3 Kunci Bahagia ala Buku Berani Tidak Disukai

- Hidupmu ditentukan oleh pilihan sendiri, bukan oleh keadaan atau orang lain. Kamu yang menentukan cara menjalani hidup.
- Kebahagiaan adalah pilihan pribadi, bukan ditentukan oleh situasi luar. Fokus pada diri sendiri dan menjadi versi terbaik dari dirimu.
- Melangkah maju tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain. Jangan mencari pengakuan dari orang lain, hiduplah untuk dirimu sendiri.
Berani Tidak Disukai (The Courage to be Disliked) adalah buku international bestseller mengenai self-improvement yang ditulis oleh Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga. Buku ini disajikan dalam bentuk percakapan mendalam antara seorang filsuf dan seorang pemuda, yang membahas berbagai pemikiran serta ajaran psikologi Adler.
Terdiri dari lima bab, mulai dari malam pertama hingga malam kelima, buku ini membahas topik-topik yang sangat menarik tentang hidup dan kehidupan. Setiap pembahasan dipenuhi dengan nasihat bijak yang memberikan pelajaran berharga tentang cara mengubah hidup dan meraih kebahagiaan sejati. Berikut adalah tiga di antaranya.
1. Caramu menjalani hidup adalah pilihanmu sendiri. Menjadi bahagia atau tidak bahagia, itu sepenuhnya keputusanmu.

Dalam buku ini, sang filsuf berkata kepada si pemuda bahwa cara seseorang menjalani hidup sepenuhnya adalah pilihan mereka sendiri. Hidupmu tidak ditentukan oleh keadaan atau orang lain, tetapi oleh dirimu sendiri. Kamu yang memutuskan, kamu yang menentukan bagaimana caramu menjalani hidup ini.
Banyak orang merasa tidak bahagia dan sering menyalahkan situasi, kondisi, lingkungan, atau masa lalu sebagai alasannya. Namun, sebenarnya perasaan tidak bahagia itu adalah pilihan pribadi. Ketika kamu merasa tidak bahagia, itu bukan karena dunia di luar dirimu, tetapi karena kamu sendiri yang memilih untuk tidak bahagia. Kamu kurang berani menjadi bahagia.
Kebahagiaan selalu ada dalam genggamanmu. Belajarlah untuk mencintai dirimu sendiri, menerima dirimu apa adanya, dan fokus pada bagaimana cara untuk memanfaatkan hidup yang telah diberikan kepadamu. Beranilah untuk bahagia, teruslah melangkah, dan jadilah versi terbaik dari dirimu.
2. Hidup bukanlah sebuah persaingan. Karena itu, teruslah melangkah maju tanpa merasa harus bersaing dengan siapa pun.

Dalam sebuah percakapan pada malam kedua, sang filsuf menjelaskan bahwa usaha untuk menjadi lebih baik (meraih superioritas) seharusnya dipandang sebagai upaya untuk maju dan berkembang dengan kemampuan serta kekuatan diri sendiri, bukan sebagai kompetisi untuk mengalahkan orang lain yang mengharuskanmu membidik lebih tinggi dari mereka.
Sang filsuf menegaskan bahwa membandingkan diri dengan orang lain tidaklah berguna, karena perasaan inferior yang sehat justru timbul dari membandingkan diri dengan versi ideal diri sendiri. Maka, teruslah melangkah maju, tumbuh, dan berkembang tanpa perlu bersaing dengan orang lain; yang terpenting adalah kamu menjadi lebih baik dari dirimu yang sebelumnya.
3. Jangan hidup demi memuaskan ekspektasi orang lain.

Selain tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, sang filsuf juga menegaskan bahwa kamu tidak perlu mencari pengakuan dari orang lain, bahkan tidak boleh mencarinya sama sekali. Kenapa? Karena kamu tidak hidup untuk memuaskan ekspektasi orang lain, dan begitupun orang lain, mereka tidak hidup untuk memuaskan ekspektasimu.
Jika kamu terus-menerus mencari pengakuan dan menilai dirimu berdasarkan penilaian orang lain, itu sama saja seperti membuang dirimu yang sebenarnya dan menjalani kehidupan orang lain. Kamu akan kehilangan rasa percaya diri dan keyakinan pada dirimu sendiri.
“Lalu, kalau engkau tidak menjalani hidup untuk dirimu sendiri, siapa yang bisa menjalaninya selain dirimu?” — Berani Tidak Disukai, halaman 136
Selain tiga pelajaran di atas, masih banyak insight berharga yang bisa dipetik dari buku ini. Untuk itu, kamu dapat mengeksplorasi lebih lanjut dengan membacanya sendiri. Sebagai penutup, berikut salah satu kutipan menarik dari buku Berani Tidak Disukai:
“Kalau aku berubah, dunia ini akan berubah. Tidak ada orang lain yang bisa mengubah dunia ini untukku…” – Berani Tidak Disukai, halaman 312
Jadi, apakah kamu berani untuk menjadi bahagia? Ingat, semua keputusan ada di tanganmu!