Menurut jurnal Overcoming The Poverty Trap Through Education: An Intergenerational Study on Indonesia (2016) menyampaikan individu yang lahir di keluarga miskin dan keterbatasan akses pendidikan dapat berpengaruh pada produktivitas rendah dan pendapatan rendah.
6 Bahaya Ketimpangan Pendidikan, Ancaman Generasi Masa Depan

- Meningkatnya angka kemiskinan struktural akibat ketimpangan pendidikan
- Kesenjangan ekonomi semakin lebar karena kurangnya kesetaraan pendidikan
- Angka pengangguran meningkat dan kesempatan mencari pekerjaan makin sempit karena ketidaksetaraan akses pendidikan
Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Tetapi, apakah kesempatan menempuh pendidikan sudah dirasakan semua orang? Nyatanya, masih banyak ketimpangan yang terjadi di dunia pendidikan, termasuk di Indonesia.
Jika dibiarkan, tentu berdampak bahaya bagi individu maupun kemajuan suatu negara. Lantas, apa bahaya ketimpangan pendidikan ini? Simak penjelasan di artikel ini, agar kita tahu seberapa berbahaya dampak dari ketidaksetaraan pendidikan bagi masyarakat maupun individu.
1. Meningkatnya angka kemiskinan struktural

Dampak pertama yang dirasakan ketika terjadinya ketimpangan pendidikan adalah makin meningkatnya angka kemiskinan. Tentu, salah satu keluar dari kemiskinan adalah mendapatkan pekerjaan. Namun, ketika seseorang tidak mendapatkan kesetaraan pendidikan tentu akan menyulitkannya dalam mencari pekerjaan.
Sebab, saat ini banyak perusahaan yang mencantumkan minimal pendidikan di lowongan pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa, seseorang yang sama sekali tidak menempuh pendidikan, akan sulit mendapatkan pekerjaan di era modern dan semakin sulit juga keluar dari kemiskinan struktural. Oleh karena itu, pentingnya kesetaraan pendidikan di berbagai pihak. Sebab, setiap orang memiliki hak untuk mengenyam pendidikan tanpa ada latar belakang. Ini semua agar semua orang berhak untuk hidup layak dan keluar dari kemiskinan struktural.
2. Kesenjangan ekonomi yang semakin lebar

Pesatnya perkembangan ekonomi suatu negara juga terlihat pada keberhasilan kesetaraan pendidikan. Ini karena banyaknya orang yang menempuh pendidikan dengan layak. Namun, hal ini menjadi masalah serius jika ketimpangan pendidikan masih dirasakan.
Dilansir laman World Bank (2023) mencatat bahwa setiap tambahan satu tahun pendidikan dapat meningkatkan pendapatan individu rata-rata hingga 10 persen. Artinya, semakin tinggi rata-rata tingkat pendidikan suatu populasi, semakin besar potensi pertumbuhan ekonominya.
Selain memperlambat pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendidikan dapat menciptakan kesenjangan produktivitas antara kelompok berpendidikan tinggi dan rendah. Ini karena adanya kesenjangan keterampilan atau skill gap akibat ketimpangan pendidikan yang menjadi faktor lemahnya mobilitas sosial dan menghambat laju inovasi ekonomi di suatu negara.
3. Angka pengangguran makin tinggi

Ketika masyarakat tidak dapat mengakses pendidikan yang layak entah itu karena faktor ekonomi, geografis, atau sosial. Tentu, mereka akan kesulitan mendapatkan skill yang dibutuhkan di pasar kerja modern seperti saat ini. Akibatnya, supply tenaga kerja tidak seimbang dengan demand industri.
Berdasarkan laporan Education at a Glance 2025 dari OECD, bahwa kelompok usia 25-34 tahun yang belum menyelesaikan sekolah menengah atas memiliki tingkat pengangguran sekitar 13 persen. Sedangkan untuk kelompok dengan jenjang SMA/SMK, tingkat pengangguran rata-rata adalah 7 persen. Untuk lulusan sarjana, tingkat pengangguran rata-rata hanya 5 persen. Dari data tersebut menjadi bukti bahwa adanya ketimpangan akses pendidikan di suatu negara dapat berdampak pada jumlah pengangguran yang tinggi. Ini yang menjadi alasan pentingnya kesetaraan pendidikan, demi peluang kerja bagi masyarakat.
4. Kesempatan untuk mencari pekerjaan makin sempit

Faktanya, dunia kerja sekarang semakin menuntut keahlian tinggi, misalnya kemampuan digital, bahasa asing, dan berpikir kritis. Ketika seseorang menempuh pendidikan tinggi akan lebih mudah melewati kualifikasi tersebut. Namun, bagaimana dengan seseorang berpendidikan rendah? Apakah mereka mampu bersaing di dunia kerja sekarang?
Menurut data OECD (2023) menyatakan, tingkat pendidikan terbukti sangat memengaruhi peluang seseorang untuk bekerja. Terlihat pada rata-rata di negara anggota OECD, tingkat partisipasi kerja bagi penduduk usia 25–34 tahun yang tidak memiliki pendidikan menengah atas hanya sekitar 60 persen. Sementara itu, mereka yang memiliki pendidikan tinggi atau tertiary education mencapai tingkat pekerjaan hingga 86 persen.
Hasilnya, ketika banyak orang tidak bisa mengenyam pendidikan yang cukup akan sulit mendapatkan pekerjaan, sebab perusahaan saat ini mencari tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan. Jika kesenjangan ini semakin lebar, lapangan pekerjaan seolah semakin sempit untuk kelompok berpendidikan rendah. Inilah kenapa ketimpangan pendidikan bisa berujung pada sempitnya kesempatan kerja dan memperburuk kesenjangan ekonomi di masyarakat.
5. Makin rendah kualitas sumber daya manusia (SDM)

Pendidikan memengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM). Ini terlihat ketika akses pendidikan tidak merata dan hanya sebagian kelompok masyarakat yang mendapatkan kesempatan belajar yang layak. Alhasil, kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan tenaga kerja menjadi tidak seimbang.
Tentu, kondisi ini membuat produktivitas nasional ikut menurun. Sebab, negara dengan ketimpangan pendidikan yang besar biasanya sulit menciptakan tenaga kerja yang inovatif, kreatif, dan siap bersaing di pasar global. Namun, hasilnya bisa negatif jika kesetaraan pendidikan tidak dicapai yang menyebabkan kualitas sumber daya manusia (SDM) akan terus menurun.
6. Terhambatnya inovasi dan kemajuan bangsa

Menurut penelitian Does Innovation and Education Affect Economic Growth? (2024) menyatakan, pendidikan dan inovasi memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Inovasi dan kemajuan negara bisa terlihat jika seluruh masyarakatnya dapat menempuh pendidikan yang layak. Hal ini karena, negara mampu menciptakan tenaga kerja terdidik sekaligus inovatif yang cenderung memiliki produktivitas lebih tinggi, daya saing ekonomi lebih baik, dan pertumbuhan yang lebih stabil. Namun sebaliknya, jika adanya ketimpangan pendidikan akan menghambat inovasi dan kemajuan negara.
Rupanya, ada bahaya ketimpangan pendidikan yang menjadi ancaman bagi generasi masa depan. Terlihat, saat ini masih banyak masyarakat yang merasakan ketimpangan pendidikan. Padahal, pemerataan pendidikan dapat memberi kesempatan yang sama bagi setiap anak untuk bermimpi dan tumbuh di masa depan. Bagaimana menurutmu?


















