Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Gerakan Pemuda Ansor dan Sejarah Berdirinya, Lengkap

Pelantikan Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Sumut (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Pelantikan Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Sumut (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Dalam sejarah perkembangan Indonesia, Gerakan Pemuda Ansor atau biasa disebut dengan GP Ansor memiliki peran signifikan dalam membantu perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor menggaungkan semangat kebangsaan, kerakyatan, sekaligus spirit keagamaan.

Gerakan Pemuda Ansor juga mampu mempertahankan eksistensi dirinya walaupun diterjang berbagai rintangan. Untuk mengetahui lebih lanjut sejarah berdirinya GP Ansor, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

1. Sejarah berdirinya Gerakan Pemuda Ansor

KH Abdul Wahab Hasbullah (nu.or.id)
KH Abdul Wahab Hasbullah (nu.or.id)

Melansir laman resmi Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda Ansor lahir diwarnai dengan semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. Memetik semangat pasca Sumpah Pemuda, Gerakan Pemuda Ansor berjuang melawan penjajahan serta penumpasan G30S. 

Gerakan Ansor bermula dari situasi konflik internal Nahdlatul Ulama yang memiliki perbedaan pemikiran antara tokoh tradisional dan tokoh modernis. KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur sebagai tokoh yang berhaluan modernis menempuh gerakan yang berbeda di tengah tumbuhnya semangat mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

Setelah perpecahan tersebut, dua tahun kemudian tepatnya tahun 1924, para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi ini merupakan cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor. Sebelumnya, gerakan ini telah beberapa kali berganti nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor merupakan saran dari KH. Abdul Wahab. Nama Ansor juga berasal dari nama kehormatan yang diberikan oleh Nabi Muhammad kepada orang-orang Madinah, yang berpartisipasi dalam perjuangan mempertahankan dan mendukung agama Allah.

Dengan demikian, ANO dapat mengambil hikmah dan contoh dari sikap, perilaku, dan semangat juang para sahabat Nabi yang diberi gelar Ansor. Gerakan ANO harus selalu berhubungan dengan nilai-nilai Sahabat Ansor, yaitu sebagai penolong, pejuang bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan, dan penguatan ajaran Islam. Inilah kewajiban pertama yang harus dipenuhi oleh setiap anggota ANO.

2. Perkembangan Anshoru Nahdlatul Oelama

Peresmian Pembukaan Konferensi Besar XXIII Gerakan Pemuda Ansor Tahun 2020 pada Jumat (18/9/2020) (Youtube.com/Sekretariat Presiden)
Peresmian Pembukaan Konferensi Besar XXIII Gerakan Pemuda Ansor Tahun 2020 pada Jumat (18/9/2020) (Youtube.com/Sekretariat Presiden)

Pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima sebagai bagian dari departemen pemuda NU.

Awalnya, hubungan ANO dan NU masih sebatas hubungan pribadi antar tokoh dan belum menjadi bagian NU secara formal. Saat itu, pengurus ANO terdiri dari Ketua H.M Thohir Bakri, Wakil Ketua Abdullah Oebayd, Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam.

Seiring dengan perkembangannya, ANO Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kini sering disebut dengan Banser (Barisan Serbaguna).

Ketika Kongres II ANO dilaksanakan pada tahun 1937, Banoe menunjukkan kemampuannya dalam baris berbaris menggunakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga merupakan ketua ANO Cabang Malang. Selain itu, Banoe Malang juga memiliki instruktur umum yaitu Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namanya dikenang dan diabadikan sebagai nama salah satu jalan di kota Malang.

Keputusan yang penting dari adanya Kongres II ANO di Malang adalah didirikannya Banoe di setiap cabang ANO. Selain itu, turut menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO yang menyangkut soal Banoe.

3. Lahir kembali menjadi Gerakan Pemuda Ansor

Pelantikan Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Ansor Sumut Periode 2019-2023 di Aula Institut Teknologi Del Laguboti, Kabupaten Toba, Jumat (19/8/2022) sore. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Pelantikan Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Ansor Sumut Periode 2019-2023 di Aula Institut Teknologi Del Laguboti, Kabupaten Toba, Jumat (19/8/2022) sore. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pada masa penjajahan Jepang, organisasi-organisasi pemuda diberedel oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Lalu, setelah kemerdekaan dan revolusi fisik tahun 1945-1949, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, mengemukakan pendapat agar mengaktifkan kembali ANO. Gagasan tersebut mendapat sambutan positif dari Menteri agama RIS kala itu, KH. Wachid Hasyim. 

Oleh karena itu, pada tanggal 14 Desember 1949, ANO didirikan kembali dan mengganti nama menjadi Gerakan Pemuda Ansor yang disingkat GP Ansor. GP Ansor terus berkembang hingga saat ini memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa.

Selain itu, GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya.

Demikian informasi mengenai sejarah Gerakan Pemuda Ansor yang memiliki sejarah yang panjang serta perjuangan untuk mempertahankan eksistensinya di tengah perbedaan zaman.

Share
Topics
Editorial Team
Bella Manoban
Yunisda DS
3+
Bella Manoban
EditorBella Manoban
Follow Us