5 Sebab Seseorang Bisa Terjebak dalam Situasi Task Making

- Tidak memiliki kejelasan prioritas, membuat seseorang terjebak dalam task making dengan menghabiskan waktu pada hal-hal kecil yang sebenarnya tidak perlu.
- Terlalu perfeksionis dan ingin detail sempurna dapat membuat seseorang terjebak dalam aktivitas yang memakan waktu tanpa fokus pada hasil akhir.
- Menghindari tugas inti yang menantang dan kurangnya pengelolaan energi serta fokus juga menjadi penyebab seseorang terjebak dalam task making.
Dalam dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari, banyak orang terjebak dalam apa yang disebut task making. Pada kondisi ini, kita lebih sibuk menciptakan pekerjaan daripada menyelesaikan inti tugas yang benar-benar penting. Sekilas memang terlihat seperti produktivitas.
Padahal diam-diam justru menjerat dalam lingkaran aktivitas tanpa arah. Task making membuat kita tanpa sadar menguras waktu dan energi. Terdapat sebab yang membuat seseorang terjebak dalam situasi demikian. Berikut yang harus diketahui.
1. Tidak memiliki kejelasan prioritas

Tanpa sadar kita seringkali terjebak dalam situasi task making. Salah satu penyebab paling umum adalah ketidakjelasan prioritas. Ketika seseorang tidak tahu tugas mana yang benar-benar berdampak besar, mereka cenderung menghabiskan waktu pada hal-hal kecil atau mengerjakan aktivitas tambahan yang sebenarnya tidak perlu.
Bukannya langsung mengeksekusi tugas utama, seseorang malah membuat daftar, tabel, catatan tambahan, revisi perencanaan, hingga mengejar detail minor yang tidak menentukan hasil akhirnya. Semua ini terlihat produktif, tetapi tidak menggerakkan progres. Ketiadaan prioritas membuat otak merasa butuh melakukan banyak hal agar tampak sibuk.
2. Terlalu perfeksionis dan ingin detail sempurna

Perfeksionisme sering dipuji sebagai karakter positif. Tetapi dalam kenyataannya, sifat ini dapat berubah menjadi jebakan serius. Orang dengan kecenderungan perfeksionis sering menambah pekerjaan yang sebenarnya tidak perlu demi mencapai standar ideal.
Seperti membuat tambahan dari dokumen yang sudah cukup baik, atau berulang kali menyunting pekerjaan yang sudah selesai. Alih-alih fokus pada hasil akhir, perfeksionis malah membuat terjebak dalam aktivitas yang memakan waktu. Bagian yang penting dan krusial justru terlupakan.
3. Menghindari tugas inti yang menantang

Kadang seseorang secara tidak sadar menghindari tugas inti yang menantang. Ini bisa terjadi karena takut gagal, tidak percaya diri, atau merasa tidak memiliki kemampuan yang cukup. Akhirnya, mereka memindahkan perhatian pada hal-hal lain yang tampak lebih mudah dikerjakan.
Tanpa sadar kita menghabiskan waktu dengan menyusun file, mencari referensi tambahan yang sebenarnya tidak mendesak, atau mempersiapkan hal-hal yang tidak krusial. Semua ini adalah aktivitas nyaman yang memberi ilusi bahwa progres sedang dibuat. Padahal, fokusnya bukan pada penyelesaian tugas, tetapi upaya menghindar.
4. Terbiasa menyamakan kesibukan dengan produktivitas

Banyak orang tumbuh dengan cara pandang bahwa semakin sibuk berarti semakin produktif. Persepsi ini membuat seseorang merasa harus selalu melakukan sesuatu agar terlihat bekerja keras. Kesalahan cara pandang pada akhirnya melahirkan kebiasaan menciptakan tugas tambahan yang tidak relevan.
Kita cenderung membuat laporan yang tidak diminta, memperbanyak proses, atau menambah langkah yang tidak esensial hanya agar terlihat lebih effort. Padahal produktivitas dinilai dari efektivitas, bukan jumlah aktivitas. Jika nilai ini tidak dipahami, task making menjadi pola yang berjalan otomatis
5. Kurangnya pengelolaan energi dan fokus

Task making sering terjadi pada orang yang sulit mengatur fokus dan energi. Saat energi menurun, mengerjakan tugas berat terasa sulit, sehingga mencari alternatif yang lebih ringan tetapi tetap terasa aktif. Tanpa sadar kita merapikan file digital tanpa tujuan jelas, membaca ulang informasi yang sudah diketahui, atau menambahkan detail kecil di luar kebutuhan.
Semua ini tampak seperti aktivitas produktif. Tapi sebenarnya adalah bentuk pelarian dari pekerjaan utama yang membutuhkan fokus tinggi. Kurangnya pengelolaan energi membuat kita mudah terdistraksi dan beralih ke aktivitas kecil yang hanya membuat daftar tugas semakin panjang.
Task making bukan hanya tentang banyaknya pekerjaan yang diciptakan. Tapi juga tentang kecenderungan memindahkan fokus dari yang penting ke yang terlihat sibuk. Dengan mengenali lima sebab di atas, kita dapat mulai membangun kesadaran dan menciptakan pola kerja yang lebih sehat, lebih fokus, dan lebih efektif.


















