Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fresh Graduate Sulit Cari Kerja? Ini 7 Fakta Cari Kerja di Masa Kini

ilustrasi sedang interview
ilustrasi sedang interview (unsplash.com/Resume Genius)
Intinya sih...
  • Kesempatan kerja bisa datang lewat networking.
  • Sebagai first timer akan terkejut dengan terbatasnya lowongan kerja, sementara persaingan sangat ketat.
  • Perusahaan cari yang 'siap' kerja.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lulus kuliah seharusnya jadi momen yang membanggakan, tapi kenyataannya banyak fresh graduate justru kebingungan. Banyak yang berpikir, setelah wisuda langsung bisa kerja, tapi faktanya tidak semudah itu. Dunia kerja hari ini sudah berubah dan semakin kompetitif. Bahkan, ijazah saja tidak cukup untuk membuka pintu karir. 

Bukan cuma soal skill atau nilai akademis, tapi ada faktor x y z yang mempengaruhi. Banyak faktor yang membuat pencarian kerja jadi lebih rumit dari yang dibayangkan. Mari kita bahas realita dilapangan tentang mencari kerja, dunia baru yang akan kita pijaki ini. Semoga pikiran kita jadi lebih terbuka dan siap!

1. Kesempatan kerja bisa datang lewat networking

ilustrasi sedang mengobrol santai
ilustrasi sedang mengobrol santai (unsplash.com/Sergey Tarasov)

Pasti sudah sering kita dengar pada konten tips-tips mencari kerja lainnya, untuk memperluas relasi, jalin hubungan yang win-win solution atau mendalam, atau meng-approach langsung HRD dari suatu perusahaan. Well, ini benar adanya, faktanya sebagian lowongan ada yang tidak di share ke publik alias rekrutmen secara tertutup. Jadi, menciptakan hubungan yang baik adalah salah satu usaha kita untuk mendapatkan lowongan pekerjaan.

Mendapatkan pekerjaan lewat networking sudah terbukti selama beberapa dekade dan 70% dari mereka berhasil. Dalam networking juga tidak selalu berhasil dalam pertemuan pertama, kita perlu menciptakan komunikasi strategis dan ketulusan di dalamnya, hingga terciptalah rasa percaya. Networking juga menjadi salah satu cara mudah mendapat pekerjaan setelah PHK. Jadi, cobalah untuk memperluas jaringan untuk membuka opportunity lainnya.

2. Sebagai first timer akan terkejut dengan terbatasnya lowongan kerja, sementara persaingan sangat ketat

ilustrasi terkejut
ilustrasi terkejut (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seperti yang dikatakan sebelumnya, beberapa perusahaan tidak membuka lowongan kerja secara terbuka. Dari tahun ke tahun angkatan kerja terus bertambah, tetapi lowongan kerja yang tersedia terbatas. Belum lagi dengan persaingan yang harus dihadapi. Mulai dari pengalaman kerja, usia, dan soft skill yang akan menjawab semuanya. Inilah realita pahit yang harus dihadapi oleh fresh graduate, yang mungkin akan syok saat tahu.

Para pencari kerja baru pasti akan kewalahan melihat kualifikasi yang harus mereka penuhi. Misal, fresh graduate sebagai pelamar baru mereka dituntut untuk memiliki pengalaman kerja minimal 1-2 tahun. Padahal tujuan mereka melamar adalah untuk mendapat pengalaman kerja pertamanya, sementara perusahaan meminta pengalaman kerja minimal setahun atau lebih. Lalu bagaimana para first timer yang ingin menambah pengalaman? 

3. Perusahaan cari yang 'siap'

ilustrasi sedang membicarakan pekerjaan
ilustrasi sedang membicarakan pekerjaan (pexels.com/MART PRODUCTION )

Dalam berbisnis rata-rata perusahaan akan mengutamakan kandidat yang ‘siap’. Dalam artian siap dengan target pencapaian kerja, siap bekerja sama, siap mental dan fisik, tentunya dibarengi juga dengan kualifikasi yang sesuai. Karena bekerja tidak sama dengan magang yang sifatnya belajar, melainkan ada target tertentu yang harus dicapai agar bisnis berjalan lancar. Bekerja berarti tanggung jawab dan beban kerja yang pegang juga lebih besar.

Hal ini bisa diatasi dengan memperbanyak jam terbang dalam penajaman skill, agar siap saat bekerja nanti. Sebab perusahaan juga tidak ingin memiliki pegawai yang tidak growth, karena hanya akan menambah beban. Oleh karena itu, serius lah dalam mempersiapkan diri. Kerja bukan hanya tentang mendapat gaji tiap bulannya, tetapi juga soal tanggung jawab dan keuntungan bisnis.

4. Proses seleksi kandidat yang panjang dan berbeda-beda tiap perusahaan

ilustrasi mencari kerja
ilustrasi mencari kerja (pexels.com/Ron Lach)

Di Indonesia sendiri terdiri dari beberapa tahap seleksi. Tahap pertama ada seleksi CV atau tahap administrasi, untuk melihat kesesuaian kriteria kandidat. Kemudian tes tulis yang mencakup tes psikotes, tes kecerdasan, dan tes logika. Lalu tahap interview yang bisa 2 sampai 3 kali, dan ada juga perusahaan yang mengadakan FGD (Focus Group Discussion).

Setiap perusahaan tersebut memiliki jenis tes yang berbeda-beda, misal jenis tes IQ antara perusahaan A dan B berbeda, sehingga membuat kandidat harus menyesuaikan diri pada tiap rekrutmennya. Ada juga jalur seleksi dari referral, atau direkomendasikan. Dimana seorang karyawan disitu merekomendasikan temannya untuk bekerja diperusahaan tempat ia bekerja. Apapun tahapannya, saat proses ini calon pegawai harus berlatih agar familiar.

5. Cepat puas dan berekspektasi tinggi di awal

ilustrasi saling menyemangati
ilustrasi saling menyemangati (pexels.com/olia danilevich)

Sebagai fresh graduate biasanya masih optimis di masa pencarian kerja, dan mereka menghargai setiap proses kecil yang dirasakan di awal. Umumnya pun masih idealis dengan pekerjaan impian mereka, sehingga semua masih terasa easy. Hal ini dapat dijadikan afirmasi yang positif. Namun, sebagai first timer sangat disayang jika hanya terpaku pada satu bidang saja, dan membuat mereka kehilangan momen lainnya.

Sebagai pemula sebaiknya kita menurunkan ekspektasi diawal, karena kebanyakan perusahaan mengutamakan mereka yang sudah memiliki pengalaman dengan skill mumpuni. Sebaiknya lebih terbuka dan fleksibel pada tiap kesempatan yang datang. Baik menekuni satu bidang saja, atau banyak bidang.

6. Bisa satu skill gak cukup, punya banyak skill belum tentu lolos

ilustrasi berpikir
ilustrasi berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Berkaitan dengan poin sebelumnya, agar fleksibel dalam berkarir, kita perlu cepat untuk beradaptasi dilingkungan baru. Dan rasanya tidak cukup jika hanya memiliki keahlian di satu bidang saja. Akan tetapi memiliki banyak keahlian tidak ada jaminan akan lolos. Ini mungkin salah satu hal yang juga meresahkan pencari kerja di masa kini, akibat tingginya ekspektasi perusahaan terhadap para kandidat.

Meski berat, pertama-tama kita harus terbuka dulu dengan semua kesempatan dan membuat strategi untuk mengasah skill yang bisa ditonjolkan. Dengan begitu, proses belajar jadi lebih terarah dan setidaknya kita bisa berprogres setiap harinya. Jangan lupa untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu, karena perusahaan kini juga sudah mengarah pada digitalisasi untuk efisiensi.

7. Hidup seperti digantung karena menunggu update dari HRD setiap harinya

ilustrasi frustasi
ilustrasi frustasi (pxels.com/Andrea Piacquadio)

Karena marak berita sulitnya mencari kerja, hidup rasanya seperti tidak terarah dan membuat cemas tiap harinya. Seolah jiwa optimis dalam diri tertelan sedikit demi sedikit karena ketidakpastian dalam proses ini. Sangat wajar apabila kandidat merasa seperti ‘digantung’ akibat tidak adanya pemberitahuan lolos atau tidaknya dari suatu rekrutmen. 

Terkadang saat masa penantian ini pikiran kita dipenuhi oleh pemikiran negatif yang menghadirkan rasa rendah diri, menyalahkan diri sendiri, hingga menyalahkan keadaan. Daripada berpikiran buruk, lebih baik kita mengisi waktu dengan refleksi diri. Apa yang bisa diperbaiki dari wawancara terakhir, maksud dari pertanyaan HRD, lalu memperbaikinya. Anggaplah tiap tahapan rekrutmen adalah bagian dari pembelajaran.

Setelah mengetahui fakta di atas, kita bisa lihat bahwa mencari kerja adalah tantangan yang saingannya bukan hanya sesama fresh graduate, tetapi seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang dan usia yang beragam. Penting bagi kita untuk tetap menjaga semangat, mau belajar, dan terus beradaptasi. Dunia kerja tidak adil, tapi bukan berarti tidak ada peluang.

Semoga informasi ini berguna sebagai bekal untuk menyusun dan menjadikan diri lebih baik dan fokus lagi. Selagi menunggu, isilah dengan kegiatan positif agar tetap waras. Jangan menyerah meski prosesnya panjang dan penuh tantangan. Terus asah kemampuanmu dan perluas relasi, karena kerja keras akan menemukan jalannya sendiri. Semangat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us