6 Tanda Kamu Terlalu Perfeksionis dalam Bekerja, Waspadai!

Setiap orang tentu ingin memberikan yang terbaik, bahkan berusaha mencapai kesempurnaan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Namun terkadang, harapan yang terlalu tinggi bisa menjadi tidak realistis dan tanpa disadari kamu malah bersikap perfeksionis.
Elizabeth Scott, PhD, seorang penulis, pendidik, dan pelatih kesehatan, dikutip Verywell Mind, mengatakan bahwa perfeksionis adalah sikap di mana seseorang menetapkan standar pribadi yang terlampau tinggi dan cenderung mengevaluasi dirinya sendiri secara kritis. Perfeksionis merupakan salah satu bentuk kualitas yang dimiliki oleh seseorang.
Individu dengan sikap ini mempunyai ambisi besar untuk mencapai kesempurnaan, sehingga cenderung berhati-hati dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sebenarnya, menjadi perfeksionis tidak selalu identik dengan hal yang buruk. Namun, ketika itu berubah menjadi berlebihan, sifat perfeksionis justru bisa menghambatmu dalam pencapai kesuksesan.
Lantas, apa saja tanda seseorang yang terlalu perfeksionis dalam bekerja? Yuk, temukan jawabannya dalam artikel berikut ini!
1.Terlalu kritis terhadap diri sendiri

Menurut Scott, orang yang terlalu perfeksionis akan lebih kritis terhadap diri sendiri. Mereka akan sering mengkirik hasil kerja mereka dan menganggap bahwa kegagalan adalah bukti ketidakmampuan.
Tentu ini terjadi karena orang yang terlalu perfeksionis sulit melihat sesuatu selain kesalahan dan ketidaksempurnaan. Bahkan, ketika melakukan kesalahan kecil sekalipun saat bekerja, mereka bisa menjadi sangat frustasi dan merasa sangat gagal.
“Seorang perfeksionis hanya berfokus pada ketidaksempurnaan dan kesulitan untuk melihat hal lain. Mereka juga cenderung keras terhadap diri sendiri dan orang lain ketika kegagalan terjadi,” imbuh Scott.
2.Sering mengalami kesulitan saat memulai tugas

Tanda bahwa kamu terlalu perfeksionis dalam bekerja selanjutnya adalah sering kesulitan untuk memulai tugas. Dikutip HackSpirit, Frankie Pascua-dela Pasion, seorang Life Coach dan Career Strategist bersertifikat, menuliskan bahwa seseorang yang perfeksionis biasanya memiliki ketakutan besar terhadap kegagalan, sehingga memulai suatu tugas bisa menjadi hal yang sangat menantang.
Orang yang terlalu perfeksionis hanya fokus untuk mencapai hasil yang sempurna. Selain itu, mereka cenderung menghabiskan banyak waktu dalam mempersiapkan dan merencanakan, sehingga tugas yang semestinya mudah untuk dikerjakan bisa berubah menjadi lebih sulit.
3.Terobsesi pada detail

Biasanya, seseorang yang terlalu perfeksionis dalam bekerja juga ditandai dengan terobsesi pada detail. Maksudnya, orang yang terlalu perfeksionis akan menemukan sesuatu yang orang lain tidak tahu. Ini terjadi karena mereka terlalu cermat terhadap detail kecil dalam pekerjaan mereka.
Alhasil, ketika mengetahui ada sesuatu yang dianggap tidak sesuai atau berpotensi mengurangi kesempurnaan hasil, seseorang yang perfeksionis akan segera memperbaiknya. Namun, penting diingat bahwa sikap ini dapat membuang-buang waktu dan membuat kamu kekurangan waktu untuk menyelesaikan sesuatu yang lebih prioritas.
4.Terlalu khawatir tidak dapat mencapai standar yang telah ditetapkan

Dikutip Huffpost, dalam Journal of Applied Psychology, peneliti dari Miami University, Univeristy of Florida, dan Georgia Tech menganalisis 95 penelitian sebelumnya dan menemukan bahwa terdapat dua jenis perfeksionis. Pertama, perfeksionis yang mencari keunggulan dan menuntut standar yang terlalu tinggi untuk diri mereka sendiri. Kedua, perfeksionis yang suka menghindari kegagalan, ditandai dengan perhatian obsesif dan enggan merasa gagal dalam mencapai standar kinerja yang tinggi.
Dengan kata lain, jika kamu mengalami gangguan mental dikarenakan tidak berhasil menyelesaikan tugas sesuai standar yang kamu miliki, bisa jadi ini pertanda bahwa kamu termasuk seorang perfeksionis yang suka menghindari kegagalan. Selain itu, ketika bekerja sama dalam sebuah tim, umumnya orang dengan karakter perfeksionis tipe dua akan menetapkan standar yang tinggi juga kepada rekan kerjanya.
Tentu, itu semua dapat menimbulkan kelelahan, stres, dan kecemasan yang lebih kuat dalam bekerja. Alhasil, kamu menjadi kurang fokus, mudah tersinggung, dan terjebak dalam kekhawatiranmu sendiri.
5.Sering menunda-nunda pekerjaan

Travis Bradberry, salah satu pendiri TalentSmart dan penulis buku terlaris bertajuk Emotional Intelligence 2.0, dalam laman Forbes, menuliskan bahwa salah satu ciri seseorang yang terlalu perfeksionis dalam bekerja adalah sering menunda-nunda pekerjaan. Menurutnya, sikap perfeksionis dan rasa takut gagal sering kali berjalan beriringan, sehingga akan memicu pikiran bahwa tugas-tugas yang terlihat biasa pun dapat terasa menakutkan jika harus diselesaikan secara sempurna.
Mereka yang memiliki karakter perfeksionis berlebihan juga cenderung menghabiskan waktu berjam-jam untuk bertukar pikiran karena percaya bahwa ide membutuhkan waktu untuk berkembang. Akibatnya, mereka lebih memilih menunggu waktu yang dianggap “sempurna” itu untuk memulai suatu tugas.
Namun sayangnya, sering kali waktu yang diharapkan tersebut tak kunjung datang, sehingga tugas mereka menumpuk dari waktu ke waktu. Semakin lama pekerjaan ditunda, semakin berat pula beban yang harus diselesaikan.
6.Terus-menerus melewatkan tenggat waktu

Seorang psikoterapis dan penulis buku berjudul 13 Things Mentally Strong People Don’t Do dan 13 Things Mentally Strong Parents Don’t Do, Amy Morin, dikutip Forbes, menuliskan bahwa orang yang perfeksionis sering kali kesulitan menyelesaikan tugas tepat waktu. Hal ini karena mereka merasa hasil pekerjaannya tidak pernah cukup baik.
Mereka selalu berusaha memastikan tidak ada satu kesalahan kecil pun dalam hasil kerja mereka. Padahal, seseorang yang sering melewatkan tenggat waktu, besar kemungkinan mendapat reputasi kerja yang buruk karena dianggap tidak bisa diandalkan. Ketika itu terjadi secara terus-menerus, kamu akan sulit untuk maju dalam karier.
Itulah beberapa tanda bahwa kamu mungkin terlalu perfeksionis dalam bekerja. Penting diingat, mempunyai ambisi untuk memberikan hasil terbaik merupakan hal yang positif, tetapi penting juga untuk bisa membedakan mana motivasi yang sehat dan sifat perfeksionis.
Jangan sampai karena ekspektasi terlalu tinggi untuk mencapai kesempurnaan, justru membuat kamu kelelahan, stres, dan akhirnya depresi. Alih-alih bersikap perfeksionis, lebih baik ubah pola pikir menjadi optimis. Karena orang yang optimis cenderung bekerja keras untuk meraih kesuksesan tanpa menekan diri sendiri serta lebih fleksibel dan adaptif dalam meraih tujuan mereka.