6 Kesalahan di LinkedIn yang Bikin Recruiter Ilfeel, Cek Punyamu!

LinkedIn itu ibarat etalase diri kita di dunia profesional. Di situlah tempat HRD atau recruiter ngintip, ngecek, dan mutusin apakah kamu pantas dipertimbangkan atau dilewatkan. Sayangnya, gak semua orang sadar kalau profil mereka justru menyimpan kesalahan kecil yang bikin ilfeel, bahkan sebelum dikasih kesempatan wawancara.
Padahal, yang dilihat recruiter bukan cuma pengalaman atau skill. Mereka juga memperhatikan cara kamu menyusun profil, seberapa aktif kamu di platform, sampai hal-hal kecil kayak foto dan gaya bahasa. Kalau kamu pengin LinkedIn-mu dilirik, jangan sampai bikin blunder-blunder yang bikin recruiter males nge-klik lanjut.
Berikut enam kesalahan umum di LinkedIn yang sering banget dilakukan, dan mungkin juga ada di profil kamu sekarang. Cek satu-satu yuk!
1. Memakai foto yang gak profesional

Ini salah satu kesalahan paling sering ditemui. Banyak orang yang masih pakai foto selfie, pakai filter, atau bahkan gak pasang foto sama sekali. Padahal foto profil adalah hal pertama yang dilihat dan bisa langsung menciptakan kesan awal.
Recruiter gak nyari foto ala model, tapi mereka pengin lihat wajah yang terlihat profesional, rapi, dan ramah. Background yang bersih, pencahayaan yang cukup, dan senyum tipis udah cukup kok buat bikin profilmu kelihatan niat. Jadi kalau masih pakai foto zaman kuliah sambil pake hoodie, mending segera ganti.
2. Headline cuma isi jabatan doang

Bagian headline itu penting banget buat nunjukin siapa kamu dan apa yang bisa kamu tawarkan. Tapi banyak orang cuma nulis: 'Mahasiswa', 'Fresh Graduate', atau 'Staff Marketing'. Padahal itu gak cukup menjelaskan apa nilai tambah kamu.
Headline idealnya bikin recruiter langsung paham bidang dan kekuatan kamu. Contohnya: 'Fresh Graduate Teknik Informatika | Interest in Data Science & Software Development'. Lebih deskriptif, lebih menarik, dan nunjukin kamu tahu arah karier yang kamu tuju.
3. Deskripsi pengalaman kerja yang kosong atau asal-asalan

Kamu udah nulis pengalaman kerja atau magang, tapi cuma sebatas jabatan dan nama perusahaan? Wah, itu belum cukup. Recruiter pengin tahu apa yang kamu kerjakan, apa kontribusimu, dan hasil apa yang kamu capai selama di posisi itu.
Tulis poin-poin ringkas yang menggambarkan tanggung jawabmu dan, kalau bisa, hasil yang terukur. Misalnya: Membuat konten media sosial dan meningkatkan engagement hingga 50%
Menyusun laporan analisis kompetitor untuk strategi digital marketing. Kalau kamu asal tulis tanpa detail, kesannya kamu gak serius atau cuma formalitas doang.
4. Gak aktif sama sekali, seperti akun mati

LinkedIn bukan CV statis, tapi media sosial profesional. Jadi ya idealnya kamu aktif, minimal nge-like atau komen di postingan orang lain. Lebih bagus lagi kalau kamu rutin share insight, pengalaman, atau hal bermanfaat lainnya.
Kalau akunmu kelihatan sepi-sepi aja, recruiter bisa mikir kamu gak update atau gak tertarik sama dunia profesional. Aktivitas kamu di LinkedIn juga bisa jadi gambaran tentang semangat, rasa ingin tahu, dan keterbukaanmu terhadap tren di bidangmu.
5. Menulis bio yang terlalu formal atau kaku banget

Bagian 'About' atau ringkasan seharusnya jadi tempat kamu memperkenalkan diri dengan gaya yang lebih personal dan santai. Tapi banyak yang malah nulisnya terlalu formal, kaku, bahkan terdengar seperti copy-paste dari surat lamaran kerja.
Contohnya: 'Saya individu pekerja keras, mampu bekerja dalam tim maupun individu, serta siap memberikan kontribusi terbaik untuk perusahaan.' Kalimat seperti itu udah terlalu umum dan gak nunjukin siapa kamu sebenarnya. Lebih baik tulis pakai gaya bahasa yang ringan tapi tetap sopan. Ceritakan latar belakangmu, minatmu, dan tujuan kariermu ke depan. Biar recruiter lebih bisa 'kenalan' sama kamu.
6. Skill gak relevan atau gak diisi sama sekali

Bagian 'Skills' itu penting banget, karena jadi acuan recruiter buat tahu keahlian kamu. Tapi masih banyak yang asal nambahin skill yang gak nyambung, atau malah gak ngisi sama sekali.
Misalnya kamu daftar posisi data analyst, tapi skill yang kamu tampilkan justru 'Public Speaking', 'Writing', 'Negotiation' tanpa ada 'Excel', 'SQL', atau 'Data Visualization'. Ini bisa bikin recruiter bingung dan meragukan kompetensimu.
Pastikan skill yang kamu tampilkan relevan sama bidang yang kamu incar. Dan jangan lupa minta endorsement dari teman kerja atau dosen kalau kamu masih kuliah. Itu bisa menambah kredibilitas profilmu.
Jangan anggap LinkedIn cuma sebagai pajangan digital. Ini adalah senjata penting dalam membangun karier di era sekarang. Kesalahan kecil bisa jadi penghalang besar buat dapet kesempatan emas. Sebaliknya, perbaikan kecil bisa bikin kamu stand out di mata recruiter. Mulai dari sekarang, luangin waktu buat merapikan dan menghidupkan kembali profilmu. Cek ulang bagian-bagian penting, hapus kesalahan-kesalahan di atas, dan jadikan akunmu sebagai representasi terbaik dari dirimu.