profesional dalam bekerja. Rekan kerja mungkin enggan memberikan saran jika kita terlalu defensif. Imbasnya, kita kehilangan peluang untuk belajar dan berkembang dalam lingkungan kerja.

2. Menganggap kritik sebagai serangan pribadi

ilustrasi merasa kritik sebagai serangan pribadi (pexels.com/Antoni Shkraba)

Salah satu alasan seseorang menjadi pribadi yang antikritik adalah karena terlalu emosional dalam menanggapi masukan. Kritik yang sebenarnya bertujuan membangun justru sering dianggap sebagai bentuk serangan. Hal itu membuat seseorang mudah tersinggung dan sulit menerima perbaikan.

Padahal, kritik profesional biasanya tidak menyerang individu secara pribadi. Hal tersebut cenderung fokus pada perbaikan kinerja. Dengan memahami perbedaan tersebut, kita bisa lebih objektif dan memanfaatkan kritik untuk meningkatkan kualitas kerja.

3. Takut kehilangan reputasi di mata rekan kerja

ilustrasi takut kehilangan citra yang baik (pexels.com/Yan Krukau)

Sebagian orang memilih menolak kritik atau masukan karena khawatir terlihat kurang kompeten di mata orang lain. Mereka takut jika menerima masukan, orang lain akan menganggapnya tidak mampu. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk menutup diri dan mempertahankan citra yang sempurna.

Namun, justru sebenarnya sikap terbuka terhadap kritik menunjukkan kedewasaan dan profesionalisme. Individu yang bisa menerima masukan dengan baik akan lebih dihargai oleh orang lain. Penerimaan terhadap kritik mampu menunjukkan keinginan untuk terus belajar dan berkembang.

4. Tidak mau melakukan refleksi diri

ilustrasi enggan melakukan refleksi diri (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Seringnya, seseorang menolak kritik karena enggan melihat kekurangan di dalam diri sendiri. Tanpa refleksi diri, sulit bagi seseorang untuk memahami kesalahan yang perlu diperbaiki. Akibatnya, kesalahan yang sama memungkinkan untuk terus terulang tanpa disadari.

Refleksi diri menjadi kunci untuk menerima kritik dengan lebih bijak. Dengan melakukan evaluasi diri secara jujur, kita bisa lebih terbuka terhadap setiap masukan yang diterima. Hal tersebut dapat membantu kita untuk memperbaiki kelemahan diri dengan lebih efektif.

5. Hanya mau mendengar pujian

ilustrasi seseorang hanya ingin mendengar pujian (pexels.com/Kampus Production)

Orang yang antikritik cenderung mencari validasi eksternal dari pujian orang lain dan menghindari masukan negatif. Mereka lebih suka mendengar hal-hal yang menyenangkan daripada umpan balik yang membangun. Sikap demikian justru bisa membuat seseorang stagnan dalam pengembangan diri.

Sikap seperti di atas berisiko membuat seseorang tidak menyadari kekurangannya. Dalam dunia kerja yang dinamis, menerima kritik adalah bagian penting dari pertumbuhan profesional. Semakin kita terbuka terhadap kritik, maka semakin besar peluang untuk berkembang.

Menjadi pribadi yang terbuka terhadap kritik bukan berarti selalu setuju dengan semua pendapat orang lain. Sebaliknya, hal itu adalah tentang memilih kritik yang membangun dan menjadikannya sebagai bahan refleksi. Sikap terbuka akan membantu meningkatkan profesionalisme dan membangun hubungan kerja yang lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izah Cahya
EditorIzah Cahya
Follow Us