Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Rekomendasi Buku Klasik Underrated yang Ditulis Perempuan

The Blue Castle dan The Tenant of Wildfell Hall (warblerpress.com | penguin.com.au)
The Blue Castle dan The Tenant of Wildfell Hall (warblerpress.com | penguin.com.au)
Intinya sih...
  • Novel klasik karya perempuan bisa jadi alternatif dari muatan seksis dan misogini dalam novel klasik laki-laki.
  • Northanger Abbey dan The Tenant of Wildfell Hall adalah dua novel klasik yang ditulis perempuan dengan pesan pemberdayaan perempuan.
  • The Diary of Provincial Lady, Wives and Daughters, dan The Blue Castle juga merupakan novel klasik feminis yang menantang diskriminasi gender.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu menemukan muatan seksis bahkan misogini saat baca novel klasik? Sebenarnya ini bukan hal aneh mengingat banyak novel lawas yang ditulis laki-laki. Jengah dengan fenomena itu, novel klasik karya penulis perempuan bisa jadi penetralnya. 

Selain baca yang terkenal macam Persuasion, Little Women, dan Anne of Green Gables, boleh coba melipir ke judul-judul yang masih minim eksposur. Seperti kelima rekomendasi novel klasik underrated yang ditulis perempuan berikut ini.

1. Northanger Abbey (Jane Austen)

Northanger Abbey (wordsworth.co.za)
Northanger Abbey (wordsworth.co.za)

Northanger Abbey adalah salah satu novel underrated Jane Austen. Nuansanya juga berbeda dari kebanyakan novelnya meski masih berlakonkan perempuan muda. Catherine Morland sang lakon diceritakan sebagai remaja yang masih mencari jati dirinya.

Dengan gamblang, Austen mengekspos watak-watak khas remaja perempuan di novel ini. Namun, dengan strategis pula ia menyertakan elemen gothic lewat latar rumah dan intrik keluarga Henry Tilney, pemuda yang menarik hati Catherine.  

2. The Tenant of Wildfell Hall (Anne Bronte)

The Tenant of Wildfell Hall (penguin.com.au)
The Tenant of Wildfell Hall (penguin.com.au)

The Tenant of Wildfell Hall bisa dibilang salah satu pelopor novel klasik feminis. Novel ditulis dari sudut pandang Gilbert Markham yang penasaran dengan tetangga barunya, ibu tunggal bernama Helen Graham. Helen cukup tertutup sampai akhirnya Gilbert menemukan buku harian yang menjelaskan seluk beluk sang tetangga.

Keterasingan dan alasan kepindahannya ternyata berhubungan dengan pernikahannya yang kandas. Bronte berhasil menyajikan drama yang penuh dengan pesan pemberdayaan lewat keberanian Helen membuat keputusan sendiri pada era itu. 

3. The Diary of Provincial Lady (E.M. Delafield)

The Diary of a Provincial Lady (penguin.co.uk)
The Diary of a Provincial Lady (penguin.co.uk)

Sesuai judulnya, The Diary of Provincial Lady adalah novel yang ditulis layaknya buku harian. Pemilik buku harian itu masih misteri sampai perlahan terbongkar kalau ia adalah ibu rumah tangga berusia 30-an.

Menikah dengan pria kelas atas, hidupnya ternyata tak selalu pelangi dan matahari. Ada berbagai tekanan langsung dan tak langsung yang harus ia hadapi dan sikapi dengan bijak. Berlatar Inggris era Edward, isunya ternyata masih relevan sampai sekarang. 

4. Wives and Daughters (Elizabeth Gaskell)

Wives and Daughters (penguinrandomhouse.com)
Wives and Daughters (penguinrandomhouse.com)

Dikenal luas gegara North and South, Elizabeth Gaskell ternyata sempat menulis Wives and Daughters. Berpusat pada Molly yang diperkenalkan Gaskell sejak berusia 12 tahun, novel mengikuti kehidupannya sampai berusia dewasa. Molly hanya tinggal bersama ayahnya yang duda, sampai akhirnya ia diungsikan ke rumah kerabatnya saat ada pria yang hendak melamar bocah itu. 

Berpikir kalau itu saja tak cukup untuk menyelamatkan putrinya, sang ayah memilih menikah lagi dengan seorang ibu tunggal yang juga punya anak perempuan. Harapannya, Molly bisa dapat gambaran tentang menjadi perempuan yang seutuhnya. Namun, kepelikan demi kepelikan justru terpupuk gegara keputusan-keputusan sang ayah tersebut. 

5. The Blue Castle (L.M. Montgomery)

The Blue Castle (warblerpress.com)
The Blue Castle (warblerpress.com)

Selain Anne of Green Gables, kamu wajib coba novel lain dari L.M. Montgomery yang bertajuk The Blue Castle. Ia merujuk pada kastil biru yang dibangun Valancy dalam dunia imajinernya.

Valancy adalah perempuan 29 tahun yang mengidap penyakit kronis dan belum pernah merasakan jatuh cinta. Frustrasi dengan hidupnya yang monoton dan penuh rasa iba dari orang lain, ia sering kabur ke dunia fiktif buatannya itu. Banyak gambaran tentang tekanan sosial terhadap perempuan yang diekspos dan bisa jadi bahan diskusi dalam buku ini. 

Ditulis perempuan, bukannya melanggengkan seksisme, buku-buku klasik di atas justru menantang kita untuk memikirkan kembali tendensi diskriminasi gender. Ini bisa jadi bacaan yang melatih daya pikir kritis kita. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us