Ilustrasi menghadapi pelanggan (Pexels.com/Tim Gouw)
Metode baru ini memunculkan perdebatan, apakah credit scoring dalam proses rekrutmen adalah metode yang efektif atau justru bentuk diskriminasi. Masalah ini jadi topik hangat dalam diskusi virtual Kini Paham Kredit #2: “Cegah Karyawan Fraud: Cek Credit Scoring Saat Proses Rekrutmen” yang diselenggarakan oleh IdScore pada hari Selasa (24/05) lalu.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Managing Director Headhunter Indonesia, Haryo Suryosumarto dan Direktur Utama IdScore, Yohanes Arts Abimanyu selaku narasumber. Haryo menjelaskan bahwa credit scoring ke depannya punya peluang untuk jadi seperti psikotes atau medical check up yang umum dilakukan saat rekrutmen.
Namun, credit scoring juga tidak berdiri sendiri sebagai dasar pengambilan keputusan karena pertimbangan dari faktor lain masih dibutuhkan seperti psikotes, kompetensi, kesesuaian budaya kerja, riwayat pekerjaan sebelumnya, latar belakang pendidikan, catatan kriminal, dan lain-lain.
"Sama halnya dengan medical check up, proses pengecekan kredit kandidat dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari kandidat. Jadi, saya rasa hal ini bukan merupakan bentuk diskriminasi," terangnya.