Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa itu Tilangan Dalem Jumenengan? Kenaikan Takhta Surakarta

Keraton Surakarta (Pinterest.com/Dongeng Anak Nusantara)

Tingalan Dalem Jumenengan adalah sebuah tradisi peringatan kenaikan takhta raja di Keraton Surakarta Hadiningrat, yang harus dilakukan oleh kerajaan keturunan Kerajaan Mataram Islam.Tradisi ini bersifat cukup sakral karena sudah berlangsung secara turun temurun dan masih terus dilestarikan. Tradisi ini juga memiliki banyak pesan dibalik pelaksanaannya.

“Tradisi Tingalan Dalem Jumenengan bakal digelar seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Ini bagian dari menjaga dan merawat tradisi budaya di Keraton Solo,” tutur kerabat Keraton Surakarta, KP Edhy Wirabhumi, dikutip Solopos.

Dilansir Pemerintah Kota Surakarta, kata "tingalan" dalam bahasa Jawa berarti peringatan, "dalem" adalah panggilan kehormatan untuk raja, dan "jumenengan" berasal dari kata "jumeneng" yang artinya bertahta. Pada dasarnya, tradisi ini dilaksanakan untuk merayakan kenaikan seorang Raja Keraton Solo.

Adapun waktu pelaksanaan Tingalan Dalem Jumenengan dilakukan setiap tahun, yaitu setiap tanggal dua bulan Ruwah sesuai kalender Jawa. Berikut tiga fakta mengenai Tilangan Dalem Jumenengan yang telah kami rangkum untukmu.

1.Tari bedhaya ketawang yang sakral

Tari Bedhaya Ketawang (Pinterest.com/Romadecade)

Adanya Tari Bedhaya Ketawang menjadi alasan mengapa tradisi ini kental dengan suasana syahdu. Tari Bedhaya Ketawang merupakan simbol dari perjalanan hidup manusia di bumi, mulai dari kelahiran, perjalanan hidup manusia, kematian, hingga alam setelah kehidupan di dunia. Dalam tradisi Tingalan Dalem Jumenengan, Tari Bedhaya Ketawang diiringi oleh seperangkat gamelan yang juga dianggap memiliki daya magis.

Saat menyaksikan Tari Bedhaya Ketawang, Raja duduk dan meresapi setiap gerakan gemulai para penari yang membawakannya dengan penuh penjiwaan. Rangkaian tradisi ini juga diisi dengan kirab kereta pusaka, pemberian gelar atau pengangkatan Abdi Dalem, dan arak-arakan tumpeng.

Menurut K.P.H. Brongtodiningrat, seorang Empu Tari Kraton Yogyakarta sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII hingga pertengahan pemerintahan Sultan Hamengku Buwana IX, tari ini menggambarkan proses perjalanan spiritual anak manusia yang kadang harus dihadapkan pada dilemma antara menuruti keinginan logika atu kebutuhan batin.

2.Terhubung dengan penguasa laut selatan

Tari Bedhaya Ketawang (Pinterest.com/1001 Indonesia)

Ada pandangan yang menyatakan bahwa Tari Bedhaya Ketawang memiliki kaitan dengan Penguasa Laut Selatan, yaitu Kanjeng Ratu Kidul. Fakta ini menjadikan rangkaian tariannya menimbulkan nuansa mistis yang dirasakan oleh banyak orang. Tarian ini dianggap sebagai simbol dari hubungan batin antara sang Raja dengan Ratu Kidul.

Selain itu, ada keyakinan bahwa bagi mereka yang memiliki kemampuan membaca dengan mata batin atau indera keenam, jumlah penari dalam Tari Bedhaya Ketawang pun sebenarnya bukan hanya 9 orang, melainkan 10 orang. Satu penari tambahan tersebut diyakini sebagai penari gaib yang turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan tarian sakral tersebut.

3.Terdapat 8 langkah di dalamnya

Kirab Agung Sewindu Tingalan Jumenengan Dalem SISKS PB XIII (Pinterest.com/Ariaman)

Berikut adalah beberapa tahapan dan prosesi yang terkait dengan pelaksanaan Tingalan Dalem Jumenengan:

  1. Tari Bedhaya Ketawang: Tari Bedhaya Ketawang menjadi simbol utama dalam perayaan ini. Tarian tersebut melambangkan perjalanan hidup manusia di bumi, dari kelahiran, perjalanan hidup, kematian, hingga kehidupan alam setelah di dunia.
  2. Pemberian Gelar dan Pengangkatan Abdi Dalem: Salah satu rangkaian perayaan Tingalan Dalem Jumenengan adalah pemberian gelar dan pengangkatan Abdi Dalem.
  3. Kirab Kereta Pusaka: Upacara ini juga melibatkan kirab kereta pusaka sebagai bagian dari rangkaian perayaan.
  4. Kirab Arak-arakan Tumpeng: Selain itu, terdapat juga kirab arak-arakan tumpeng sebagai bagian dari perayaan Tingalan Dalem Jumenengan.
  5. Sugengan: Puncak acara Tingalan Dalem Jumenengan adalah Sugengan yang digelar untuk memohon panjang usia sultan, kecermelangan sultan, dan kesejahteraan rakyat Yogyakarta.
  6. Labuhan: Setelah Sugengan, dilakukan acara Labuhan di beberapa petilasan yang dianggap sakral bagi Keraton Yogyakarta.
  7. Ngebluk: Kegiatan ngebluk dilakukan dua hari menjelang Hajad Dalem Labuhan. Prosesi ini melibatkan pembuatan adonan apem oleh para Putri dibantu oleh Abdi Dalem.
  8. Ngapem: Prosesi Ngapem dipimpin oleh GKR Hemas dan turut dihadiri oleh kelima Putri Dalem, GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara.

Tingalan Dalem Jumenengan menjadi warisan budaya yang kental dengan makna dan pesan di dalamnya. Dari 3 fakta di atas, tradisi ini menarik untuk dilihat secara langsung pastinya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Delvia Y Oktaviani
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us