8 Alasan Harus Menyelesaikan Skripsi meski Lelah, Bentar Lagi Lulus

Siapa nih, yang lagi merasa capek parah oleh skripsi? Rasanya kamu makin gak yakin akan dapat menyelesaikannya. Banyak sesi konsultasi dengan dosen pembimbing yang berujung buntu. Bahkan bertemu dengannya gak memberimu pencerahan, melainkan bikin kamu merasa tambah tertekan.
Tak jarang sesi bimbingan skripsi sampai membuatmu menangis di depan dosen. Konflik dan beban skripsi bikin dirimu ingin meninggalkannya saja. Toh, dasar-dasar ilmu sudah dipelajari sejak semester satu. Kamu berpikir itu cukup buat bekal melanjutkan hidup daripada merasa stres oleh skripsi.
Namun, walau dirimu sedang merasa di puncak kelelahan psikis, jangan meninggalkan skripsi. Beristirahatlah sejenak bila kamu membutuhkannya. Meski begitu, nanti wajib dilanjutkan lagi. Pantang dirimu berhenti sebelum skripsi benar-benar terselesaikan. Delapan hal di bawah ini jadi alasan, mengapa kamu harus menyelesaikan skripsi.
1. Skripsi tak kelar, gelar pun gagal didapatkan

Siapa bilang gelar akademik tidak penting? Orang yang berkeras mengatakannya mungkin sangat beruntung mampu mencapai kesuksesan walau tak mengenyam pendidikan tinggi. Bisa juga hidupnya gak seberuntung itu. Namun, ia menolak mengakui pentingnya pendidikan karena terlalu menyakitkan baginya.
Dia gak bisa kembali ke masa lalu untuk mendapatkan suatu gelar akademik. Meski gelar bukan segalanya, faktanya ini penting agar banyak pihak mengakui kompetensimu di suatu bidang.
Walaupun kamu sudah sempat berkuliah selama sekian semester, tanpa berhasil menyandang gelar artinya proses kuliahmu tidak diakui. Dirimu bakal tetap dicap sebagai lulusan SMA.
2. Tanggung, perjuangan sudah sejauh ini

Skripsi biasanya dapat diambil di semester 7 atau 8. Artinya, kamu sudah melalui 6 sampai 7 semester alias 3 tahun lebih buat belajar di perguruan tinggi. Tak terhitung lagi berapa kali dirimu harus mengerjakan tugas, melakukan presentasi, dan sebagainya. Meski semua itu terasa lebih gampang daripada skripsi, perjuanganmu panjang dan luar biasa.
Jangan menyia-nyiakan jerih payahmu selama ini dengan tidak menyelesaikan skripsi. Itu akan menjadi antiklimaks dalam perjalanan hidupmu. Perjuanganmu menimba ilmu wajib ditutup dengan sebaik mungkin. Terlepas dari kamu bisa lulus cumlaude atau gak, pastikan skripsi diselesaikan sebaik mungkin.
3. Bisa minta bantuan dosen dan kampus biar segera lulus

Kalau skripsi terasa berjalan di tempat, biasanya ada beberapa penyebab. Pertama, kamu mengambil penelitian yang terlalu kompleks. Kedua, masalah dengan dosen pembimbing. Untuk persoalan pertama, dirimu bisa mendiskusikannya dengan dosen pembimbing.
Sampaikan bahwa prioritasmu sekarang adalah lulus lebih cepat. Walaupun kamu sendiri yang memilih judul penelitian tersebut, ajukan penggantian apabila pengerjaannya ternyata begitu sukar. Ambil penelitian lain yang lebih simpel. Sementara itu, masalah dengan dosen pembimbing dapat dilaporkan ke bagian kemahasiswaan supaya kamu mendapatkan dosen pembimbing yang baru.
4. Lelah tapi puas jauh lebih baik ketimbang lelah lalu menyerah

Lelah hanyalah apa yang kamu rasakan. Namun, ke mana rasa lelah ini berujung merupakan hal lain yang lebih penting untuk diperhatikan. Kalau dirimu lelah lantas memilih untuk menyerah, jelas gak ada kebahagiaan yang dirasakan. Beban skripsi cuma terasa terangkat untuk sesaat.
Selanjutnya malah menjadi beban pikiran baru yang terus menghantui. Kamu mungkin bingung menatap masa depan. Gagal menghadapi skripsi membuat masa depan terasa lebih suram dibandingkan ketika dirimu masih berjuang.
Sebaliknya, meski lelah asalkan kamu tak menyerah pasti berujung rasa puas. Skripsi selesai berarti dirimu mampu mengalahkan dorongan untuk berputus asa.
5. Kasihan orangtua yang telah membiayai selama ini

Coba hitung kembali biaya kuliahmu dari awal masuk hingga sekarang. Termasuk biaya hidup per bulan jika kamu indekos atau uang jajan untukmu yang masih tinggal dengan orangtua. Belum biaya buat membeli buku-buku. Nilainya pasti sudah mencapai puluhan juta rupiah. Bahkan dapat sampai ratusan juta rupiah tergantung jurusan dan fasilitas kos-kosanmu.
Begitu kamu meninggalkan skripsi, uang sebanyak itu seakan-akan lenyap tak berjejak. Dirimu gak boleh marah jika orangtua sampai bilang sangat kecewa padamu. Namun, bila biaya sebanyak itu berhasil mengantarmu menjadi sarjana, tidak ada sepeser pun yang sia-sia. Orangtua bangga dan lega melihat peluh mereka selama bekerja ditukar dengan kesuksesanmu di bidang akademik.
6. Semua mahasiswa juga merasakannya

Skripsi memang menjadi momok bagi mahasiswa semester akhir. Artinya, kamu tidak sendirian dalam merasa capek ketika mengerjakannya. Tingkat kelelahan kalian tentu berbeda-beda. Ada mahasiswa yang lebih santai karena mendapat dosen pembimbing yang menyenangkan. Proses penelitian juga berjalan cukup lancar.
Namun, cobalah untuk tidak hanya berfokus pada rasa lelahmu. Tengok ke sekitar dan mengobrol dengan sesama pejuang skripsi. Kamu bakal tahu betapa mereka juga stres dengan proses skripsi masing-masing. Kamu akan merasa tidak terlalu buruk lagi karena kalian benar-benar senasib sekalipun judul penelitian dan dosen pembimbingnya berbeda.
7. Bisa cari dukungan teman seangkatan bahkan adik tingkat

Mengerjakan skripsi bukan saat yang tepat untuk merasa sok mampu sendirian. Bergabunglah dengan kawan-kawan yang selalu saling menyemangati. Buang sikap terlalu individualistis yang akhirnya menyusahkan diri sendiri. Beri dukungan pada temanmu dan kamu bakal memperoleh hal yang sama.
Jika pun banyak kawan seangkatan sudah lulus duluan, jangan malu bergaul dengan adik tingkat. Banyak dari mereka mulai mengerjakan skripsi. Hapus sekat perbedaan angkatan di antara kalian. Terpenting kalian sama-sama berproses dan akhirnya wisuda bareng. Ketika semangatmu mulai turun, semangat mereka malah sedang tinggi-tingginya sehingga membantumu bangkit.
8. Agar tidak menjadi kebiasaan meninggalkan tanggung jawab

Skripsi hanyalah salah satu tugas dalam kuliah yang menguji rasa tanggung jawabmu sebagai mahasiswa. Walaupun skripsi gak mudah, tugas-tugas dalam pekerjaan dan kehidupanmu selanjutnya jauh lebih menantang. Bagaimana dirimu akan mampu mengembannya dengan baik jika skripsi saja ditinggalkan?
Sekali kamu merasa lebih enak melepas tanggung jawab, ke depan kecenderungan buat mengulanginya menjadi besar. Dalam hal apa pun, dirimu mudah merasa gentar. Alih-alih mendorong diri lebih kuat buat menjawab berbagai tantangan, kamu selalu ingin melarikan diri saja. Latih diri untuk mengambil dan menjalankan setiap tanggung jawabmu sebaik mungkin termasuk soal skripsi.
Gak cuma skripsi yang bisa membuatmu capek. Kelak kamu bekerja dari usia sekitar 23-60 tahun. Bayangkan lelahnya akan seperti apa. Namun, hidup gak bisa dijalani dengan baik kalau sebentar-sebentar kamu meninggalkan hal-hal yang semestinya diselesaikan. Tuntaskan skripsimu hingga kamu lulus dan wisuda.