8 Cara Elegan Menghadapi Atasan yang Suka Mengkritik di Depan Umum

Tidak ada yang salah dengan kritik atasan, sebab kritik justru menjadi feedback yang membangun bagi kita. Tetapi, jika kritik disampaikan di depan umum, bahkan seringkali terjadi apalagi dengan dalih sebagai pembelajaran bagi yang lain, tentu hal ini bisa membuat kita merasa malu, terpojok, atau bahkan kehilangan kepercayaan diri.
Oleh karena itu, kita juga perlu memiliki keterampilan untuk bisa menyikapi situasi ini dengan kepala dingin dan tetap profesional. Dengan langkah-langkah yang tepat, hal ini tidak hanya bisa menjaga citra diri, tetapi juga menjaga kesehatan mental dan memberikan pengaruh yang positif kepada lingkungan kerja.
1. Tetap tenang dan tunjukkan profesionalisme

Menerima kritik memang bisa terasa tak nyaman. Tetapi, kamu tetap harus bisa bersikap tenang dalam menghadapinya. Jangan biarkan emosi menguasai dirimu, karena reaksi yang emosional justru bisa memperburuk situasi dan memberikan kesan tidak profesional. Ambil napas dalam-dalam dan fokus pada pesan yang ingin disampaikan oleh atasan, bukan pada cara penyampaiannya yang mungkin kurang pantas. Hal ini malah dapat menunjukkan kepada rekan-rekan kerja yang lain bahwa kamu adalah orang yang matang secara emosional.
Selain bersikap tenang, berusalah untuk tidak membalas kritik secara langsung di depan umum. Jika merasa perlu merespons, berikan jawaban singkat dan sopan seperti, “Terima kasih atas masukannya, Pak/ Bu,” atau jawaban diplomatus lainnya. Ingat, apapun yang terjadi, kamu perlu mampu mengelola tekanan dengan baik dan tetap menghormati atasan meskipun situasinya tidak ideal.
2. Dengarkan dengan sungguh-sungguh

Meskipun kritik disampaikan dengan cara yang kurang menyenangkan, cobalah untuk mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Fokus pada isi kritik dan cari tahu apakah ada poin yang bisa kamu pelajari atau perbaiki. Terkadang, pesan yang sebenarnya baru bisa benar-benar kita terima ketika kita mendengarkan dengan baik dan pikiran yang terbuka.
Sambil mendengarkan, kamu juga bisa mencatat poin-poin penting yang disebutkan oleh atasan. Hal ini tidak hanya membantu memahami kritik secara lebih baik, tetapi juga menunjukkan keseriusanmu dalam menanggapi masukan, meskipun cara penyampaiannya kurang ideal. Ingat, fokus saja pada masukan yang disampaikan, jangan fokus pada pribadi yang menyampaikannya.
3. Tanggapi dengan sopan

Setelah mendengarkan kritik, berikan tanggapan yang sopan dan profesional. Kamu mungkin merasa kesal atau emosi saat itu. Tetapi, menjawab dengan emosi negatif justru bisa membuat suasana semakin tidak kondusif. Biasakan dirimu untuk membiarakan jawaban sesuai etika kerja tanpa menghiraukan cara penyampaian tersebut. Atasan umumnya tidak menyukai penolakan atau sikap defensif. Mereka berharap apapun yang disampaikan, bisa diterima demi kemajuan timnya.
Hindari membela diri secara berlebihan atau menunjukkan respons negatif, karena cara tersebut justru malah memberikan kesan bahwa kamu tidak bisa menerima kritik. Jika ada hal yang tidak kamu pahami, jangan ragu untuk bertanya secara baik-baik. Misalnya, “Apakah Bapak/Ibu bisa memberikan contoh yang lebih spesifik? Saya ingin memastikan bahwa saya sudah benar-benar memahami yang disampaikan.” Tanggapan seperti ini menunjukkan bahwa kamu memiliki niat untuk memperbaiki diri tanpa terpengaruh oleh tekanan situasi.
4. Bicarakan secara pribadi jika memungkinkan

Jika cara menegur seperti ini terjadi terus-menerus, memang akan membuat kita merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, apabila memungkinkan, carilah waktu dan situasi yang kondusif untuk berbicara dengan atasan secara empat mata. Pendekatan ini penting untuk menyampaikan perasaanmu tanpa menimbulkan konflik. Katakan dengan sopan bahwa kamu keberatan dengan cara penyampaian yang dilakukan atasan. Tanpa sikap defensif, penyampaian perlu kamu lakukan dengan sopan dan penuh keterbukaan. Sebab mungkin saja, pesan yang atasan sampaikan dengan perspektif yang kamu terima bisa berbeda.
Pendekatan ini juga menunjukkan keberanianmu dalam mengelola hubungan profesional, sekaligus memberikan kesempatan kepada atasan untuk memahami perspektif timnya. Fokusnya tentu demi kemajuan bersama. Sebagai tim, baik atasan maupun bawahan sama-sama memerlukan masukan. Selama masih dalam koridor yang sesuai, cara ini tak hanya bisa membantumu, tetapi juga perkembangan tim dan bahkan atasanmu sendiri.
5. Pahami isi kritikannya

Kritik dan cara penyampaian adalah dua hal yang berbeda. Pada dasarnya, jika mau berfokus pada apa yang disampaikan, selama hal itu memiliki dasar yang valid dan relevan dengan pekerjaanmu, maka hal itu bisa jadi masukan yang berguna.Gunakan kritik sebagai peluang untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas kerja, agar hal ini juga bermanfaat bagi perkembangan karirmu di kantor.
Sebaliknya, jika kritik dirasa tidak relevan atau tidak adil, tetaplah tenang dan gunakan waktu untuk merenungkan bagaimana kamu bisa menangani situasi serupa di masa depan. Sikap reflektif ini akan membantumu berkembang tanpa merasa terbebani oleh kritik yang tidak konstruktif. Ada kalanya, kita bertemu dengan orang-orang yang membuat kita merasa nyaman atau tidak cocok secara sikap dengan kita. Ingatlah untuk tetap fokus pada diri sendiri.
6. Bangun hubungan yang lebih baik

Membangun hubungan yang lebih baik dengan atasan dapat membantu mencegah kritik di depan umum di masa depan. Luangkan waktu untuk memahami gaya komunikasi atasan, termasuk bagaimana mereka menyampaikan arahan atau masukan. Dengan memahami pola ini, kamu bisa lebih siap menghadapi situasi serupa. Terkadang, kita memang perlu belajar untuk bisa fleksibel terhadap berbagai macam karakter orang.
Selain itu, cobalah untuk proaktif dalam berkomunikasi dengan atasan. Sampaikan perkembangan pekerjaan Anda secara berkala sehingga mereka merasa dilibatkan. Hubungan yang lebih dekat dan komunikatif dapat mengurangi kemungkinan kritik yang disampaikan dengan cara yang kurang tepat.
7. Gunakan sistem yang ada

Jika kritik di depan umum terus berulang dan mulai mengganggu kenyamanan atau produktivitas kerjamu, pertimbangkan untuk menggunakan mekanisme formal seperti berbicara dengan HRD. Jelaskan situasi secara objektif dengan fokus pada dampaknya terhadap kinerja tim atau suasana kerja. Ingat, poin dari apa yang ingin kamu sampaikan ke HRD adalah tentang situasi kerja yang dapat mendukung produktivitas.
Kamu juga perlu memastikan langkah ini diambil setelah upaya pribadimu untuk menyelesaikan masalah sendiri tidak membuahkan hasil. Jadi, bukan berarti setiap kali ada masalah kamu perlu sampaika ke HRD, ya. Biar bagaimanapun, kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri, dan keterampilan penyelesaian masalah ini memang diperlukan di dunia kerja.
8. Tetapkan batasan diri

Jika kritik yang tidak pantas terus terjadi dan mulai memengaruhi kesejahteraan mentalmu, penting untuk menetapkan batas diri. Lakukan evaluasi, apakah lingkungan kerja tersebut masih mendukung pertumbuhanmu secara profesional dan pribadi? Jangan ragu untuk mencari saran dari mentor atau rekan kerja terpercaya. Jika perlu, pertimbangkan untuk mencari peluang baru di tempat kerja lain yang lebih mendukung. Ingatlah bahwa menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga performa kerja.
Menghadapi atasan yang suka mengkritik di depan umum memang tidak mudah, dan terkadang bisa menyita perhatian dan emosi kita. Akan tetapi, melalui pendekatan yang tepat, kita bisa mengelola situasi ini dengan elegan dan tetap profesional. Selalu ingat bahwa fokus dari penyelesaian masalah ini ditujukan untuk pengembangan diri dan hubungan kerja yang sehat. Setiap kritik, baik itu disampaikan dengan cara yang tepat atau kurang ideal sekalipun, bisa menjadi peluang untuk belajar dan berkembang. Kamu perlu bisa menyiasati masalah ini menjadi keuntungan dengan mendapatkan insight yang positif, tetapi tetap memiliki kesehatan mental yang baik.