“Ketika saya mulai menelaah isi makanan, ternyata banyak juga ya bahan-bahan artifisial yang sebetulnya sangat merusak tubuh kita sendiri. Nah mulai sejak itu saya mulai mencoba urban farming di pekarangan rumah untuk ditanami berbagai sayuran dan sampai hari ini akhirnya saya tidak beli sayuran lagi di pasar” kata Vania saat menjelaskan alasan mengapa dia tertarik dengan urban farming.
Edukasi Menanam dan Olah Sampah, Inspirasi Vania Lewat Seni Tani

Dari namanya yang unik tentu membuat penasaran apa, sih, yang dikerjakan di Sani Tani?Ternyata, semua berawal dari masa pandemik COVID-19, di mana masyarakat dihadapkan pada kondisi yang serba tidak pasti - pergerakan dibatasi, situasi ekonomi melambat, dan pekerjaan pun sulit menjadi didapat. Namun di tengah situasi yang serba tidak pasti, kadang justru ide-ide muncul sebagai upaya kita untuk mempertahankan diri.
Vania Febriyanti, seorang anak muda kelahiran Aceh yang tinggal di Bandung ini, merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu yang berdampak pada lingkungan sekitarnya. Lewat bertani, Vania ingin menciptakan ketahanan pangan ketika pandemik dan aturan PPKM telah mengakibatkan suplai bahan makanan terhambat.
Ketika itu, urban farming memang mulai menjadi tren karena dapat menghalau stres saat semua orang harus tetap di rumah saja. Tapi, Vania tidak menjadikan kegiatan menanam sekadar hobi atau pengusir stres saja. Lebih dari itu, Vania melihat dengan sudut pandang yang berbeda, di mana bertani dapat berdampak luas dan bermanfaat bagi banyak orang.
1. Saat pandemik, Seni Tani hadir dengan program yang menyelesaikan masalah

Ada tiga masalah utama yang menjadi perhatian Seni Tani. Pertama, banyaknya lahan yang tidak dimanfaatkan dengan baik di wilayah Arcamanik, terutama di Kelurahan Sukamiskin, Bandung. Kedua, kebutuhan pangan di Kota Bandung masih harus diimpor sehingga menekankan pentingnya mencapai kemandirian pangan lokal. Ketiga, bagaimana situasi pandemik menyebabkan adanya peningkatan tingkat depresi pada generasi muda di Kota Bandung, dengan salah satu penyebabnya adalah pengaruh media sosial dan kesulitan dalam mencari pekerjaan selama masa pandemik.
Seni Tani memiliki misi untuk meregenerasi para petani. Dengan memanfaatkan lahan tidur yang terbengkalai di daerah perkotaan, Seni Tani menciptakan ruang belajar terbuka tentang urban farming, pertanian organik, dan gaya hidup yang lebih peduli lingkungan. Komunitas ini mengajak warga kota ikut menanam, mempelajari kompos, memahami musim tanam, hingga merasakan sendiri repot dan serunya merawat tanaman.
2. Seni Tani memanfaatan lahan tidur untuk bertani agar menjadi bermanfaat

Aktivitas bertani memang awalnya dilakukan oleh Vania sendiri. Hal tersebut rupanya memancing keinginan ketua RT setempat untuk melakukan kerja sama mengelola lahan tidur yang ada di sekitar perumahan. Vania kemudian melihat bahwa kolaborasi ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat luas sehingga tawaran tersebut dia terima.
Dari aspek lingkungan, Seni Tani sudah mampu mengubah lahan yang terbengkalai di sepanjang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di wilayah Arcamanik. Dalam hal ini, Seni Tani juga telah mempraktikkan urban farming yang memanfaatkan potensi sumber daya sekitar untuk mengembangkan kebun pangan lewat metode pertanian organik yang berkelanjutan.
3. Seni Tani menerapkan sistem Community Supported Agriculture yang menguntungkan

Metode Community Supported Agriculture (CSA) adalah sebuah cara untuk menghubungkan antara petani dan masyarakat atau konsumen. Setiap anggota CSA akan membayar biaya berlangganan di awal bulan untuk mengoptimalkan operasional bertani. Bagi para petani, advance payment ini memberikan kepastian pasar dan pendapatan bahkan sebelum mulai menanam sehingga biaya operasional dan risiko fluktuasi harga pun bisa diantisipasi.
Sementara bagi konsumen, tentunya mereka dapat memperoleh sayuran segar, sekaligus ikut membiayai praktik pertanian berkelanjutan yang ada di kota mereka sendiri. Lewat metode ini, Seni Tani mencoba menghapus jarak antara petani dan konsumen, sehingga kepercayaan bisa tumbuh dalam hubungan dua arah.
4. Seni Tani menyediakan ruang edukasi untuk mengelola sampah organik

Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa produksi sampah menurut jenisnya di Kota Bandung pada tahun 2020 sebanyak 44,51 persen adalah berasal dari sisa makanan dan daun yang sebenarnya dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Vania bersama Seni Tani pun memikirkan hal tersebut dan menyediakan ruang edukasi bagi siapapun untuk bisa mengolah sampah organik atau sampah rumah tangga sendiri.
Masih bekerja sama dengan ketua RT dan RW setempat pula, tim Seni Tani mengumpulkan sampah organik yang sudah dipilah agar dapat diolah menjadi kompos. Nantinya, kompos yang dihasilkan akan digunakan untuk kebun sayur organik yang dikelola oleh Seni Tani.
Sistem pertanian regeneratif inilah yang ingin dikembangkan oleh Seni Tani untuk meminimalisir jejak karbon. Jika dahulu masyarakat di perumahan sering membakar sampah atau membuangnya begitu saja, kini sampah tersebut bisa diolah sendiri dan menjadi bermanfaat.
5. Vania bersama Seni Tani menjadi sosok inspiratif penerima SATU Indonesia Awards 2021

Bukan baru sebentar, Vania terjun pada kegiatan sosial dan pertanian. Sebelumnya, dia sudah aktif dalam Komunitas 1000 Kebun, sebuah komunitas yang berisi kumpulan individu dengan minat dan pengalaman di bidang pertanian. Pada tahun 2017, dia juga mendirikan lokapasar bernama Warung Sehat 1000 Kebun untuk menghubungkan konsumen dengan petani organik skala kecil serta UMKM hijau.
Pada 2020, barulah Vania mendirikan Seni Tani untuk memperluas visinya. Bersama tim, Seni Tani dikelola sebagai gerakan menuju pertanian regeneratif di daerah perkotaan yang tidak hanya memperkenalkan produk lokal yang sehat, tetapi juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Berkat kontribusinya yang konsisten, Vania mendapat penghargaan lewat Apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2021. Dia adalah sosok muda yang aktif dan visioner di bidang pertanian. Tentu saja, penghargaan ini menjadi bukti bahwa sebuah inovasi sosial di sektor pangan tidak harus lahir dari skala besar, melainkan dari lahan kecil yang digarap dengan kesungguhan hati.
Vania menjelaskan bahwa urgensi adalah hal yang membuatnya terus optimis mengembangkan Seni Tani. Dia mengatakan bahwa dalam melakukan tindakan, ketika seseorang sudah mengetahui reason why-nya, maka akan membuat orang tersebut tidak memiliki alasan lagi untuk menunda. Itu sebabnya, dia dan Seni Tani telah berhasil mengembangkan lahan tidur hingga total 1700m2 di kawasan Cigadung, Bandung, hingga saat ini.
“Saya mengajak teman-teman untuk melihat semua yang ada di sekitar, ada masalah apa, ayo kita mulai observasi dan lihat potensinya, saya yakin banget kalau masalah yang ada di sekitar pasti solusinya juga ada di sekitar kita.”



















