Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Puasa Umat Kristen Masa pra-Paskah dalam Alkitab

Ilustrasi membaca Alkitab (pexels.com/Tara Winstead)

Saat ini umat Kristen maupun Katolik sudah memasuki masa pra-paskah. Di momen yang suci ini, ada tradisi yang dilakukan umat nasrani yaitu berpuasa selama 40 hari. Jadi di masa ini, umat tak hanya mengingat peristiwa penyiksaan dan kematian Yesus Kristus. Tetapi juga melakukan evaluasi diri selama 40 hari sebagai bentuk persiapan memasuki Pekan Suci.

Perhitungan masa puasa selama masa 40 hari ini dimulai dari Rabu Abu hingga Paskah. Lalu seperti apa cara puasa umat Kristen? Simak di bawah ini.

1. Merendahkan diri di hadapan Tuhan

Ilustrasi berdoa dengan melipat tangan di atas Kitab Suci (pexels.com/Pixabay)

Dikutip dari buku 100 Renungan Doa: Menjadikan Doa Lebih dari Sekadar Rutinitas (2021) oleh Harison J. Ompsunggu, puasa adalah perbuatan tidak makan dan/atau tidak minum dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan rohani. Hal ini untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui kebesaran-Nya.

Merendahkan diri berarti menyadari kebesaran dan kasih Tuhan, serta keberadaan diri sendiri sebagai manusia yang lemah. Hal ini juga telah dikatakan dalam Alkitab injil Ezra 8:21, berikut bunyinya:

“Kemudian di sana, di tepi sungai Ahawa itu, aku memaklumkan puasa supaya kami merendahkan diri di hadapan Allah kami dan memohon kepada-Nya jalan yang aman bagi kamu, bagi anak-anak kami dan segala harta benda kami.”

2. Tidak sibuk dengan urusan sendiri

ilustrasi orang berdoa di gereja (pixabay.com/Pexels)

Yesus menjelaskan bahwa kamu jangan sibuk dengan urusanmu sendiri. Hal ini telah disampaikan saat orang Israel yang berpuasa melakukan protes kepada Tuhan karena doanya tidak didengar. Tuhan pun menjawab bahwa hal itu karena mereka sibuk dengan urusan diri sendiri.

“’Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah,’ tanyanya.

‘Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?’ Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.’” (Yesaya 58:2-3a)

3. Menunjukkan kasih kepada sesama

ilustrasi circle pertemanan (pexels.com/Elina Fairytale)

Dalam Alkitab disebutkan bahwa umat Kristiani yang berpuasa harus menunjukkan kasih kepada sesama. Hal ini telah tertulis dalam Yesaya 58:6-7 yang berbunyi seperti berikut ini:

“Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!”

4. Tidak berbuat jahat

Ilustrasi pertemanan (unsplash.com/Crosby Hinze)

Selama puasa umat Kristen juga tidak boleh bertindak jahat kepada sesama. Jika ada yang melanggar, maka tidak akan diindahkan puasanya oleh Tuhan. Hal ini juga telah tertulis dalam Yesaya 58:4, berikut ini bunyinya:

“Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.”

5. Puasa adalah sebuah pilihan

ilustrasi Alkitab (pexels.com/MART PRODUCTION)

Mengutip laman resmi Lembaga Alkitab Indonesia, puasa di masa pra-Paskah mengimitasi dari kisah puasa yang dilakukan Yesus Kristus selama 40 hari di gurun atau disebut sebagai Quadragesima. Dalam lingkup Protestantisme, puasa bukanlah kewajiban, melainkan pilihan.

Cara puasanya seperti berpantang untuk menahan diri tidak mengkonsumsi makanan, minuman, atau kegiatan favoritnya. Ada juga yang hanya makan sekali kenyang dalam sehari, ada yang tidak mengkonsumsi makanan tertentu, ada pula yang menahan makan hingga pukul 3 sore.

6. Merendahkan hati di hadapan Allah

ilustrasi berdoa (unsplash.com/Ben White)

Berpuasa dalam Kekristenan memang tidak menjadi sebuah ketentuan yang sifatnya mutlak. Tapi meski begitu, bukan artinya umat dilarang untuk melakukan puasa atau menjadikan puasa sebagai hal yang tidak bermakna. Justru, praktik berpuasa punya makna yang sangat mendalam dan berdampak penting bagi tumbuh-kembang spiritualitas umat Kristen.

Puasa selama masa pra-Paskah dimaksudkan agar umat semakin mengarahkan perhatian dan memaknai 40 hari tersebut dengan hati yang terbuka. Selain itu, juga sebagai bentuk merendahkan hati di hadapan Allah atas segala dosa yang dilakukan hingga membuat Yesus mengorbankan nyawa-Nya demi menebus dosa manusia.

7. Puasa adalah wujud komitmen spiritual

Ilustrasi membaca Alkitab (pexels.com/Tara Winstead)

Berpuasa selama masa pra-Paskah, baik makan-minum atau lainnya, adalah wujud komitmen spiritual dan pelatihan pengendalian diri. Hal ini dimaksudkan agar kesengsaraan dan kematian Yesus Kristus tidak menjadi sesuatu yang sia-sia.

Jadi, umat perlu menghargai dan menjaga nilai kekudusannya, dengan melakukan transformasi diri melalui praktik puasa. Hal ini juga telah tertulis dalam Roma 6:3, 6, 12, yang berbunyi sebagai berikut:

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? … Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa… Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.”

Itulah tadi cara puasa umat Kristen yang perlu kamu tahu. Mengutip laman resmi Kemenag, puasa dalam Kristiani merupakan tindakan sukarela berpantang sama sekali atau sebagian dari makanan dan atau minuman, baik untuk tujuan keagamaan ataupun untuk tujuan lain seperti ungkapan duka cita dan penderitaan, kesedihan atau dosa, serta ingin merenungkan hal-hal yang suci.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima
Delvia Y Oktaviani
Pinka Wima
EditorPinka Wima
Follow Us