Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hindari 5 Kesalahan Saat Menuntut Ilmu Agama, Jadilah Muslim Cerdas 

ilustrasi seseorang belajar agama islam (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi seseorang belajar agama islam (pexels.com/cottonbro studio)

Menuntut ilmu agama adalah salah satu amalan mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bahkan menyebutnya sebagai jalan menuju surga. Tapi, di zaman sekarang, di mana informasi bisa diakses dalam hitungan detik, justru muncul tantangan baru yang sering gak disadari.

Gak semua yang terdengar islami itu benar, dan gak semua yang viral bisa dijadikan pegangan. Tanpa bimbingan dan niat yang lurus, semangat menuntut ilmu justru bisa menjerumuskan. Karena ilmu agama bukan cuma soal hafalan, tapi juga adab, kesabaran, dan keikhlasan.

Yuk, jadi muslim yang lebih bijak dengan menghindari lima kesalahan umum ini saat menuntut ilmu agama.

1. Belajar hanya dari potongan video atau quote

ilustrasi seseorang muslim memegang ponsel (freepik.com/marymarkevich)
ilustrasi seseorang muslim memegang ponsel (freepik.com/marymarkevich)

Zaman media sosial bikin semua serba instan. Banyak orang merasa sudah tahu agama hanya dari potongan ceramah 1 menit atau quote singkat di Instagram. Padahal ilmu yang dalam gak cukup hanya lewat potongan konten. Ilmu agama perlu dipelajari dari sumber yang jelas dan utuh.

Harus ada konteks, penjelasan, dan referensi yang kuat, bukan hanya potongan yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Kalau terbiasa belajar sepotong-sepotong, kita bisa salah paham terhadap makna ajaran Islam. Bahkan bisa salah mengamalkan karena gak tahu maksud yang sebenarnya dari ayat atau hadis.

2. Gak punya guru atau pembimbing

ilustrasi seseorang belajar agama secara online (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi seseorang belajar agama secara online (pexels.com/Keira Burton)

Dalam Islam, peran guru itu sangat penting. Ulama-ulama terdahulu pun belajar langsung dari guru yang punya sanad keilmuan jelas. Belajar tanpa guru ibarat berjalan di hutan tanpa peta. Kadang kita merasa cukup dengan belajar lewat internet atau buku saja.

Padahal, pemahaman bisa keliru kalau gak dibimbing oleh orang yang ahli dan amanah. Guru bisa meluruskan, mengingatkan, dan membimbing ke arah yang benar. Menuntut ilmu agama harus disertai dengan kerendahan hati untuk dibimbing. Jangan sampai niat baik malah tersesat karena merasa cukup sendiri.

3. Hanya fokus pada ilmu yang viral atau kontroversial

ilustrasi seseorang belajar (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi seseorang belajar (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ada yang semangat belajar agama, tapi hanya tertarik pada topik-topik yang ramai dibahas netizen. Misalnya soal tanda-tanda kiamat, hukum pacaran, atau isu bid'ah. Padahal Islam sangat luas dan dalam. Ilmu yang viral belum tentu yang utama.

Justru dasar-dasar seperti tauhid, fiqih ibadah, akhlak, dan adab itu yang lebih penting dipelajari terlebih dahulu. Kalau hanya mengejar ilmu yang sedang tren, kita bisa kehilangan pondasi yang kuat. Akibatnya, gampang terombang-ambing dan ikut-ikutan tanpa paham esensinya.

4. Belajar untuk menang debat, bukan memperbaiki diri

ilustrasi seseorang belajar agama islam (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi seseorang belajar agama islam (pexels.com/cottonbro studio)

Tujuan utama menuntut ilmu agama adalah untuk memperbaiki hati dan amal. Tapi sayangnya, ada yang belajar hanya untuk mencari celah, memperkuat argumen, atau bahkan menjatuhkan orang lain. Ilmu yang dipakai untuk menyombongkan diri justru akan jadi penghalang hidayah.

Gak ada keberkahan dalam ilmu yang hanya digunakan untuk debat dan memperlihatkan siapa yang paling benar. Kalau niatnya udah melenceng dari awal, hasilnya pun gak akan menentramkan. Justru hati jadi makin keras, dan ilmu yang seharusnya melembutkan malah memperbesar ego.

5. Gak mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari

ilustrasi seseorang belajar agama islam (unsplash.com/Fotos)
ilustrasi seseorang belajar agama islam (unsplash.com/Fotos)

Menuntut ilmu tanpa mengamalkannya ibarat menimbun harta tapi gak pernah digunakan. Rasulullah SAW sendiri memohon perlindungan dari ilmu yang gak bermanfaat. Banyak dari kita yang sudah tahu mana yang benar, tapi tetap memilih yang salah karena malas, gengsi, atau belum siap.

Padahal keberkahan ilmu itu ada pada pengamalannya. Meski perlahan, cobalah mulai amalkan ilmu yang sudah kamu tahu. Sedikit demi sedikit, hidup akan terasa lebih lapang karena Allah akan menambahkan ilmu baru untuk orang yang menjaga ilmunya.

Menjadi muslim yang cerdas gak cukup hanya dengan semangat menuntut ilmu, tapi juga harus hati-hati dalam prosesnya. Hindari belajar sepotong-sepotong, pastikan ada guru yang membimbing, dan fokuslah pada ilmu yang membentuk akhlak, bukan yang sekadar kontroversial.

Niatkan belajar untuk memperbaiki diri, bukan membuktikan diri. Dan yang paling penting, jangan berhenti pada tahu, tapi teruskan sampai ke tahap menjalankan. Karena ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan membawa kita makin dekat kepada Allah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Desy Damayanti
EditorDesy Damayanti
Follow Us