5 Novel Fiksi Sejarah yang Menghidupkan Nuansa Abad ke-18

- Novel A Place of Greater Safety membawa pembaca ke dalam hiruk pikuk Revolusi Prancis melalui kisah tiga tokoh kunci.
- A Conspiracy of Paper berlatar di London awal abad ke-18, memperkenalkan Benjamin Weaver, seorang Yahudi mantan petinju yang beralih profesi menjadi pemburu penjahat.
- The Mermaid and Mrs Hancock membawa pembaca ke dalam atmosfer London abad ke-18 yang penuh warna, mengikuti Mr Hancock dan Angelica Neal.
Abad ke-18 adalah masa yang penuh perubahan besar mulai dari revolusi, kebangkitan ekonomi, hingga intrik politik dan sosial. Periode ini tidak hanya menciptakan catatan sejarah yang kaya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak karya sastra. Melalui novel fiksi sejarah, kita bisa merasakan kembali hiruk pikuk kota-kota lama dan kehidupan aristokrat yang penuh drama.
Membaca novel berlatar abad ke-18 seperti melakukan perjalanan waktu. Dengan detail yang hidup, tokoh kompleks, dan alur penuh kejutan, karya-karya ini mengajak kita menelusuri dunia yang asing sekaligus dekat dengan pergulatan manusia modern. Berikut adalah lima novel fiksi sejarah yang bisa membawa suasana abad ke-18 kembali hidup di hadapan kita.
1. A Place of Greater Safety – Hilary Mantel

Novel ini membawa pembaca ke dalam hiruk pikuk Revolusi Prancis melalui kisah tiga tokoh kunci yakni Danton, Desmoulins, dan Robespierre. Hilary Mantel menghadirkan cerita yang tidak hanya tentang politik penuh intrik, tetapi juga tentang persahabatan, dan pengkhianatan.
Meski panjangnya hampir 900 halaman, cerita ini justru terasa cepat mengalir karena ketegangan dan emosinya begitu kuat. Mantel menggambarkan bagaimana sebuah cita-cita besar bisa berubah menjadi kekerasan politik yang menelan pendukungnya sendiri. Bagi pencinta fiksi sejarah, novel ini menjadi pengalaman emosional yang melelahkan sekaligus memuaskan.
2. A Conspiracy of Paper – David Liss

Berlatar di London awal abad ke-18, novel ini memperkenalkan Benjamin Weaver, seorang Yahudi mantan petinju yang beralih profesi menjadi pemburu penjahat. Ceritanya dimulai ketika ia mendapat kabar bahwa ayahnya yang baru meninggal ternyata dibunuh. Dari sana, Weaver terjerat dalam penyelidikan yang membawa dirinya kembali ke masa lalu keluarga.
Di balik kisah detektif yang penuh intrik dan humor, novel ini juga mengangkat isu serius, seperti anti-Semitisme dan penindasan hukum terhadap orang Yahudi di London. Pembaca akan menemukan perpaduan unik antara petualangan kriminal, sejarah keuangan, hingga pergulatan identitas sang tokoh utama.
3. The Mermaid and Mrs Hancock – Imogen Hermes Gowar

Novel debut yang masuk nominasi Women’s Prize for Fiction ini membawa pembaca ke dalam atmosfer London abad ke-18 yang penuh warna. Ceritanya mengikuti Mr Hancock, seorang pedagang yang secara tak terduga mendapatkan kekayaan dari memamerkan seekor duyung yang aneh kepada publik.
Pertemuannya dengan Angelica Neal, seorang pelacur terkenal, juga menambah kerumitan karena hubungan mereka dipenuhi godaan, ambisi, dan kebohongan. Gowar menulis dengan detail yang memikat, membuat nuansa London pada masa itu terasa hidup. Kisah ini tidak hanya tentang asmara dan intrik sosial, tetapi juga tentang obsesi manusia.
4. Les Liaisons Dangereuses – Choderlos de Laclos

Ditulis pada 1782, novel klasik ini menyuguhkan potret aristokrasi Prancis sebelum Revolusi. Ceritanya berbentuk kumpulan surat antara Marquise de Merteuil dan Vicomte de Valmont, dua tokoh manipulatif yang gemar bermain dengan hati dan reputasi orang lain. Intrik mereka berpusat pada upaya menggoda wanita-wanita muda dan saleh demi kesenangan pribadi.
Kekuatan novel ini ada pada karakternya yang kompleks dan penuh ambiguitas moral. Tema-tema seperti cinta, dendam, dan penipuan membuatnya tetap relevan hingga kini, bahkan menginspirasi banyak adaptasi film dan teater, termasuk Cruel Intentions (1999). Dengan bahasa yang tajam dan penuh sindiran, novel ini menjadi salah satu karya epistolari paling berani di masanya.
5. Golden Hill – Francis Spufford

Berlatar 1746 di New York kolonial, cerita ini dimulai dengan kedatangan seorang pria misterius bernama Mr Smith yang membawa surat berharga senilai 1000 Euro Kehadirannya segera memicu kecurigaan dan gosip di kalangan masyarakat Manhattan, yang kala itu masih berada di bawah pengaruh kolonial Inggris.
Mr Smith pun terjebak dalam kehidupan sosial yang penuh dengan pesta, perdebatan di kedai kopi, hingga pertunjukan teater amatir. Francis Spufford menghadirkan gambaran kota New York yang masih muda namun sudah penuh kontradiksi. Novel ini tidak hanya menghibur, tapi juga membuka wawasan tentang ketegangan sosial dan politik di era kolonial.
Setiap kisah di atas membawa sudut pandang unik tentang manusia, kekuasaan, dan cinta di masa lalu yang ternyata masih relevan dengan kehidupan modern. Dari semua cerita ini, novel mana yang paling membuatmu penasaran untuk dibaca lebih dulu?