Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal Buruk Saat Terlalu Memperhatikan Feedback Namun Minim Aksi

ilustrasi berdiskusi (pexels.com/Mikael Blomkvist)
ilustrasi berdiskusi (pexels.com/Mikael Blomkvist)
Intinya sih...
  • Progres jalan di tempatFeedback penting, tapi terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi membawa akibat buruk. Terjebak dalam situasi stagnan tanpa kemajuan yang pasti.
  • Terjebak dalam overthinkingTerlalu fokus pada semua pendapat membuat seseorang terjebak dalam overthinking dan kehilangan solusi. Energi habis untuk memikirkan terlalu banyak opsi.
  • Kehilangan fokus pada tujuan utamaTerlalu sibuk mengakomodasi semua masukan bisa membuat arah kerja atau tujuan awal menjadi kabur, kehilangan fokus pada tujuan utama.

Feedback memang memegang peranan penting jika kita ingin meningkatkan kualitas diri. Umpan balik dari lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut. Tapi dalam menerima feedback kita juga harus memperhatikan batasan. Kemudian disesuaikan kembali dengan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai.

Tapi jika diperhatikan, seringkali kita mendapati seseorang terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi. Mereka terpaku pada umpan balik yang didapat dari lingkungan sekitar. Namun tidak ada proses lebih lanjut untuk berbenah. Kebiasaan ini tentu membawa akibat buruk. Inilah yang akan terjadi saat terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi.

1. Progres jalan di tempat

ilustrasi merasa tertekan (unsplash.com/Elisa Ventur)
ilustrasi merasa tertekan (unsplash.com/Elisa Ventur)

Feedback memang menjadi bagian penting jika kita ingin berproses lebih lanjut. Saran dan masukan dari lingkungan sekitar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk berbenah. Tapi bukan berarti kita menjadi individu yang terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi.

Karena pola demikian ini justru membawa akibat buruk. Seseorang yang terlalu memperhatikan feedback namun minum aksi, otomatis terjebak dalam situasi stagnan. Progres jalan ditempat tanpa ada kemajuan yang pasti. Ketika terlalu sibuk memikirkan respon orang lain, seseorang lupa untuk melihat hasil dari usahanya sendiri.

2. Terjebak dalam overthinking

ilustrasi overthinking (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi overthinking (pexels.com/Gustavo Fring)

Kita memang tidak boleh mengabaikan keberadaan feedback. Karena ini dapat menghadirkan perspektif yang lebih luas dalam menghadapi masalah. Tapi yang perlu menjadi catatan, terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi juga dapat membawa pengaruh negatif.

Seseorang yang terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi akan terjebak dalam overthinking. Terlalu fokus pada semua pendapat dapat membuat seseorang berada dalam pilihan yang sulit. Energi habis untuk memikirkan terlalu banyak opsi, namun melupakan solusi.

3. Kehilangan fokus pada tujuan utama

ilustrasi pusing bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi pusing bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Mengetahui fokus yang ingin dicapai membuat kehidupan berjalan lebih terarah. Sudahkah kita mampu melakukan hal tersebut? Atau mungkin dalam menjalani hidup cenderung menjadi individu yang kehilangan fokus dan tujuan utama.

Mungkin terlihat sebagai persoalan sederhana. Tapi ini menjadi hal buruk saat terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi. Terlalu sibuk mengakomodasi semua masukan bisa membuat arah kerja atau tujuan awal menjadi kabur.

4. Risiko perfeksionisme berlebihan

ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sebenarnya sisi perfeksionis dapat membawa pengaruh positif dalam menjalani hidup. Kita tumbuh menjadi individu yang termotivasi menunjukkan kinerja terbaik. Namun yang perlu menjadi catatan, apakah kita mampu mengontrol sikap perfeksionis ini agar tetap dalam batas yang wajar?

Di sinilah hal buruk saat terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi. Kebiasaan ini membuat kita terjebak dalam risiko perfeksionisme berlebihan. Terdapat kecenderungan menunggu feedback sempurna untuk bertindak, hingga akhirnya tidak ada kemajuan.

5. Waktu dan energi terbuang sia-sia

ilustrasi merasa lelah (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi merasa lelah (pexels.com/Keira Burton)

Waktu dan energi merupakan dua hal yang paling berharga dalam menjalani hidup. Seharusnya kita bisa menjaga keduanya agar tetap dalam porsi yang seimbang. Jangan sampai waktu dan energi terbuang sia-sia tanpa diiringi dengan hasil yang pasti.

Fenomena demikian juga menjadi hal buruk saat terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi. Waktu dan energi yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik justru terbuang sia-sia. Diskusi dan evaluasi terus-menerus tanpa implementasi adalah pemborosan.

6. Kehilangan identitas dan keaslian

ilustrasi menutup muka (pexels.com/Cottonbro studio)
ilustrasi menutup muka (pexels.com/Cottonbro studio)

Umpan balik yang berasal dari orang-orang sekitar tentu memiliki peran penting atas tercapainya tujuan. Tapi apakah kita sudah mampu mengelola hal tersebut dengan bijaksana? Atau mungkin menjadi individu yang terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi.

Kebiasaan ini pada akhirnya akan membawa dampak buruk. Terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi turut menghilangkan identitas dan keaslian. Selalu mencoba menyesuaikan diri dengan semua masukan bisa membuat seseorang kehilangan gaya atau ciri khasnya sendiri.

Umpan balik dari lingkungan sekitar seharusnya diimbangi dengan proses berbenah. Tapi pada faktanya banyak orang justru terlalu memperhatikan feedback namun minim aksi. Pola dan kebiasaan ini pada akhirnya akan menghadirkan hal-hal buruk yang mengganggu tercapainya tujuan hidup. Mengetahui deretan hal buruk di atas, sudah saatnya kita belajar mengelola umpan balik dari lingkungan sekitar dengan tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us