Gak Bisa Ditawar, 5 Orang Ini Harus “Melek Digital” di Tengah Pandemik

Jakarta, IDN Times - Pandemik sudah banyak mengubah kehidupan, dari yang biasanya serba dilakukan dengan tatap muka, saat ini mulai beralih ke ranah digital. Gak hanya sebatas komunikasi saja, peralihan ke ranah digital bahkan juga terjadi hingga ke ranah pendidikan, pemerintahan maupun transaksi belanja. Akibatnya, beberapa pihak harus “melek digital” agar bisa beradaptasi.
Nah, siapa saja ya orang-orang yang mau beradaptasi dengan perubahan? Ini dia lima orang yang harus “melek digital” di masa pandemik.
1. Pelajar dan pengajar yang menjalankan sekolah atau kuliah dari rumah

Gara-agar pandemik yang tak kunjung reda, kegiatan belajar mengajar terpaksa harus terus diadakan secara daring. Hal ini memaksa para guru, dosen, siswa, dan mahasiswa harus beradaptasi dengan pembelajaran secara virtual. Di satu sisi hal ini adalah salah satu cara terbaik untuk menekan penyebaran virus, tapi di sisi lain ini juga merupakan sebuah tantangan tersendiri.
Mau tak mau para guru, murid, dan wali murid harus belajar menguasai teknologi digital untuk bisa belajar secara daring dengan baik. Mulai dari video call via WhatsApp, Zoom Meeting, Google Classroom, atau platform lainnya yang bisa digunakan untuk mengadakan kelas daring.
Jika kamu adalah salah satu yang harus menjalani sekolah secara daring, bertahanlah! Karena dengan bertahan, kamu telah turut menekan laju penyebaran virus agar tak lebih luas dari saat ini.
2. Pegawai kantoran yang sudah nyaman dengan teknologi analog

Harus diakui bahwa belum semua kantor mengadopsi teknologi digital untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Baik itu kantor pemerintahan maupun kantor swasta. Entah itu karena sifat dari pekerjaannya yang tak bisa dilakukan secara digital atau karena sumber daya manusianya yang sulit mengadopsi perubahan.
Dengan diberlakukannya sistem Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah, kini para pegawai kantoran harus bisa melaksanakan tugasnya secara daring. Proses koordinasi pun harus dilakukan secara daring untuk menghindari tatap muka. Alhasil, banyak pegawai khususnya yang sudah “senior” menemukan kesulitan di sana-sini. Makanya, mau tak mau, para pegawai kantoran juga sudah harus terbiasa dengan teknologi digital agar tetap mampu produktif di tengah pandemik. Hayo, kantor kamu bagaimana nih guys?
3. Orangtua yang tinggal jauh dari anak-anaknya

Meskipun perjalanan jauh sudah diperbolehkan, tapi berjaga-jaga tak ada salahnya ‘kan? Makanya khusus tahun ini kita banyak yang bercengkrama dengan orangtua di kampung via video call. Nah, kalau dari sisi kita mungkin gampang, tapi bagaimana dengan orangtua di kampung?
Untuk itu, sebagai anak yang berbakti, kita harus mau mengajarkan orangtua untuk mulai menggunakan teknologi digital. Setidaknya tahu bagaimana cara untuk video call saja tak apa. Lebih bagus lagi jika kita membelikan gadget terkini supaya video call bisa berjalan dengan lebih lancar.
4. Pemilik toko kelontong atau warung

Pemilik toko kelontong atau pedagang warung adalah salah satu yang paling terdampak dengan adanya pandemik. Mulai dari penurunan pendapatan akibat daya beli masyarakat yang menurun, hingga kesulitan mendapatkan barang dagangan. Padahal, mereka adalah garda terdepan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama di lingkungan perumahan.
Sadar akan hal itu, Unilever Indonesia mengambil inisiatif untuk meluncurkan aplikasi Sahabat Warung. Dengan aplikasi Sahabat Warung, para pemilik toko kelontong atau warung bisa memesan produk-produk kebutuhan rumah tangga dari Unilever via online, tanpa perlu keluar rumah. Semua produk yang ia pesan via aplikasi Sahabat Warung akan dikirimkan langsung ke warungnya.
Tak hanya itu, Unilever juga mengadakan pelatihan Mudah Jualan Online. Lewat pelatihan ini, Unilever Indonesia mendorong para ‘supermarket lokal’ untuk mulai bermigrasi ke platform e-commerce. Program yang baru saja diluncurkan ini telah menjangkau lebih dari 1000 pedagang warung di berbagai wilayah Indonesia lho!
Dengan adanya inisiatif-inisiatif tersebut, Unilever Indonesia telah mendukung UMKM di Indonesia khususnya para pedagang warung. Tapi, apakah itu sudah cukup? Tentu saja belum, karena kita juga harus turut mendukung mereka guys. Caranya adalah dengan berbelanja di toko-toko kelontong atau warung-warung di sekitar kita untuk menciptakan perputaran ekonomi. Dengan demikian, ekosistem usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia bisa tetap bertumbuh meski Indonesia dihadang pandemik. Jadi, yuk mulai belanja di warung-warung terdekat!
Untuk informasi lebih lanjut seputar aplikasi Sahabat Warung dan pelatihan Mudah Jualan Online dari Unilever, kamu bisa klik di sini ya!
5. Para pengusaha makanan dan minuman

Sama halnya dengan para pemilik toko kelontong, pengusaha makan dan minuman juga harus mulai mengadopsi teknologi digital untuk membuat operasional usahanya berjalan dengan lebih efisien. Teknologi digital ini bisa digunakan untuk pencatatan transaksi, pemrosesan pemesanan, mesin kasir, hingga program loyalitas khusus. Semua ini sangat krusial untuk menciptakan pengalaman belanja yang lebih nyaman bagi konsumen.
Terlebih lagi konsumen Indonesia sudah mulai beralih ke teknologi digital untuk mencari dan membeli apa pun yang mereka inginkan. Ngaku, kamu sendiri kalau belanja sudah lebih sering online ‘kan?
Makanya, kalau menurut IDN Times semua pedagang sudah sebaiknya beralih ke teknologi digital supaya bisa tetap bertahan tak hanya selama pandemik, tapi juga untuk menghadapi revolusi industri 4.0.
Itu dia guys lima orang yang sudah harus “melek digital” karena pandemik. Menurutmu siapa lagi nih yang sudah harus mendigitalisasi bisnisnya? Share yuk di kolom komentar! (CSC)