Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Fenomena Unik 'Professional Stalking' di LinkedIn 

Ilustrasi dua wanita bermain handphone (pexels.com/Brett Sayles)
Ilustrasi dua wanita bermain handphone (pexels.com/Brett Sayles)

LinkedIn, platform sosial yang awalnya dikenal sebagai tempat mencari kerja, kini berubah jadi medan profesional yang punya cerita unik. Dari saling mengintip profil sampai riset mendalam soal kompetitor, LinkedIn membawa konsep stalking ke level baru, tapi dalam versi yang lebih sopan atau, setidaknya, terlihat sopan. Aktivitas ini bahkan jadi bagian dari strategi networking modern yang diam-diam dilakukan banyak orang.

Fenomena yang disebut professional stalking ini bukan cuma soal kepo biasa. Ada berbagai alasan, mulai dari ingin kenalan, riset pekerjaan, sampai sekadar tahu perkembangan karier seseorang. Yuk, kita bahas 4 fenomena ini dengan cara santai tapi tetap relevan untuk era digital saat ini.

1. Kepo rekan lama, tapi malas menyapa

Ilustrasi pria bermain handphone (pexels.com/Kaboompics)
Ilustrasi pria bermain handphone (pexels.com/Kaboompics)

Fenomena pertama ini adalah salah satu yang paling sering dilakukan di LinkedIn. Entah itu mantan rekan kerja atau teman lama yang sudah lama gak ada kabar, profil mereka sering jadi sasaran kepo. Hanya dengan satu klik, semua informasi karier mereka tersaji, tanpa harus repot-repot ngobrol basa-basi di chat.

Lucunya, kebanyakan orang yang kepo seperti ini jarang sekali meninggalkan jejak. Mereka lebih memilih "mengintip" secara anonim atau sengaja mematikan notifikasi "Who Viewed Your Profile". Karena ya, tujuan utama mereka cuma ingin tahu, bukan menjalin komunikasi.

2. Research kompetitor secara diam-diam

Ilustrasi perempuan sedang bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi perempuan sedang bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di era persaingan profesional, LinkedIn jadi tempat strategis untuk memantau gerak-gerik kompetitor. Banyak yang memanfaatkan platform ini untuk mencari tahu siapa saja yang bekerja di perusahaan pesaing, proyek apa yang sedang dikerjakan, hingga strategi mereka di pasar. Semua informasi itu tersedia secara publik, jadi kenapa tidak?

Namun, sisi unik dari fenomena ini adalah cara orang menyamarkan aktivitasnya. Misalnya, menggunakan profil palsu atau memanfaatkan akun teman untuk mengintip tanpa meninggalkan jejak. Terkesan berlebihan, tapi ternyata ini strategi yang cukup sering dilakukan, terutama di industri yang sangat kompetitif.

3. Intip calon rekan kerja sebelum bertemu

wanita menggunakan laptop (pexels.com/Canva Studio)
wanita menggunakan laptop (pexels.com/Canva Studio)

Di LinkedIn, stalking calon rekan kerja sebelum bertemu adalah hal yang cukup umum. Misalnya, ketika ada jadwal wawancara atau meeting, biasanya orang akan memanfaatkan LinkedIn untuk mempelajari siapa lawan bicaranya. Mulai dari pengalaman kerja, pendidikan, sampai aktivitas terbaru, semua diulik untuk persiapan.

Hal ini sebenarnya positif karena bisa menunjukkan bahwa seseorang serius dalam membangun hubungan profesional. Tapi, ada juga yang memanfaatkan ini untuk mencoba mencari "kelemahan" calon rekan atau atasan. Jadi, pastikan informasi yang ditampilkan di profil benar-benar profesional dan relevan.

4. Mencari inspirasi dari profesional terkenal

Pria berjabat tagan (pexels.com/Sora Shimazaki)
Pria berjabat tagan (pexels.com/Sora Shimazaki)

Fenomena lain dari professional stalking adalah mencari inspirasi dari para profesional yang sukses di bidangnya. Profil para CEO, founder, atau pakar industri sering jadi tujuan untuk belajar bagaimana mereka membangun karier, keterampilan apa saja yang mereka miliki, dan pengalaman kerja apa yang membuat mereka menonjol.

Tapi, ini juga bisa jadi jebakan. Ketika terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain, bisa muncul perasaan overwhelmed atau bahkan minder. Jadi, kalau ingin kepo seperti ini, pastikan tujuannya untuk belajar, bukan untuk merasa kecil di tengah kesuksesan orang lain.

Professional stalking di LinkedIn memang sudah jadi bagian dari budaya digital profesional masa kini. Meski kadang terkesan kepo, sebenarnya aktivitas ini bisa digunakan secara strategis, baik untuk membangun karier, memperluas jaringan, maupun memperdalam wawasan tentang industri. Yang penting, tetap gunakan cara ini dengan etika, ya, supaya tidak melanggar batas privasi orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us