Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Alasan Bijaksana Pasangan Menunda Punya Anak setelah Menikah

ilustrasi pasangan (pexels.com/Sandro Crepulja)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Sandro Crepulja)

Pernikahan adalah hal yang bisa menjadi sumber kebahagiaan. Bayangkan, bila kamu dan kekasih yang sangat dicintai akhirnya bersatu dalam suatu ikatan suci yang sah, tentu rasanya sangat melegakan. Nah, kerap kali, rasa bahagia itu akan semakin berlipat-lipat tatkala disusul dengan kehadiran buah hati.

Pada umumnya, pasangan yang baru saja resmi mengikat janji suci tidak sabar untuk segera memiliki momongan. Selain menjadi pelengkap keluarga, adanya bayi mungil itu juga bisa memuaskan hati para kakek dan nenek yang sudah semangat ingin menimang cucu. Namun demikian, ada juga kok pasangan suami istri yang memilih untuk menunda punya anak setelah menikah. Biasanya hal ini jadi perhatian orang karena konotasinya negatif. Padahal, alasan penundaan itu bisa jadi sangat bijaksana sebagai berikut.

1. Memanfaatkan masa awal pernikahan untuk saling mengenal dengan pasangan

ilustrasi pasangan bahagia (pexels.com/Katerina Holmes)
ilustrasi pasangan bahagia (pexels.com/Katerina Holmes)

Tidak dapat dimungkiri bahwa momen setelah pernikahan memang penuh dengan semangat. Banyak pasangan langsung berbulan madu ke tempat-tempat romantis demi merayakan keberhasilan menyatukan cinta yang mereka miliki. Kalau sudah begini, biasanya tidak lama kemudian langsung dikaruniai buah hati. Kendati bahagia, tetapi ada konsekuensinya juga, nih. Kalau belum benar-benar saling mengenal jati diri pasangan, bisa jadi nanti timbul konflik yang sulit diselesaikan.

Oleh sebab itu, ada pasangan yang memilih menunda rencana memiliki buah hati karena ingin memanfaatkan masa awal pernikahan untuk saling mengenal dengan lebih baik, terutama mereka yang menikah tanpa pacaran terlebih dahulu. Jika sudah semakin paham dengan karakter masing-masing, maka terbentuk interaksi yang kompak dan harmonis selayaknya anggota tim yang saling bekerja sama. Kalau telah mencapai fase ini, rasanya akan lebih siap untuk punya anak.

2. Masing-masing sepakat untuk mengejar mimpi terlebih dahulu

ilustrasi kelulusan (unsplash.com/Jeremiah Lawrence)
ilustrasi kelulusan (unsplash.com/Jeremiah Lawrence)

Tidak semua orang yang memutuskan untuk menikah telah selesai dengan mimpinya. Ambil contoh, ada yang mengikat janji suci pernikahan saat salah satu atau keduanya sedang menempuh pendidikan. Mereka berdua sepakat meresmikan hubungan terlebih dahulu, setelah itu saling mendukung dalam melanjutkan misi untuk mewujudkan cita-cita.

Berhubung menjalankan peran sebagai suami atau istri sambil berusaha mewujudkan mimpi adalah hal yang merepotkan, maka pasangan seperti ini memilih untuk tidak punya anak terlebih dahulu. Nanti begitu tugas telah selesai dan bisa fokus sepenuhnya pada urusan keluarga, baru memikirkan untuk memiliki momongan. Hasilnya, kasih sayang bisa lebih utuh, deh.

3. Menjalani hubungan jarak jauh dan menunggu bisa tinggal bersama terlebih dahulu

ilustrasi hubungan romantis jarak jauh (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi hubungan romantis jarak jauh (pexels.com/RDNE Stock project)

Idealnya, pasangan yang sudah menikah memang seharusnya tinggal di satu atap yang sama, ya. Hal ini demi memudahkan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari sebagai keluarga baru. Namun, tidak semua orang cukup beruntung memiliki kesempatan seperti itu. Pasalnya, sebagian pasangan masih harus menjalani hubungan jarak jauh setelah resmi melangsungkan pernikahan karena alasan pekerjaan, belajar, atau urusan lainnya.

Oleh karena itu, pasangan yang menghadapi situasi seperti ini biasanya akan memilih untuk menunda rencana punya momongan. Pasalnya, saat istri hamil dan jauh dari suami, tentu repot sekali, apa lagi bila sudah benar-benar punya anak. Nah, alangkah bijaksana bila rencana besar itu ditunda sementara waktu sampai mereka bisa tinggal bersama secara permanen.

Pasangan yang menunda untuk langsung punya anak setelah menikah bukannya tidak senang dengan kehadiran buah hati ditengah keluarga. Mereka memiliki alasan yang bijaksana demi kebaikan keluarga kecilnya. Nah, orang lain yang hanya melihat dari luar sebaiknya tidak menghakimi karena setiap orang hidup dengan caranya masing-masing. Oke?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us

Latest in Life

See More

Ramalan Shio 14 Desember 2025, Ada Kejutan di Pertengahan Bulan Ini?

13 Des 2025, 18:46 WIBLife