Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kerja Jarak Jauh Jadi Tren Menarik bagi Pencari Kerja, Fleksibel!

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)
Intinya sih...
  • Kerja remote menjadi tren signifikan dalam dunia kerja modern, terutama di Asia Tenggara dan Indonesia.
  • Peningkatan pekerjaan jarak jauh internasional memberikan keuntungan bagi para pekerja dengan gaji lebih tinggi tanpa perlu pindah tempat tinggal.
  • Pekerja di Asia Tenggara dan Hong Kong mencari peluang kerja internasional karena inflasi yang meningkat, upah yang lebih rendah, dan terbatasnya prospek karier di negara asal mereka.

Kerja remote telah menjadi salah satu tren paling signifikan dalam dunia kerja modern. Dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, semakin banyak perusahaan yang mengadopsi model kerja ini.

Tren kerja jarak jauh atau remote work semakin populer di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, karena membuka peluang bagi para pekerja untuk mengejar karier internasional tanpa harus pindah secara fisik. Laporan terbaru “Decoding Global Talent: Mobility Trends 2024 (SEA Edition)” dari SEEK, menunjukkan bahwa tren untuk bekerja jarak jauh meningkat dari 62 persen pada tahun 2020 menjadi 71 persen pada tahun 2023.

Angka ini melebihi rata-rata global sebesar 66 persen dan menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam persepsi terhadap peluang kerja internasional. Bahkan, lebih banyak orang (71 persen) terbuka untuk bekerja jarak jauh dibandingkan mereka yang bersedia pindah ke luar negeri (68 persen).

1. Peningkatan mobilitas virtual di Hong Kong dan Asia Tenggara termasuk Indonesia

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Sora Shimazaki)

Tren peningkatan pekerjaan jarak jauh internasional memberikan keuntungan signifikan bagi para pekerja yang bisa mengakses peluang dengan gaji lebih tinggi tanpa perlu pindah tempattinggal. Sebanyak 55 persen pekerja di Hong Kong dan Asia Tenggara menyatakan kesulitan untuk pindah bersama keluarga sebagai hambatan utama untuk bekerja di luar negeri.

Hal ini terutama terlihat di Hong Kong (68 persen), Singapura (66 persen), dan Malaysia (66 persen), di mana keharmonisan keluarga sangat dihargai. Selain itu, biaya relokasi menjadi hambatan utama bagi 41 persen responden di Asia Tenggara dan Hong Kong, jauh lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 30 persen.

Indonesia mencatatkan angka paling tinggi, yaitu 44 persen diikuti dengan Filipina (42 persen), dan Thailand (41 persen). Hal ini menunjukkan, bahwa biaya tinggi untuk pindah ke luar negeri membuat banyak profesional Indonesia lebih tertarik pada peluang kerja jarak jauh. Hambatan lainnya termasuk kurangnya pengetahuan tentang bekerja di luar negeri (35 persen) dan kekhawatiran tentang keselamatan dan keamanan pribadi (31 persen).

2. Kerja remote jadi solusi

ilustrasi bekerja sampingan (pexels.com/Artem Podrez)

Bagi perusahaan, pergeseran ke arah kerja jarak jauh dapat menjadi solusi menarik, terutama ketika menghadapi kesulitan dalam mengisi posisi-posisi tertentu. Laporan ini menunjukkan, bahwa perusahaan dapat memanfaatkan talenta berkualitas di kawasan Asia Tenggara dan Hong Kong tanpa perlu merepotkan proses relokasi.

Keberhasilan dalam memanfaatkan teknologi dan digitalisasi ini dapat memberikan solusi bagi banyak perusahaan yang kesulitan mengisi posisi tertentu. Perusahaan kini bisa menjangkau talenta berkualitas di Indonesia tanpa perlu merepotkan proses relokasi. Di sisi lain, ini juga membuka lebih banyak peluang bagi pekerja Indonesia untuk bekerja dengan perusahaan global dari kenyamanan rumah mereka.

3. Asia Tenggara jadi pusat talenta

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Meskipun minat untuk pindah secara fisik telah menurun sejak 2020, potensi mobilitas talenta di dalam kawasan ini tetap kuat. Singapura, khususnya, menjadi tujuan utama, dengan 30 persen pekerja Malaysia lebih memilih bekerja di Singapura, terdorong oleh reputasinya sebagai pusat bisnis multikultural.

Secara global, Singapura menempati peringkat ke-8 sebagai tujuan paling diminati oleh talenta internasional. Malaysia juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam peringkat global, dari posisi 33 pada 2018 menjadi 21 pada 2023, menunjukkan daya tarik yang semakin meningkat sebagai tujuan bagi para pekerja.

4. Faktor pendorong mobilitas dan harapan pekerja

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bagi pekerja di Asia Tenggara dan Hong Kong, keinginan untuk mendapatkan peluang lebih baik di luar negeri didorong oleh inflasi yang meningkat, upah yang lebih rendah, dan terbatasnya prospek karier di negara asal mereka. Pekerja, terutama dari Indonesia, semakin mencari pengalaman internasional untuk mengatasi keterbatasan pasar domestik.

Kualitas hidup yang lebih baik juga menjadi pertimbangan utama bagi 53 persen responden di Asia Tenggara dan Hongkong. Ketika pekerja ingin relokasi, mereka mengharapkan dukungan signifikan dari perusahaan untuk memudahkan transisi.

Lebih dari 80 persen pekerja dari Singapura dan Malaysia mengharapkan bantuan relokasi, termasuk visa, izin kerja, dan pengaturan perumahan. Angka ini jauh lebih tinggi dari rata-rata regional 74 persen dan global 69 persen.

Lebih khusus lagi, 79 persen talenta dari Asia Tenggara dan Hong Kong mengharapkan bantuan visa dan izin kerja, sejalan dengan rata-rata global. Selain itu, 74 persen talenta mengharapkan bantuan perumahan, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 69 persen, dengan Malaysia (86 persen), Filipina (85 persen), dan Singapura (84 persen) memimpin permintaan ini.

Kerja jarak jauh bukan sekadar tren sementara, tetapi menjadi bagian dari masa depan dunia kerja. Dengan adaptasi yang tepat, perusahaan dan karyawan dapat memanfaatkan potensi penuh dari model kerja ini. Jika diterapkan dengan bijak, kerja jarak jauh dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih fleksibel, produktif, dan inklusif!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Alma S
EditorAlma S
Follow Us