5 Tips Sikapi Permintaan Maaf Atasan yang Suka Marah, Perlu Ketegasan

Punya atasan yang sabar, humoris, dan dekat dengan bawahan tentu harapan semua orang. Sayangnya, atasan yang demikian tidak terdapat di kantormu. Atasanmu malah suka marah seakan-akan harinya selalu buruk. Hal-hal sepele saja diresponsnya dengan kemarahan yang berlebihan.
Kamu dan karyawan lainnya sampai senam jantung setiap kali atasan mulai emosi. Bahkan tidak jarang kalian gak bisa mengerti apa yang sesungguhnya membuatnya marah. Boleh jadi tak ada persoalan apa-apa di kantor. Masalahnya justru ada di kehidupan pribadinya dan ia meluapkan emosinya pada kalian semua.
Akan tetapi, di samping sifat buruknya itu juga masih ada sisi positifnya. Atasanmu mau meminta maaf secara langsung padamu sehabis emosinya reda. Dia mungkin tidak sekadar memanggilmu ke ruangannya, melainkan menghampiri mejamu dan tanpa ragu meminta maaf di depan karyawan lain. Pastikan dirimu meresponsnya dengan tepat untuk meminimalkan ia marah-marah lagi di lain waktu.
1. Memaafkannya, tapi jangan selalu bilang tidak apa-apa

Pentingnya memaafkan atasan bukan hanya lantaran posisimu sebagai stafnya. Sebagai manusia memang sudah menjadi tugasmu untuk memaafkan orang yang bersalah. Seseorang tidak meminta maaf secara langsung padamu saja harus tetap dimaafkan. Apalagi atasan terang-terangan mengakui kesalahan dan menyesalinya.
Akan tetapi, tidak baik pula apabila dirimu hanya menerima permintaan maafnya. Terlebih diikuti dengan perkataan bahwa kamu tak apa-apa dengan sikapnya tadi atau kemarin.
Perkataan seperti itu mengurangi motivasi atasan untuk bersikap lebih bijaksana dan mengontrol emosinya. Dia bisa menyimpulkan bahwa bukan masalah besar jika kapan-kapan kembali memarahimu.
Mumpung atasan sudah ada di depanmu dan dalam keadaan menyesal, sampaikan apa yang kamu rasakan ketika ia marah-marah. Bahkan tidak hanya perasaanmu ketika itu, melainkan juga teman-temanmu saban atasan kehilangan kendali diri. Ia mesti tahu bahwa bukan pekerjaan yang paling membebani kalian, melainkan kebiasaannya marah.
2. Ajak ia kembali membicarakan masalahnya dengan kepala dingin

Meski atasan yang gampang emosi bisa mengamuk tanpa sebab yang jelas, mungkin kemarin memang ada persoalan yang menjadi pemantiknya. Misalnya, kamu melaporkan situasi di lapangan yang tidak berjalan sesuai dengan harapan. Ia langsung naik pitam seakan-akan semua itu terjadi karena kesalahanmu dan gak ada lagi yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya.
Padahal, tentu saja tidak seperti itu. Namun, kamu gak bisa berbicara lebih banyak jika emosinya telah naik. Maka gunakan momen saat ini dengan sebaik mungkin. Atasanmu sudah tidak marah-marah lagi. Ia di fase tenang dan permintaan maafnya sekaligus tanda bahwa dia siap diajak bicara baik-baik.
Oleh sebab itu, jangan menghindari topik yang membuat emosinya meledak kemarin. Ini soal pekerjaan. Apa-apa yang harus dibicarakan mesti tetap didiskusikan.
Jangan sampai urusan penting terbengkalai hanya karena dirimu tak berani kembali mengungkitnya. Ajak atasan buat membicarakan lagi duduk perkaranya dengan hati yang tenang serta pikiran yang jernih.
3. Jika situasi memanas, ingatkan atasan agar tak kembali marah

Dengan sifatnya yang gampang uring-uringan, bukan tidak mungkin atasan kembali mulai bicara dengan nada tinggi. Ini merupakan tanda awal kesabarannya mulai menipis. Kamu jangan sampai terlambat menyadari hal ini sehingga gak sempat mencegah emosinya naik lebih tinggi lagi. Meski masih banyak hal yang perlu disampaikan, rem dulu.
Orang yang mudah emosi tidak bisa menampung terlalu banyak informasi. Apalagi sebagian besarnya kurang menyenangkan baginya. Berbeda dengan orang yang sabar lebih siap mendengarkan apa saja. Kalau atasanmu mulai tampak kesal lagi, tenangkan dia dulu. Bukan sekadar dengan dirimu mengatakan situasinya tak seburuk bayangannya.
Kamu juga perlu langsung membidiknya di bagian kesukaannya marah-marah. Katakan bahwa tadi atau kemarin ia baru saja memarahimu. Masa sekarang dia hendak kembali melakukannya?
Bilang juga padanya bahwa dirimu tidak akan melanjutkan pembicaraan ini apabila ia gak bersikap tenang. Sedikit ancaman bakal membuatnya berpikir ulang dan urung meledakkan emosinya.
4. Atasan masih marah, tinggalkan ruangan

Sedikit ancaman kadang berhasil membatalkan keinginan seseorang untuk marah-marah lagi. Akan tetapi, ini juga tergantung karakter orang yang dihadapi. Boleh jadi peringatan dan ancamanmu malah sama sekali tidak digubrisnya. Atasan tetap marah dan justru punya banyak pembenaran atas emosinya. Atau, ia hanya tenang untuk sesaat.
Kemarahannya tidak benar-benar hilang dan cuma menurun sedikit. Setelah dirimu melanjutkan pembicaraan yang makin berat, dia pun gak kuat lagi menahan emosinya. Lantaran topik ini juga yang kemarin membuatnya marah, boleh jadi sekarang ledakan emosinya kian mengerikan. Situasi begini termasuk genting.
Membiarkan dirimu terus berada di sana dan menjadi bulan-bulanan kemarahannya lagi bukan tindakan yang berguna. Kamu perlu mengambil langkah tegas berikutnya, yaitu meninggalkan ruangan. Jangan takut hanya karena dia atasanmu. Toh, dirimu tidak mengatakan hal-hal yang buruk.
Keluarlah dari ruangan dengan tenang sekaligus langkah mantap. Jangan berlari-lari kecil atau menengok padanya sebelum menutup pintu.
Ketegasanmu untuk menghentikan pembicaraan serta pergi bila atasan kembali marah-marah akan memperbesar rasa respeknya padamu. Atasanmu belajar mengerti bahwa loyalitasmu padanya juga ditentukan oleh sikapnya padamu.
5. Bila atasan mampu bersabar, apresiasi dengan tulus

Sebaliknya kalau ternyata diskusi kali ini berjalan cukup lancar, kamu pun wajib mengapresiasi atasan. Gak mudah lho, untuk orang yang suka marah mampu mengendalikan dirinya. Ini artinya, atasanmu sungguh-sungguh menyesali apa yang terjadi di antara kalian sebelumnya. Setelah diskusi selesai dengan baik, rilekskan suasana dengan memujinya.
Kamu bisa berkata dengan raut jenaka, "Nah, kalau begini kan enak, Bos. Saya jadi gak takut-takut mau bicara. Besok-besok jangan marah-marah lagi, ya? Seram." Atasan akan tersipu-sipu dan tahu bahwa kali ini ia sudah bersikap tepat seperti keinginan anak buah. Dia bakal berusaha lebih keras supaya mampu konsisten bersikap sabar dalam berbagai situasi.
Memang sudah seharusnya seorang atasan yang baik tidak gampang marah. Namun jika dirimu tak secara khusus mengapresiasi sikapnya kali ini yang jauh lebih baik daripada biasanya, atasan gak memperoleh penguatan untuk perilakunya yang positif.
Ia akan berpikir marah-marah atau tidak sama saja. Lantaran marah lebih mudah baginya ketimbang bersabar, ke depan niscaya dia kembali meluapkan emosi dengan atau tanpa adanya masalah yang serius.
Permintaan maaf atasan atas ledakan emosinya beberapa waktu yang lalu mesti disambut dengan baik. Akan tetapi, atasan juga perlu belajar memahami batasan dalam bersikap terhadap siapa pun.
Hanya karena posisinya dalam pekerjaan lebih tinggi darimu, tidak lantas ia bisa terus semena-mena padamu. Kemampuanmu bersikap tegas dengan cara yang tepat membantu membangun pengendalian dirinya.