Kenapa Orang Indonesia Sering Salah Ucap ‘Three’ dan ‘Tree’?

Kesalahan pengucapan kata bahasa Inggris menjadi masalah umum bagi banyak orang Indonesia. Salah satu contohnya adalah membedakan kata 'three' dan 'tree'. Meskipun terlihat sederhana, banyak yang kesulitan karena faktor fonetik dan kebiasaan bahasa sehari-hari. Perbedaan bunyi ini memengaruhi pemahaman orang lain saat berbicara. Memahami penyebab kesalahan ini penting untuk meningkatkan kemampuan speaking bahasa Inggris.
Selain itu, salah ucap juga dapat memengaruhi kepercayaan diri. Banyak orang Indonesia merasa minder saat berbicara bahasa Inggris karena takut salah. Kesalahan kecil seperti pengucapan 'three' dan 'tree' bisa membuat komunikasi kurang efektif. Dengan mengetahui penyebabnya, kita bisa menemukan cara belajar yang lebih tepat. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan pengucapan ini.
1. Fonem ‘th’ gak ada dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia gak memiliki bunyi /θ/ atau /ð/ seperti pada kata 'three' atau 'that'. Pengucapan ini harus menempatkan lidah di antara gigi, sesuatu yang jarang dilakukan dalam bahasa sehari-hari. Akibatnya, banyak orang menggantinya dengan bunyi /t/ atau /s/. Kesalahan ini membuat kata 'three' terdengar seperti 'tree'. Latihan khusus dibutuhkan untuk membiasakan lidah mengeluarkan bunyi /θ/.
Selain itu, kurangnya paparan terhadap bunyi ini sejak dini membuat kesulitan tetap ada meski belajar bahasa Inggris. Guru dan aplikasi bahasa biasanya menekankan pengucapan yang benar untuk mengatasi masalah ini. Dengan latihan berulang, fonem ini bisa diucapkan lebih alami. Kesalahan ini sangat umum di kalangan pelajar dan orang dewasa. Pemahaman fonetik menjadi kunci memperbaiki pengucapan.
2. Kebiasaan meniru bahasa sehari-hari

Orang cenderung meniru suara bahasa sehari-hari mereka saat belajar bahasa baru. Karena bahasa Indonesia gak memiliki bunyi /θ/, lidah otomatis menyesuaikan. Hal ini membuat kata 'three' terdengar seperti 'tree'. Kebiasaan meniru ini sulit diubah tanpa latihan sadar. Metode imersi dan mendengar native speaker membantu membentuk kebiasaan pengucapan baru.
Selain itu, kebiasaan meniru ini juga dipengaruhi oleh teman atau media lokal. Jika sering mendengar 'three' diucapkan seperti 'tree', otak akan merekamnya sebagai normal. Kesalahan pengucapan bisa terus terbawa hingga dewasa. Perbaikan membutuhkan kesadaran dan latihan konsisten. Lingkungan belajar yang tepat penting untuk mengubah kebiasaan lama.
3. Kurangnya latihan listening

Kemampuan mendengar yang terbatas membuat banyak orang kesulitan membedakan kata serupa. Mendengar kata 'three' dan 'tree' diucapkan oleh penutur asli membantu membedakan bunyi. Kurangnya paparan audio membuat telinga sulit mengenali perbedaan fonem. Latihan listening rutin sangat penting untuk melatih perbedaan halus ini. Semakin sering mendengar, semakin mudah meniru pengucapan yang benar.
Selain itu, media audio atau video berbahasa Inggris membantu meningkatkan kemampuan listening. Podcast, film, atau lagu bisa menjadi latihan mendengar kata-kata sulit. Latihan ini gak hanya memperbaiki pengucapan, tetapi juga meningkatkan kefasihan berbicara. Listening menjadi dasar untuk speaking yang lebih akurat. Kemampuan mendengar yang baik mengurangi kesalahan pengucapan.
4. Pengaruh dialek lokal

Dialek lokal di Indonesia bisa memengaruhi cara pengucapan kata asing. Beberapa daerah cenderung mengubah bunyi tertentu agar lebih sesuai dengan bahasa lokal. Hal ini menyebabkan pengucapan kata asing terdengar berbeda dari standar internasional. Kata 'three' sering disederhanakan menjadi 'tree' karena pengaruh dialek. Kesadaran akan standar pengucapan internasional penting bagi pembelajar bahasa Inggris.
Selain itu, pengaruh dialek juga memengaruhi aksen saat berbicara bahasa Inggris. Perbedaan ini bisa membingungkan penutur asing. Latihan dengan audio standar membantu menyesuaikan pengucapan. Dengan memperhatikan dialek, kesalahan bisa diminimalkan. Standar pengucapan menjadi acuan untuk komunikasi yang efektif.
5. Kurangnya penekanan pada fonetik di sekolah

Metode pembelajaran bahasa Inggris di sekolah sering menekankan kosakata dan grammar, bukan fonetik. Murid mungkin tahu arti kata tetapi gak diajarkan cara mengucapkannya dengan benar. Akibatnya, kesalahan seperti 'three' dan 'tree' menjadi umum. Pembelajaran yang menekankan fonetik sejak dini bisa mengurangi kesalahan ini. Penggunaan metode audio dan latihan berbicara sangat disarankan.
Selain itu, guru yang fokus pada tulisan sering melewatkan latihan speaking. Siswa jarang mendapat kesempatan mendengar dan menirukan bunyi /θ/. Akibatnya, kesalahan menjadi kebiasaan. Integrasi fonetik ke dalam pembelajaran membuat pengucapan lebih akurat. Latihan berbicara rutin membantu memperbaiki kesalahan sejak dini.
6. Kurangnya kepercayaan diri

Beberapa orang cenderung menghindari pengucapan sulit karena takut salah. Ketakutan ini membuat mereka mengucapkan kata lebih sederhana, misalnya mengganti 'three' menjadi 'tree'. Kurangnya latihan berbicara di depan orang lain memperparah masalah. Dengan membangun kepercayaan diri, pembelajar lebih berani mencoba bunyi baru. Latihan konsisten dan positif feedback dari tutor atau teman membantu meningkatkan keberanian berbicara.
Selain itu, kepercayaan diri memengaruhi kefasihan berbicara secara keseluruhan. Semakin percaya diri, semakin lancar pembelajar meniru pengucapan native speaker. Kesalahan berkurang seiring waktu dengan latihan dan pembiasaan. Pengucapan kata sulit menjadi lebih alami dan akurat. Keberanian mencoba bunyi baru adalah kunci penguasaan bahasa.
Kesalahan pengucapan 'three' dan 'tree' banyak dipengaruhi oleh fonem yang gak ada dalam bahasa Indonesia, kebiasaan meniru bahasa sehari-hari, kurangnya latihan listening, pengaruh dialek, metode pembelajaran yang kurang menekankan fonetik, dan rendahnya kepercayaan diri. Dengan memahami faktor-faktor ini, pembelajar bisa memilih strategi yang tepat untuk memperbaiki pengucapan. Latihan rutin, mendengar native speaker, dan membangun kepercayaan diri menjadi kunci utama. Menguasai fonem yang sulit meningkatkan kefasihan dan kepercayaan diri saat berbicara. Perhatian pada faktor-faktor ini membuat belajar bahasa Inggris lebih efektif dan menyenangkan.
Selain itu, kombinasi belajar mandiri dengan tutor atau media audio-video bisa mempercepat perbaikan pengucapan. Lingkungan belajar yang mendukung, latihan konsisten, dan kesabaran membantu mengatasi kebiasaan lama. Pembelajar bisa lebih percaya diri dan komunikatif saat berbicara bahasa Inggris. Kesalahan kecil menjadi kesempatan untuk belajar dan memperbaiki kemampuan. Dengan strategi yang tepat, perbedaan 'three' dan 'tree' bukan lagi masalah.


















