Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rekomendasi Buku Digital Baru di SIBI yang Wajib Dibaca Siswa SMA

ilustrasi membaca buku digital (pexels.com/Perfecto Capucine)
ilustrasi membaca buku digital (pexels.com/Perfecto Capucine)

Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) terus memperkaya koleksi buku digitalnya dengan karya-karya berkualitas yang disesuaikan dengan jenjang kemampuan membaca. Salah satunya adalah buku untuk jenjang pembaca mahir, yaitu pembaca yang telah mampu memahami teks secara analitis dan kritis. Buku digital dalam kategori ini dirancang untuk remaja usia lebih dari 16 tahun, terlebih siswa SMA, atau pun yang sudah terbiasa dengan bacaan yang kompleks dan bernas secara isi maupun bahasa.

Jika kamu termasuk pembaca yang mencari bacaan dengan tema lebih dalam, alur yang kuat, dan pesan yang menggugah, tiga buku digital terbaru di SIBI ini layak ditambahkan ke dalam daftar bacaanmu. Tak hanya menghadirkan cerita yang seru dan mendebarkan, ketiga buku digital baru di SIBI yang wajib dibaca siswa SMA menyuguhkan nilai-nilai penting seputar identitas, budaya, dan kehidupan sosial remaja.

1. Lumi tidak Malu

Lumi tidak Malu (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)
Lumi tidak Malu (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Komik berjudul Lumi tidak Malu menceritakan tentang Rumi, siswi yang bangga pada ayahnya, Pak Halim, penjual cilok keliling yang juga cadel. Namun, sang ayah justru khawatir Rumi akan diejek lantaran latar belakang keluarganya. Ia pun meminta putrinya untuk menyembunyikan identitasnya. Dari sinilah muncul konflik, yakni antara rasa hormat pada orang tua dan keberanian untuk menjadi diri sendiri.

Maesaroh menyajikan kisah ini dengan lembut dan menyentuh, didukung ilustrasi ekspresif dari Nana Maulana. Tiap panel tidak hanya memperkuat cerita, tetapi juga menyuarakan emosi Rumi dengan kuat. Narasi dan visual berpadu menciptakan pengalaman membaca yang menggugah.

Komik ini menyampaikan beberapa pesan universal tentang penerimaan diri, cinta tanpa syarat, dan keberanian melawan stigma. Isu perundungan diangkat dengan cara yang halus sekaligus bermakna menjadikan buku ini bacaan yang menyenangkan dan membuka ruang empati.

2. Penjaga Aksara

Penjaga Aksara (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)
Penjaga Aksara (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Dalam Penjaga Aksara, Tuti Adhayati membuka cerita lewat kecerobohan kecil Rayi, seorang siswa SMA yang tanpa sengaja memotret naskah kuno. Aksi iseng itu ternyata jadi awal dari petualangan besar yang penuh bahaya.

Bersama Ceca, gadis tuli yang mewarisi naskah tersebut, Rayi terjebak dalam situasi pelik yang melibatkan pihak-pihak misterius yang mengincar naskah bernilai sejarah itu. Dengan alur yang cepat dan narasi yang mudah diikuti, pembaca akan terus dibuat penasaran mengikuti jejak mereka.

Namun, Penjaga Aksara bukan sekadar cerita aksi remaja. Di balik ketegangan, sang penulis menyelipkan pesan kuat tentang pentingnya melestarikan budaya, menghargai peninggalan leluhur, serta menemukan keberanian lewat tema persahabatan. Novel ini tidak hanya seru, tetapi juga memberi ruang bagi pembaca remaja untuk merenung dan terinspirasi.

3. Suara di Balik Jendela

Suara di Balik Jendela (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)
Suara di Balik Jendela (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Novel Suara di Balik Jendela menghadirkan kisah misteri di kelas X-C yang dicap bermasalah. Suara menyeramkan berbahasa Belanda yang terdengar setiap pagi membuat para siswa enggan datang lebih awal. Sementara Bu Hope sang wali kelas bertekad memperbaiki citra kelas dan membangkitkan semangat belajar. Di tengah usahanya, dua orang siswi, yakni Mafaza dan Edrea mulai mencurigai ada sesuatu yang tak beres di balik suara tersebut.

Lebih dari sekadar kisah horor sekolah, novel ini membangun ketegangan sambil menyajikan dinamika sosial yang dekat dengan keseharian remaja. Karakter-karakter terasa hidup, konflik terasa relevan, dan suasana sekolah tergambar dengan jelas sehingga pembaca mudah terhubung dengan cerita.

Penulis merangkai cerita yang menyentuh isu perundungan, prasangka guru, dan tekanan sosial dengan cara yang reflektif. Suara di Balik Jendela tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak pembaca merenung tentang pentingnya empati, keberanian melawan stigma, dan arti persahabatan dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

Ketiga buku digital baru di SIBI yang wajib dibaca siswa SMA membuktikan bahwa bacaan untuk pembaca mahir tak harus berat dan membosankan. Lewat kisah yang dekat dengan keseharian, mereka mengajak kita berpikir lebih dalam sekaligus menghibur. Kalau kamu sedang mencari bacaan yang menggugah sekaligus menyenangkan, karya-karya di SIBI ini patut masuk ke dalam daftar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us