Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Soft Skills Ini Bantu Kamu Sukses di Pekerjaan

ilustrasi karyawan berdiskusi di ruang meeting (Pexels.com/Kindel Media)

Tahukah kamu 85 persen keberhasilan seorang pekerja didukung oleh soft skills ?

Persentase ini merupakan hasil penelitian Harvard University bersama Carneige Foundation dan Stanford Research Center pada tahun 1918. Artinya, sudah lebih dari 100 tahun soft skills diakui oleh warga dunia menjadi kemampuan yang patut dikembangkan untuk menunjang performa karier.

Namun, belum banyak pekerja memahami soft skills yang mereka perlukan di dunia kerja. Berikut tujuh soft skills yang wajib dikuasai untuk meningkatkan performa karier kamu!

1. Komunikasi

ilustrasi karyawan sedang meeting (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sebagai makhluk sosial tentu berkomunikasi menjadi kemampuan utama yang layak dikembangkan. Mulai dari berdiskusi antara sesama rekan kerja, memberi arahan dengan bawahan, menyampaikan hasil pekerjaan kepada atasan, hingga berbicara dengan klien, tentu kemampuan komunikasi tidak dapat diabaikan.

Komunikasi yang berhasil tercipta saat pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh komunikan. Untuk mencapainya, diperlukan usaha yang lebih besar untuk membangun komunikasi dua arah yang efektif di antara kedua belah pihak. Bayangkan jika kamu keliru menyampaikan arahan kepada bawahan yang tadinya diharapkan untuk membantu pekerjaanmu yang sedang menumpuk! Tentu hal tersebut malah mengganggu proses kerja yang sedang berjalan. Deadline berantakan, hasil kerja tidak maksimal, dan hubunganmu dengan bawahan menjadi kurang harmonis.

Absennya komunikasi efektif akan menimbulkan distraksi dan misinformasi yang membuat pesan menjadi gagal untuk dipahami. Hati-hati, komunikasi yang gagal berpotensi fatal, lho.

2. Kerja sama

ilustrasi kerja sama (Pexels.com/fauxels)

Ingatkah akan pepatah lawas yang mengatakan:

"Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing" ?

Ungkapan itu sangat cocok untuk diaplikasikan di dunia kerja. Kerja sama yang baik turut  menghasilkan kolaborasi yang berkualitas untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Meski ada kalanya kita menuntaskan pekerjaan secara mandiri, tetapi bukan berarti kita selalu terlepas total dari rekan kerja lainnya. Kita tidak dapat mengerjakan semua tugas dari segala divisi sendirian. Karenanya, kita akan selalu terikat dan saling membutuhkan. Selain itu, berikan pula waktumu untuk menolong rekan kerja yang membutuhkan bantuan.

Kebiasaan untuk mau bekerja sama di segala situasi dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan. Kamu juga bisa menghangatkan suasana kerja dan memperkuat relasimu dengan rekan kerja. Ingat, bekerjalah bukan hanya untuk kemajuan diri sendiri tetapi juga orang lain dan perusahaan.

3. Pemecahan masalah

ilustrasi pemecahan masalah (Pexels.com/Diva Plavalaguna)

Ketika tim kamu menghadapi konflik, apa yang kamu lakukan? Hanya diam sembari menunggu celetukan saran dari rekan kerja, atau bersiap menantikan arahan dari atasan, atau memutar otak untuk mencari solusi? Pasalnya, tidak banyak pekerja yang membekali dirinya dengan inisiasi sebagai pemecah masalah. Sebagian besar cenderung diam mengikuti arus dan bersungut-sungut di belakang layar. Mulai sekarang, cobalah meluangkan waktu untuk memikirkan isu atau masalah dengan sudut pandang yang beragam. Cari tahu potensi solusi yang sekiranya bisa diterapkan dan jangan sungkan untuk menyampaikannya kepada rekan kerja atau atasan.

Selain itu, dengarkan pula gagasan atau rekomendasi dari rekan kerja. Berikan feedback jika masukan tersebut masih bisa dielaboarasi. Jika sarannya diterima oleh atasan dan tim, lakukan saran tersebut tanpa mengeluh. Hal tersebut menunjukkan bahwa kamu adalah karyawan yang bisa diandalkan dalam bekerja sama dan dapat menumbuhkan kepercayaan serta rasa penerimaan bagi rekan kerja lain yang membantumu untuk meningkatkan performa. 

4. Kecerdasan emosional

tulisan emotion (Pexels.com/Markus Winkler)

Pekerjaan yang menumpuk, tim kerja yang sulit bekerja sama, deadline yang mendesak, atasan yang tidak perhatian, dan konflik-konflik lainnya kerap kali menjadi sebab-musabab yang "dimaklumi" untuk menciptakan karakter pekerja tantrum. Tentunya hal ini tidak boleh dibiasakan, ya! 

Daniel Goleman dalam bukunya "Emotional Intelligence" menyebutkan bahwa setidaknya kecerdasan emosional memiliki lima komponen yang perlu kamu kuasai, yaitu: self awareness, self regulation, self management, social awareness, dan relationship management. Praktikkan satu persatu di pekerjaanmu untuk meningkatkan motivasi pribadi dan rekan kerja. Namun, awasi dan tetap bijak dalam penerapannya. Hindari menggunakan kecerdasan emosional untuk memanipulasi orang lain atau mengendalikan emosi mereka tanpa arah.

5. Manajemen waktu

ilustrasi karyawan bekerja dengan menggunakan jam pasir (Pexels.com/Thirdman)

Soft skill satu ini terdengar sepele tapi berdampak sangat besar. Seringkali pekerja mengabaikan manajemen waktu dan berakhir dengan pekerjaan yang terbengkalai. Timeline yang terkesan masih jauh di pelupuk mata kerap meningkatkan rasa malas untuk segera menyelesaikan pekerjaan. Tanpa disadari waktu terus berjalan dan load pekerjaan semakin bertambah, apalagi terkadang atasan sering menambah pekerjaan dadakan yang membuat rencana kerja jadi berantakan. Kalau sudah begini, siapa yang bisa disalahkan? Tentunya diri sendiri.

Kamu bisa menghindari masalah ini dengan membuat to-do-list setiap hari. Tuliskan agenda pekerjaan di setiap malam hari sebelum tidur atau pagi hari sebelum memulai aktivitas. Pisahkan pula pekerjaan prioritas dan pekerjaan yang masih bisa dipindahkan waktu pengerjaannya agar kamu bisa fokus dalam menuntaskan tugas. Selain itu, hindari distraksi yang mengganggu aktivitasmu.

Coba berikan jarak antara media pekerjaan dan media hiburan hingga waktu istirahat. Tapi jangan lupa untuk tetap relaksasi, ya! Terlalu memforsir tubuh untuk bekerja akan berdampak buruk untuk kesehatanmu. Jangan sampai gara-gara sakit, nantinya waktu istirahatmu menjadi lebih lama dibandingkan waktu bekerja. Kalau sudah begini jadi gak maksimal, deh.

6. Berpikir kritis

ilustrasi karyawan sedang berpikir (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dunia kerja di zaman modern semakin banyak melibatkan teknologi untuk mendukung optimalisasi pekerjaan. Namun, secanggih apa pun teknologi jika tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusia tentu tidak ada gunanya. Manusia tetap memegang peran utama untuk mendorong pergerakan teknologi dan kemajuan bisnis. Dalam hal ini, pekerja semakin dituntut untuk mampu berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah di lingkungan pekerjaan. Entah nantinya akan dikerjakan manual secara mandiri dan tim, atau didukung oleh teknologi terkini, kemampuan logika tetap menjadi faktor terpenting yang harus diasah sedini mungkin.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini. Sederhananya, cobalah untuk selalu melihat isu dari berbagai sudut pandang, sehingga kamu bisa melihat faktor masalah secara menyeluruh. Nantinya kamu juga akan lebih mudah untuk memetakan solusi yang sekiranya dapat meredam isu-isu agar tidak semakin liar.

Hindari memberikan batasan kaku yang membuatmu sulit untuk keluar dari zona nyaman. Berpikir kritis memang tidak selalu mudah dan menyenangkan, tetapi membiasakannya akan membuatmu lebih tajam dalam menganalisis masalah dan membuat suatu perubahan.

7. Beradaptasi

ilustrasi karyawan beradaptasi di pekerjaan (Pexels.com/Antoni Shkraba)

Jika kamu berpikir adaptasi hanya dibutuhkan oleh seorang fresh graduate yang baru mencicipi dunia kerja atau pekerja yang baru berpindah perusahaan, itu salah besar. Faktanya, survei yang dilakukan oleh Harvard Business School tahun 2020 menyebutkan bahwa 71 persen dari 1.500 pekerja eksekutif sepakat bahwa adaptabilitas merupakan soft skill yang wajib dikuasai di dunia kerja, sehingga menjadi incaran para pemimpin. Bahkan, studi McKinsey & Company pada tahun 2021 menyatakan bahwa orang yang mahir beradaptasi 24 persen lebih tinggi potensinya untuk diterima bekerja dibandingkan mereka yang tidak memiliki kemampuan ini. Penting banget, kan?

Beradaptasi tidak melulu perihal bertahan di pekerjaan atau kuat di bawah tekanan. Lebih jauh dari itu, kamu dituntut untuk siap menerima segala perubahan dan konsisten bekerja dengan maksimal di antara dinamika yang terjadi. Tetap berikan usaha terbaikmu meski lingkungan kerja terus berkembang. Kemampuan beradaptasi yang baik dapat membawamu untuk menjadi pekerja yang kreatif, inovatif, dan menyelesaikan masalah.

Hard skills memang penting untuk dikuasai, tetapi soft skills pun gak boleh terabaikan. Perbanyak referensi mengenai penerapan soft skill yang bisa kamu latih setiap saat, dan terus eksplor dirimu untuk menemukan strategi yang paling tepat. Selamat bertumbuh!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us