[MADING] P.U.T.A.R (Pilah, Ulang, Tolak, Adaptasi, Renungkan)

P.U.T.A.R bukan sekadar kata, tapi arah baru bagi sekolah kami untuk bergerak melawan sampah. Dari kebiasaan kecil seperti memilah sisa makanan, mengulang pakai botol minum, menolak plastik sekali pakai, hingga belajar beradaptasi dengan kebiasaan ramah lingkungan, semua itu kami rangkum dalam satu putaran aksi sederhana. Tim Media Kreatif Di Kiri Jalan, mengajak untuk merenungkan kembali: apakah bumi sudah cukup lega dengan langkah-langkah kecil yang kita lakukan hari ini?
Media Kreatif Di Kiri Jalan, [SMA Negeri 1 Klari]
Pembina: Fardan Mubtasir, S.Sos.
Anggota: Nadia Afrina Rambe, Anita Azzahra, Najwa Shakira, Alifia Nur Rahmawati, Nadiyah, Alifa Kirana Putri
Oleh: Alifia Nur Rahmawati
Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.
Esai: Latar Belakang

Hidup di era modern seringkali terasa seperti berlari tanpa henti, mengejar tren terbaru dan tenggelam dalam lautan konsumsi. Kita membeli, memakai, lalu membuang. Siklus yang seolah tak pernah putus ini menciptakan gunung-gunung sampah yang mengancam keberlanjutan bumi kita. Coba bayangkan jika kita menumpuk sampah atau membuang sampah secara terus menerus, apakah hal tersebut tidak menimbulkan wadah baru untuk munculnya penyakit yang bahkan sangat dikhawatirkan berdampak pada gangguan kesehatan? Melansir dari situs alodokter.com menjelaskan bahwa Selain merusak pemandangan, kebiasaan buang sampah sembarangan juga dapat menimbulkan penyakit. Jika kebiasaan ini dilakukan dalam jangka panjang, dampak buruknya akan lebih luas lagi, yaitu penurunan kualitas hidup manusia.
Di tengah tantangan ini, ada satu pertanyaan mendasar yang seharusnya kita tanyakan yaitu apakah kita sudah berada di jalur yang benar? Konsep P.U.T.A.R: Sekolah Belajar Mengubah Arah hadir sebagai jawaban, sebuah kompas yang menuntun kita untuk memutar haluan dari kebiasaan lama yang merusak menuju masa depan yang lebih bertanggung jawab. P.U.T.A.R (Pilah, Ulang, Tolak, Adaptasi, dan Renungkan) bukan hanya sekadar slogan, melainkan lima prinsip aksi nyata yang saling terhubung. Konsep ini bisa diibaratkan seperti roda yang terus berputar, setiap elemennya saling menggerakkan.
Gerakan ini dimulai dari hal yang paling fundamental, yaitu Pilah sampah. Mungkin ini terdengar sepele, tapi memisahkan sampah organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah langkah pertama yang krusial. Ini bukan hanya tentang membuang sampah, melainkan tentang belajar menghargai setiap material yang kita gunakan, memandangnya bukan sebagai "barang buangan" tetapi sebagai sumber daya yang bisa diselamatkan.
Dari sini, langkah berikutnya terasa lebih mudah yaitu Ulang, yaitu menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai. Baik itu membawa botol minum sendiri, menggunakan tas belanja kain, atau memanfaatkan kembali toples bekas, tindakan ini adalah perlawanan kecil terhadap budaya pakai-buang. Menurut survei yang dilakukan terhadap 308 responden warga SMA Negeri 1 Klari (Pedagang Kantin, Siswa, Guru dan Tenaga Kependidikan) Data survei menunjukkan bahwa kesadaran akan hal ini sudah cukup tinggi. Sebanyak 63% responden sudah membiasakan diri menggunakan botol minum/tumbler setiap hari, sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.
Namun, gerakan P.U.T.A.R. tidak berhenti di situ. Kita juga diajarkan untuk memiliki keberanian untuk Tolak. Menolak produk sekali pakai, menolak kemasan berlebihan, dan menolak
kebiasaan yang tidak perlu. Prinsip ini menantang kita untuk menjadi konsumen yang cerdas dan kritis. Tentu, ini tidak mudah, apalagi di tengah gempuran iklan yang mendorong kita untuk terus membeli. Tetapi inilah intinya: keberlanjutan sejati dimulai dari keberanian untuk mengatakan "tidak".
Setelah itu, kita perlu Adaptasi atau mengurangi konsumsi kita secara keseluruhan. Prinsip ini mengajak kita untuk mengevaluasi kembali gaya hidup kita, membedakan antara "kebutuhan" dan "keinginan". Lalu dengan mengurangi jumlah barang yang kita beli, kita secara langsung meminimalkan jejak ekologis dan tekanan terhadap sumber daya alam. Dari sinilah kita melihat celah dari data survei, di mana hanya 40,2% responden yang selalu membawa bekal untuk menghindari sampah kemasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun kita sadar, masih banyak ruang untuk perubahan.
Puncak dari semua prinsip ini adalah Renungkan. Ini adalah momen introspeksi, di mana kita kembali merenung dan merefleksikan semua tindakan yang telah kita ambil. Apakah kita sudah cukup konsisten? Apakah ada hal yang bisa kita lakukan lebih baik lagi? Renungan ini penting, karena keberlanjutan bukanlah perlombaan satu kali, melainkan sebuah perjalanan seumur hidup. Refleksi ini juga relevan dengan data survei, di mana sekitar 63% responden mengaku "cukup mengenal" dan ada 6,2% responden “sangat mengenal” konsep P.U.T.A.R ini, sementara sisanya masih belum paham sepenuhnya. Ini mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah kunci, dan P.U.T.A.R harus terus disuarakan agar semua orang bisa menjadi bagian dari perubahan serta jangan remehkan kekuatan langkah kecil kita. Menurut data survei kami, perubahan sejati dimulai dari tanganmu sendiri: bawa botol minum dan bekal, lalu pastikan setiap sampahmu berakhir di tempatnya, terpilah dengan benar. Perubahan ini akan menjadi nyata jika didukung oleh sekolah yang menyediakan fasilitas memadai. Inilah jalan kita untuk menciptakan dampak nyata bagi lingkungan.
Oleh: Anita Azzahra
Esai: Kesimpulan

Pada akhirnya, “P.U.T.A.R: Sekolah Belajar Mengubah Arah" adalah lebih dari sekadar akronim, ia adalah sebuah panggilan untuk bertindak. Kelima prinsipnya—Pilah, Ulang, Tolak, Adaptasi, dan Renungkan—menyediakan peta jalan yang jelas bagi setiap individu di lingkungan sekolah untuk tidak hanya berbicara tentang keberlanjutan, tetapi juga menjalaninya. Data yang kita miliki membuktikan bahwa kita sudah berada di jalur yang benar, tetapi perjalanan masih panjang. Tantangannya bukanlah pada niat, melainkan pada konsistensi.
Selain itu, dengan menerapkan konsep P.U.T.A.R kita tidak hanya berkontribusi pada lingkungan, tetapi juga membentuk karakter yang kuat seperti menjadi pribadi yang peduli, reflektif, dan bertanggung jawab. Mari kita jadikan P.U.T.A.R sebagai bagian dari identitas kita, sebagai kompas yang mengarahkan setiap langkah kita. Lalu dengan memutar arah dari kebiasaan lama dan berani memulai yang baru, kita tidak hanya menyelamatkan bumi, tetapi juga membuktikan bahwa setiap individu, termasuk kita para siswa, memiliki kekuatan besar untuk menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.
Meskipun data survei menunjukkan bahwa kita sudah berada pada jalur yang benar dan sebagian besar telah memahami konsepnya, perjalanan menuju keberlanjutan adalah sebuah maraton, bukan hanya cuma sementara. Tantangan terbesar bukanlah pada niat baik yang telah tumbuh, melainkan pada kemampuan kita untuk menjaga konsistensi. Niat adalah langkah awal yang krusial, tetapi konsistensi adalah kunci yang akan membuka pintu menuju perubahan yang berkelanjutan dan signifikan. Mari kita jadikan P.U.T.A.R sebagai identitas kolektif kita, sebagai kompas yang menuntun setiap langkah menuju kehidupan yang lebih bertanggung jawab. Memutar arah dari kebiasaan lama yang merusak dan berani memulai kebiasaan baru bukanlah sekadar menyelamatkan bumi, tetapi juga membuktikan bahwa kekuatan perubahan terbesar ada di tangan setiap individu. Kita adalah agen perubahan, dan dengan konsistensi, kita akan menjadi bagian dari solusi, bukan lagi bagian dari masalah yang ada.
Oleh: Anita Azzahra
Infografik

Mengupas isu penanganan sampah di lingkungan sekolah melalui penerapan konsep P.U.T.A.R. (Pilah, Ulang, Tolak, Adaptasi, dan Renungkan) yang ditujukan untuk warga sekolah, terutama siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Berdasarkan hasil survei yang melibatkan 308 responden, terjawab bahwa meskipun pemahaman konseptual P.U.T.A.R. cukup tinggi, yaitu mencapai 63% (cukup mengenal konsep P.U.T.A.R), tingkat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari masih sangat rendah. Menjabarkan setiap beberapa tahap langkah P.U.T.A.R. secara rinci, mulai dari memilah sampah organik dan anorganik, memanfaatkan kembali wadah, menolak penggunaan plastik sekali pakai, hingga membiasakan diri membawa bekal. Penerapan konsep P.U.T.A.R dapat memberikan dampak positif yang sangat berdampak, seperti mengurangi timbunan sampah secara drastis, menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman, serta menanamkan kebiasaan peduli lingkungan yang berkelanjutan di kalangan warga sekolah.
Oleh: Najwa Shakira
Rubrik Diskusi

Bukan hanya polusi, plastik kini bisa jadi inovasi untuk masa depan bumi. Dengan mengolah sampah plastik menjadi paving block inovatif, maka masalah sampah akan menjadi peluang yang bermanfaat untuk menerapkan solusi nyata bagi banyak orang dan mengatasi polusi lingkungan di Indonesia yang mencapai 68 juta ton sampah per tahun. Lewat program CSR (Corporate Social Responsibility) Pertamina aktif memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengolah limbah menjadi produk bernilai, sekaligus menghadirkan infrastruktur ramah lingkungan, sebagaimana telah sukses di Pemantangsiantar dengan program Simpatik Japing Blok. Dengan cara ini, plastik yang semula mencemari tanah, air, dan laut, justru bertransformasi menjadi pijakan kokoh untuk masa depan yang lebih hijau.
Oleh: Najwa Shakira
Foto Bercerita

Tim Media Kreatif Di Kiri Jalan memulai persiapan awal dengan menentukan tema, topik, judul, dan riset yang aka digunakan untuk mading digital ini. Selain itu, Tim kami juga telah menentukan bagiannya masing-masing untuk dikerjakan.
Foto Bercerita

Disaat tema, topik, judul, dan riset sudah ditentukan saat persiapan awal, Tim Media Kreatif Di Kiri Jalan memulai diskusi dan melakukan Trial and Error yaitu melakukan aksi nyata terhadap lingkungan dengan membawa wadah reusable untuk mengurangi penggunaan sampah plastik.
Foto Bercerita

Agar topik pembahasan P.U.T.A.R (Pilah, Tolak, Ulang, Adaptasi, Renungkan) tersebut relevan untuk seluruh warga di sekolah, Tim Media Kreatif Di Kiri Jalan melakukan sesi wawancara terhadap siswa/i, guru, dan pedagang kantin.
Foto Bercerita

Kami percaya, jika kami bisa memulai, maka akan ada lebih banyak orang yang tergerak untuk melakukan hal yang sama. Karena dengan hal terkecil sekali pun, dapat berdampak pada perubahan yang besar. Dan melalui P.U.T.A.R kami belajar bahwa menjaga bumi tidak harus menunggu aksi raksasa; cukup dari kebiasaan sederhana di sekolah, di kelas, bahkan di rumah. Inilah langkah kecil kami, semoga menjadi putaran yang tak pernah berhenti, hingga sekolah kita benar-benar tumbuh hijau bersama bumi yang kita cintai.
Oleh: Alifia Nur Rahmawati