Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Multitasking Itu Nyata atau Cuma Mitos? Simak Penjelasan Ahli

ilustrasi multitasking (pexels.com/Karolina Kaboompics)
ilustrasi multitasking (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Multitasking sering dianggap sebagai kemampuan super yang dimiliki banyak orang, terutama kamu yang punya jadwal padat. Bayangkan, menyelesaikan laporan sambil menjawab pesan WhatsApp dan mendengarkan musik favorit. Terlihat produktif, bukan?

Tapi, apakah multitasking benar-benar efektif, atau malah membuat semuanya jadi berantakan? Banyak ahli mulai mempertanyakan hal ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas fakta-fakta seputar multitasking berdasarkan pendapat para ahli dan hasil penelitian.

1. Multitasking sederhana vs multitasking rumit

ilustrasi multitasking (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi multitasking (pexels.com/Anna Shvets)

Menurut Stone, mantan eksekutif di Apple dan Microsoft, ada perbedaan besar antara multitasking sederhana dan multitasking rumit. Contoh multitasking sederhana adalah berjalan sambil mengunyah permen karet, yang bisa dilakukan hampir semua orang tanpa masalah. Namun, multitasking rumit seperti menulis laporan sambil menonton berita sering kali membuat fokusmu terpecah.

Penelitian menunjukkan bahwa otak manusia sebenarnya bukan dirancang untuk menangani beberapa tugas kompleks sekaligus. Saat kamu mencoba melakukan dua hal yang membutuhkan perhatian penuh, otak harus berganti-ganti fokus dengan cepat. Ini bisa memperlambat prosesmu dan meningkatkan risiko kesalahan.

2. Dampak multitasking terhadap pekerjaan

ilustrasi sibuk dengan ponsel (unsplash.com/Nick Fewings)
ilustrasi sibuk dengan ponsel (unsplash.com/Nick Fewings)

Sebuah penelitian yang melibatkan para dokter menemukan bahwa multitasking hampir menggandakan tingkat kesalahan dalam penulisan resep. Hal ini menunjukkan bahwa multitasking bisa sangat berbahaya, terutama dalam pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

Menurut Stone, multitasking gak hanya memengaruhi produktivitas, tapi juga dapat merusak tubuh. Smartphone, misalnya, sering memaksa kita untuk terus menunduk, yang bisa memengaruhi postur tubuh dan pernapasan.

3. Dampak multitasking pada kehidupan sehari-hari

ilustrasi ibu multitasking (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
ilustrasi ibu multitasking (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Erika Robinson, seorang ibu pekerja, menggambarkan multitasking sebagai bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Mulai dari memasak, mempersiapkan pakaian anak-anak, hingga memastikan PR mereka selesai, semua dilakukan dalam satu waktu. Namun, multitasking seperti ini sering kali melelahkan dan menurunkan kualitas hidup.

Stone menekankan bahwa multitasking sering menyebabkan perhatian kita terpecah, yang bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik. Misalnya, kamu mungkin merasa lebih stres karena otakmu selalu ‘on’ tanpa jeda.

4. Cara mengatasi dampak multitasking

ilustrasi bernyanyi sambil dengarkan musik (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi bernyanyi sambil dengarkan musik (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut Stone, cara untuk melawan dampak buruk multitasking adalah dengan memberikan waktu bagi otak dan tubuh untuk rileks. Aktivitas seperti berjalan di luar, bernyanyi, atau menari bisa menjadi solusi sederhana.

Evandissa Cabral, seorang ibu yang juga merasakan tekanan multitasking, setuju bahwa aktivitas seperti menari membantu melambatkan ritme hidup. Menari selain bisa menyegarkan tubuh, juga dapat memberikan waktu bagi otakmu untuk beristirahat.

5. Jadi, multitasking itu nyata atau mitos?

ilustrasi serius bekerja (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi serius bekerja (pexels.com/Anna Shvets)

Berdasarkan pendapat para ahli, multitasking mungkin terasa nyata, tapi efektivitasnya sering kali dilebih-lebihkan. Otak manusia lebih cocok bekerja dengan fokus pada satu tugas dalam satu waktu. Ketika kamu mencoba melakukan banyak hal sekaligus, hasilnya sering kali kurang optimal dan bisa berdampak negatif pada kesehatan.

Multitasking memang terdengar menarik dan sering dianggap sebagai cara untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu singkat. Namun kenyataannya, multitasking sering kali justru membuatmu kurang produktif dan lebih stres.

Daripada memaksakan diri untuk multitasking, cobalah fokus pada satu tugas dalam satu waktu. Jangan lupa untuk memberikan jeda bagi otak dan tubuhmu, misalnya dengan melakukan aktivitas yang kamu nikmati. Dengan begitu, hidupmu akan terasa lebih seimbang dan menyenangkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
L A L A .
EditorL A L A .
Follow Us