Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Fatal Saat Resign yang Bisa Bikin Karier Mandek

ilustrasi resign dari pekerjaan (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
ilustrasi resign dari pekerjaan (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
Intinya sih...
  • Resign karena emosi sesaat
  • Belum punya rencana selanjutnya
  • Merusak hubungan dengan rekan atau atasan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengambil keputusan untuk resign memang bukan hal sepele. Di satu sisi, kamu ingin keluar dari situasi yang terasa stagnan atau penuh tekanan. Tapi di sisi lain, langkah ini bisa berdampak besar pada jalur kariermu ke depan, entah membawa kemajuan, atau justru membuatmu tersesat tanpa arah.

Banyak orang menyesali cara mereka resign, bukan karena keputusannya salah, tapi karena prosesnya yang keliru. Kesalahan kecil saat keluar dari pekerjaan bisa meninggalkan jejak panjang yang merugikan. Agar kamu tidak terjebak di jalan buntu karier, kenali lima kesalahan fatal berikut yang harus dihindari saat memutuskan resign.

1. Resign karena emosi sesaat

ilustrasi jenuh di tempat kerja (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi jenuh di tempat kerja (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Merasa jenuh, marah dengan atasan, atau terlibat konflik di kantor memang bisa menguras energi. Tapi memutuskan resign saat sedang emosi justru bisa jadi keputusan yang terburu-buru dan penuh penyesalan. Saat euforia karena merasa "bebas" sudah hilang, kamu bisa tersadar bahwa langkahmu terlalu gegabah dan tidak disertai persiapan yang matang.

Sebaiknya, beri jeda untuk menenangkan diri sebelum mengambil keputusan besar. Tulis semua alasan yang membuatmu ingin keluar, dan evaluasi apakah itu hanya dorongan sesaat atau memang kebutuhan jangka panjang. Dengan pikiran yang lebih jernih, kamu bisa menentukan langkah terbaik tanpa disesali di kemudian hari.

2. Belum punya rencana selanjutnya

ilustrasi pria yang bingung dengan rencana karier (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pria yang bingung dengan rencana karier (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak orang menganggap keluar dari pekerjaan adalah cara untuk “mencari jati diri” atau sekadar ingin rehat sejenak. Sayangnya, tanpa perencanaan yang jelas, kamu bisa terjebak dalam masa menganggur yang panjang, kehilangan arah, dan perlahan kehilangan kepercayaan diri. Karier yang tadinya berkembang bisa tiba-tiba mandek hanya karena kamu resign tanpa tujuan.

Sebelum resign, pastikan kamu sudah tahu langkah selanjutnya. Apakah kamu ingin langsung pindah kerja, mulai usaha sendiri, melanjutkan studi, atau mengambil cuti sejenak dengan tenggat waktu tertentu? Punya rencana akan membuat proses transisi lebih lancar dan menjaga stabilitas finansial maupun emosionalmu.

3. Merusak hubungan dengan rekan atau atasan

ilustrasi konflik dengan rekan kerja (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi konflik dengan rekan kerja (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Kekecewaan atau rasa kesal kadang membuat seseorang keluar dari pekerjaan dengan cara yang tidak profesional. Ada yang tiba-tiba menghilang, berbicara kasar, atau bahkan memutus hubungan begitu saja. Padahal, cara kamu keluar dari tempat kerja akan membentuk kesan terakhir yang bisa memengaruhi reputasimu dalam jangka panjang.

Ingat, dunia kerja itu kecil. Bisa saja rekan kerja hari ini jadi atasanmu di tempat baru, atau mantan atasan jadi relasi bisnis di masa depan. Maka penting untuk menjaga hubungan tetap baik, menyampaikan pengunduran diri dengan cara sopan, dan menunjukkan rasa hormat hingga hari terakhir bekerja.

4. Tidak menyelesaikan tanggung jawab dengan baik

ilustrasi menyelesaikan tanggung jawab sebelum resign (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi menyelesaikan tanggung jawab sebelum resign (pexels.com/Mikhail Nilov)

Meninggalkan pekerjaan begitu saja tanpa menyelesaikan tugas atau membuat laporan bisa menimbulkan kesan buruk. Perusahaan akan mengingatmu sebagai seseorang yang tidak bertanggung jawab, dan itu bisa jadi penghalang saat kamu membutuhkan surat rekomendasi atau referensi kerja di kemudian hari.

Tunjukkan profesionalisme dengan merampungkan tanggung jawab sebelum pergi. Buatlah laporan transisi yang jelas, bantu proses serah terima, dan pastikan semua pekerjaan tidak meninggalkan masalah bagi rekan yang melanjutkan. Tindakan ini bukan hanya soal etika, tapi juga tentang membangun citra sebagai orang yang bisa dipercaya.

5. Terlalu jujur soal alasan keluar

ilustrasi wawancara di tempat kerja baru (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi wawancara di tempat kerja baru (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kejujuran memang penting, tapi bukan berarti kamu harus membongkar semua keluhan saat ditanya alasan resign. Terlalu blak-blakan saat exit interview atau wawancara di tempat baru justru bisa memberi kesan negatif. Mengeluhkan kondisi kantor lama atau menjelekkan atasan bisa menimbulkan pertanyaan tentang profesionalismemu.

Alih-alih curhat, sampaikan alasan keluar dengan bahasa yang lebih diplomatis. Fokus pada keinginan untuk berkembang, mencari tantangan baru, atau menemukan lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan visi pribadimu. Jaga tutur kata, bahkan saat kamu meninggalkan tempat yang penuh luka, itu menunjukkan kedewasaan dan integritasmu.

Resign bukan sekadar keluar dari pekerjaan, tapi juga tentang menjaga arah dan reputasi karier ke depan. Hindari lima kesalahan fatal di atas agar langkahmu tidak menjadi bumerang. Karena keputusan yang tepat dan elegan hari ini bisa membuka lebih banyak peluang esok hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us