Apa Itu Kloning? Pengertian, Macam-macam, hingga Manfaat

Apakah kamu pernah mendengar istilah kloning? Bahasa simpelnya, kloning adalah proses copy paste yang bisa menghasilkan duplikat yang sama persis tanpa proses pembuahan.
Daripada penasaran, langsung simak saja, yuk, pembahasan yang lebih detail di bawah ini. Ada contoh kloning yang paling terkenal, lho!
1. Pengertian

Melansir dari Britannica, kloning adalah proses menghasilkan salinan sel atau organisme yang identik secara genetik. Kloning sering terjadi di alam misalnya, ketika sel mereplikasi dirinya secara aseksual tanpa perubahan atau rekombinasi genetik. Organisme prokariotik (organisme yang tidak memiliki inti sel) seperti bakteri membuat duplikat dirinya yang identik secara genetik menggunakan pembelahan biner atau tunas. Pada organisme eukariotik (organisme yang memiliki inti sel) seperti manusia, semua sel yang mengalami mitosis, seperti sel kulit dan sel yang melapisi saluran pencernaan, merupakan klon, satu-satunya pengecualian adalah gamet (telur dan sperma), yang menjalani meiosis dan rekombinasi genetik.
Michael Rugnetta, seorang penulis, menjelaskan, "Dalam penelitian biomedis, kloning secara luas didefinisikan sebagai penggandaan segala jenis bahan biologis untuk studi ilmiah, seperti sepotong DNA atau sel individu. Jenis kloning yang menjadi fokus kontroversi etika melibatkan pembuatan embrio hasil kloning, khususnya embrio manusia, yang secara genetis identik dengan organisme asal embrio tersebut, dan selanjutnya penggunaan embrio tersebut untuk penelitian, terapi, atau pengobatan untuk tujuan reproduksi."
2. Reproductive cloning

Dilansir dari Britannica, kloning reproduksi melibatkan implantasi embrio hasil kloning ke dalam rahim asli atau buatan. Embrio berkembang menjadi janin yang kemudian dibawa hingga cukup bulan. Eksperimen kloning reproduksi dilakukan selama lebih dari 40 tahun melalui proses pembelahan embrio, di mana satu embrio dua sel tahap awal secara manual dibagi menjadi dua sel individu dan kemudian tumbuh sebagai dua embrio identik.
Teknik kloning reproduksi mengalami perubahan signifikan pada tahun 1990an, setelah lahirnya Dolly, yang dihasilkan melalui proses SCNT. Proses ini memerlukan pengangkatan seluruh nukleus dari sel somatik (tubuh) suatu organisme, diikuti dengan penyisipan nukleus ke dalam sel telur yang nukleusnya telah dikeluarkan (enukleasi). Setelah inti somatik berada di dalam sel telur, sel telur distimulasi dengan arus listrik ringan dan mulai membelah. Dengan demikian, embrio hasil kloning, yang pada dasarnya merupakan embrio kembaran identik organisme asli, tercipta.
"Proses SCNT telah mengalami penyempurnaan yang signifikan sejak tahun 1990an, dan prosedur telah dikembangkan untuk mencegah kerusakan pada telur selama ekstraksi inti dan penyisipan inti sel somatik," jelas Rugnetta.
3. Therapeutic cloning

Kloning terapeutik dimaksudkan untuk menggunakan embrio hasil kloning untuk tujuan mengekstraksi sel induk dari embrio tersebut, tanpa pernah menanamkan embrio di dalam rahim. Kloning terapeutik memungkinkan budidaya sel induk yang secara genetik identik dengan pasien. Sel induk dapat dirangsang untuk berdiferensiasi menjadi lebih dari 200 jenis sel dalam tubuh manusia.
Sel-sel yang berdiferensiasi kemudian dapat ditransplantasikan ke pasien untuk menggantikan sel-sel yang sakit atau rusak tanpa risiko penolakan oleh sistem kekebalan tubuh. Sel-sel ini dapat digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, diabetes mellitus, stroke, dan cedera tulang belakang.
Kemajuan dalam penelitian tentang kloning terapeutik pada manusia berjalan lambat dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai dalam kloning reproduksi pada hewan. Hal ini terutama disebabkan oleh tantangan teknis dan kontroversi etika yang timbul dari pengadaan telur manusia semata-mata untuk tujuan penelitian. Selain itu, pengembangan sel induk berpotensi majemuk terinduksi, yang berasal dari sel somatik yang telah diprogram ulang ke keadaan embrionik melalui pengenalan faktor genetik spesifik ke dalam inti sel, telah menantang penggunaan metode kloning dan sel telur manusia.
4. Manfaat kloning

Walaupun menjadi kontroversi, menurut Louise Gaille, seorang penulis di laman Vittana, mengatakan bahwa kloning memiliki manfaat tersendiri. Misalnya, kloning dapat digunakan untuk memperbaiki atau menumbuhkan sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau hilang, sehingga dapat mengobati penyakit dan kelainan genetik.
"Kloning dapat menghilangkan hambatan infertilitas, karena kloning menggunakan sel somatik dewasa, ini adalah proses yang memungkinkan siapa pun memiliki anak yang secara biologis merupakan anak mereka sendiri. Bahkan jika orang tersebut memiliki sistem reproduksi yang tidak mendukung kesuburan, dokter dapat mengambil sel somatik dan menanamkannya ke dalam embrio, sehingga menciptakan kehidupan baru. Teknologi ini akan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menjadi orangtua, meskipun mereka tidak aktif secara seksual," jelas Gaille.
5. Kerugian cloning

Selain manfaat, Gaille juga memaparkan kerugian kloning itu sendiri. Misalnya, dampaknya terhadap masyarakat tidak dapat diprediksi. Argumen paling umum yang menentang kloning melibatkan hal-hal yang tidak diketahui yang akan terjadi pada masyarakat.
"Jika orangtua mampu “memproduksi” anak dengan profil genetik tertentu, maka ada kemungkinan variasi genetik dapat menurun. Hal ini akan mengakibatkan umat manusia menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan kelainan bentuk, sehingga memerlukan lebih banyak seleksi genetik, karena pada akhirnya kita akan melakukan perkawinan sedarah dengan diri kita sendiri," ungkap Gaille.
Setelah mengetahui pengertian hingga contoh kloning yang terkenal, kini kamu lebih memahami perihal kloning ini, bukan? Proses kloning ini tentu masih menjadi kontroversi antar pihak yang pro dan kontra.