Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Fakta Dokter Hewan Praktisi Klinik, Gak Cuma Main Sama Anabul

ilustrasi dokter hewan yang sedang memeriksa seekor kucing (freepik.com/freepik)
ilustrasi dokter hewan yang sedang memeriksa seekor kucing (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Mendiagnosis dan mengobati penyakit hewan secara tepat
  • Memberikan edukasi kepada klien agar bisa merawat hewannya dengan baik
  • Melaksanakan eutanasia bagi hewan sakit yang peluang kesembuhannya sangat kecil
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Profesi dokter hewan semakin dikenal luas dari waktu ke waktu. Sebenarnya ada berbagai bidang kerja yang bisa ditempati oleh seorang dokter hewan, tetapi di Indonesia, dokter hewan praktisi yang bekerja di klinik adalah yang paling banyak dikenal oleh masyarakat awam. Tidak hanya itu, orang-orang pada umumnya menganggap profesi yang satu ini cukup seru karena ada kesempatan untuk main sama anabul-anabul yang lucu dan menggemaskan.

Ya, pandangan semacam itu ada benarnya dan memang menjadi bagian dari kompleks kehidupan dokter hewan praktisi klinik. Namun, tentu saja tugas-tugas utamanya lebih berat dan cenderung jauh dari kata santai. Nah, buat kamu yang ingin tahu lebih lanjut atau bercita-cita menjadi sosok seperti itu, ketahui beberapa fakta profesi dokter hewan praktisi klinik berikut ini, yuk!

1. Mendiagnosis dan mengobati penyakit hewan secara tepat

ilustrasi tim dokter hewan sedang memberikan anestesi gas pada seekor anjing (pexels.com/Juan Figueroa)
ilustrasi tim dokter hewan sedang memberikan anestesi gas pada seekor anjing (pexels.com/Juan Figueroa)

Banyak orang mengira bahwa dokter hewan praktisi yang bekerja di klinik punya kehidupan yang seru. Bagaimana tidak, setiap hari selalu bertemu dengan pasien-pasien lucu, seperti anjing dan kucing. Pekerjaan terasa menyenangkan karena bisa sambil bermain dengan pasien.

Namun, kenyataannya tidak selalu semanis itu. Pasalnya, seorang dokter hewan praktisi punya tugas berat untuk mendiagnosis setiap pasien yang datang dengan tepat. Padahal, hewan tidak bisa diajak berkomunikasi secara langsung dan pemilik pun tidak selalu benar-benar memperhatikan keadaan hewannya setiap waktu.

Tanggung jawab besar lainnya adalah memberikan terapi yang tepat setelah mengetahui diagnosis. Ini bukan hal mudah mengingat bila sampai salah menentukan obat, dosis, hingga rute pemberian, bukan kesembuhan yang diperoleh, melainkan kondisi yang semakin parah. Jadi, jelas pekerjaan ini punya tantangan yang berat.

2. Memberikan edukasi kepada klien agar bisa merawat hewannya dengan baik

ilustrasi seorang dokter hewan sedang menjelaskan obat kepada klien (freepik.com/freepik)
ilustrasi seorang dokter hewan sedang menjelaskan obat kepada klien (freepik.com/freepik)

Namanya saja dokter hewan, maka tentu akan menghabiskan banyak waktu untuk berinteraksi dengan hewan. Setidaknya pernyataan itulah yang ada di benak mayoritas orang awam, bahkan sebagian calon dokter hewan. Realitanya, seorang dokter hewan, terlebih yang menekuni bidang praktisi dan bekerja di klinik justru akan sering melakukan interaksi dengan manusia selaku klien alias pemilik hewan.

Bukan hanya bertugas untuk menangani kesembuhan pasien, dokter hewan praktisi klinik juga wajib memberikan edukasi kepada klien. Dokter hewan harus menyampaikan segala informasi terkait dengan kondisi hewan, tata cara pemberian obat yang baik dan benar, tata cara merawat hewan, dan masih banyak lagi. Semua itu butuh dedikasi tinggi untuk memastikan bahwa hewan mendapatkan perlakuan terbaik dari pemiliknya.

3. Melaksanakan eutanasia bagi hewan sakit yang peluang kesembuhannya sangat kecil

ilustrasi dokter hewan (pexels.com/International Fund for Animal Welfare)
ilustrasi dokter hewan (pexels.com/International Fund for Animal Welfare)

Ada satu lagi tugas seorang dokter hewan praktisi klinik yang sangat berat, bahkan banyak dari kalangan mereka sendiri yang mengaku sebenarnya tidak sanggup dengan tanggung jawab tersebut, yaitu melaksanakan eutanasia. Ya, ini merupakan tindakan yang dilakukan terhadap hewan-hewan dengan diagonis tidak bisa sembuh karena beragam faktor, seperti kegagalan berbagai jenis terapi karena tingkat penyakit yang sudah telanjur parah atau belum ditemukan obatnya dan hewan sudah sangat menderita. Dengan persetujuan pemilik, maka eksekusi bisa segera direalisasikan.

Kendati hal ini diperbolehkan dan memang didasari oleh alasan medis dan logis yang kuat, tetapi bukan berarti mudah untuk dilakukan. Pasalnya, ada perasaan seolah mengambil paksa nyawa yang masih ada di dalam raga seekor hewan. Pokoknya, begitu sudah sampai pada tahap ini, percayalah, bukan hanya klien yang sedih, tetapi dokter hewan pun akan hancur hatinya.

4. Profesi dengan tingkat bunuh diri yang cukup tinggi

ilustrasi profesi dokter hewan (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi profesi dokter hewan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Jika kamu memperhatikan dengan saksama, mayoritas dokter hewan tampak ceria pada saat melakukan pemeriksaan. Mereka berbicara kepada setiap pasiennya dengan penuh kasih sayang, kehati-hatian, sekaligus semangat, persis seperti sedang berkomunikasi dengan anak kecil. Namun, siapa sangka, dokter hewan ternyata terdaftar sebagai salah satu profesi dengan tingkat bunuh diri yang cukup tinggi.

Tomasi, dkk., dalam jurnalnya yang berjudul Suicide among veterinarians in the United States from 1979 through 2015 yang dipublikasikan oleh AVMA Publications tahun 2019 menjelaskan bahwa dokter hewan di Amerika Serikat memiliki kemungkinan mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri sebanyak tiga hingga lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat umum. Hal ini dipengaruhi oleh multifaktor, mulai dari sifat individu yang perfeksionis, rasa kepedulian yang tinggi terhadap hewan, eutanasia, hingga perundungan entah oleh kolega, klien, hingga masyarakat. Pasti berat ya berada di posisi ini?

Dibalik citra ceria dokter hewan praktisi yang bekerja di klinik karena ada kesempatan untuk bertemu dengan banyak anabul lucu, tersimpan fakta mengenai tugas berat yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini semakin menegaskan bahwa dokter hewan bukan profesi sembarangan. Semoga artikel ini bisa bantu membuka wawasan setiap pembaca tentang keistimewaan profesi tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Hal yang Bikin Kamu Overly Attached, Susah Lepas dari Seseorang

28 Sep 2025, 21:32 WIBLife