5 Salah Paham Tentang Demonstrasi, Mahasiswa Bukan Orang Bayaran!

- Mahasiswa tidak turun ke jalan demi uang, mereka mengorbankan banyak hal untuk berdemo
- Demonstrasi adalah cara efektif menyampaikan pesan kepada pemerintah dan hanya terjadi sesekali untuk isu penting
- Demonstrasi mengajarkan mahasiswa pemahaman mendalam tentang isu yang mereka perjuangkan dan keterampilan nyata yang tidak bisa didapat di kelas
- Mahasiswa tidak turun ke jalan demi uang, mereka mengorbankan banyak hal untuk berdemo
- Demonstrasi adalah cara efektif menyampaikan pesan kepada pemerintah dan hanya terjadi sesekali untuk isu penting
- Demonstrasi mengajarkan mahasiswa pemahaman mendalam tentang isu yang mereka perjuangkan dan keterampilan nyata yang tidak bisa didapat di kelas
Setiap kali mahasiswa turun ke jalan, pasti ada suara-suara sumbang yang mempertanyakan niat mereka. Padahal, demonstrasi merupakan bagian dari demokrasi, bukti bahwa rakyat masih peduli dengan negaranya. Tanpa aksi seperti ini, suara masyarakat bisa saja tenggelam oleh kepentingan segelintir orang yang punya kuasa.
Sayangnya, masih banyak yang salah paham soal demonstrasi. Padahal, kalau dipikir lagi, siapa yang rela kepanasan, kehujanan, dan menghadapi risiko bentrokan kalau niatnya hanya uang? Sering kali, mahasiswa yang turun ke jalan justru mengorbankan banyak hal, dari waktu kuliah, tenaga, hingga menghadapi ancaman akademik. Berikut adalah lima kesalahpahaman terbesar tentang demonstrasi yang perlu diluruskan.
1. "Mahasiswa demonstrasi karena dibayar"

Ini mungkin salah satu narasi paling sering terdengar setiap ada aksi demonstrasi. Banyak yang percaya bahwa mahasiswa hanya turun ke jalan karena ada imbalan uang dari pihak tertentu. Padahal, logikanya saja sudah aneh. Mahasiswa yang serius berdemo biasanya berasal dari kampus dengan biaya kuliah yang tidak murah. Uang hasil demo, jika benar ada, jelas tidak sebanding dengan biaya pendidikan mereka yang bisa mencapai puluhan juta per semester. Kalau niatnya cari uang, pasti ada cara yang lebih mudah dibanding menghadapi risiko bentrokan dengan aparat.
Faktanya, mahasiswa yang berdemo justru sering mengeluarkan uang pribadi untuk kebutuhan aksi. Mereka patungan buat cetak spanduk, konsumsi, hingga transportasi ke lokasi unjuk rasa. Bukan hanya itu, mereka juga harus menyiapkan materi tuntutan dan melakukan diskusi panjang sebelum turun ke jalan. Ini bukan sekadar kumpul-kumpul lalu teriak di jalanan, tapi ada proses riset dan persiapan yang matang. Jadi, tuduhan "demonstrasi karena dibayar" sama sekali tidak masuk akal dan hanya bertujuan untuk mendiskreditkan gerakan mahasiswa.
2. "Demonstrasi cuma bikin macet dan merugikan banyak orang"

Banyak orang kesal setiap kali ada demonstrasi di jalan raya. Kemacetan memang tidak bisa dihindari, dan itu jadi alasan utama kenapa sebagian masyarakat tidak suka dengan aksi seperti ini. Tapi, kalau dilihat dari sudut pandang lain, demonstrasi justru menjadi cara paling efektif untuk menyampaikan pesan kepada pemerintah. Kalau aspirasi hanya disampaikan lewat media sosial atau petisi online, bisa saja diabaikan. Tapi ketika ribuan orang turun ke jalan, mau tidak mau pemerintah dan masyarakat luas jadi sadar bahwa ada masalah serius yang sedang diperjuangkan.
Selain itu, demonstrasi besar biasanya hanya terjadi sesekali dan untuk isu-isu penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Misalnya, kenaikan harga BBM, undang-undang yang merugikan rakyat, atau isu demokrasi yang terancam. Jika tidak ada aksi seperti ini, masyarakat justru lebih dirugikan dalam jangka panjang. Demonstrasi bukan sekadar bikin macet, tapi cara agar suara rakyat didengar oleh mereka yang punya kekuasaan.
3. "Mahasiswa yang demonstrasi cuma cari sensasi"

Ada anggapan bahwa mahasiswa turun ke jalan hanya demi eksistensi, biar dianggap kritis, atau sekadar ikut-ikutan biar keren. Padahal, kalau mereka hanya ingin mencari perhatian, ada cara yang lebih mudah. Tidak perlu repot-repot riset kebijakan, berpanas-panasan di jalan, atau berisiko berhadapan dengan aparat keamanan. Mahasiswa yang benar-benar aktif dalam gerakan demonstrasi biasanya memiliki pemahaman mendalam tentang isu yang mereka perjuangkan. Mereka membaca, berdiskusi, dan bahkan berdialog langsung dengan masyarakat terdampak sebelum memutuskan untuk turun ke jalan.
Selain itu, demonstrasi bukanlah kegiatan yang nyaman. Mereka harus menghadapi tekanan dari berbagai pihak, mulai dari kampus, aparat, hingga masyarakat yang tidak setuju dengan aksi mereka. Bahkan, ada risiko akademik seperti ancaman drop out bagi mahasiswa yang dianggap terlalu vokal. Jadi, kalau niatnya cuma cari perhatian, rasanya terlalu mahal harga yang harus dibayar.
4. "Demonstrasi itu tidak berguna, pemerintah tetap tidak peduli"

Banyak yang skeptis dan menganggap demonstrasi tidak akan mengubah apa pun. Pemerintah, menurut mereka, tetap akan jalan sesuai kehendaknya sendiri. Tapi kalau kita lihat sejarah, banyak perubahan besar yang terjadi berkat tekanan dari demonstrasi. Reformasi 1998 yang mengakhiri rezim Orde Baru adalah contoh nyata bahwa suara rakyat bisa menggulingkan kekuasaan. Begitu juga dengan berbagai kebijakan yang akhirnya dibatalkan atau direvisi karena adanya gelombang protes dari masyarakat.
Memang, tidak semua aksi demonstrasi langsung membuahkan hasil. Tapi, tanpa tekanan dari masyarakat, pemerintah bisa saja bertindak sewenang-wenang tanpa ada yang berani mengoreksi. Demonstrasi adalah bentuk pengingat bagi mereka yang berkuasa bahwa rakyat masih mengawasi dan siap bersuara ketika hak-hak mereka terancam. Jadi, meskipun hasilnya tidak selalu instan, aksi ini tetap penting untuk menjaga keseimbangan kekuasaan dalam negara demokrasi.
5. "Demonstrasi hanya dilakukan oleh mahasiswa yang tidak mau belajar"

Sering kali, mahasiswa yang turun ke jalan dianggap sebagai mereka yang tidak serius dalam pendidikan. Orang-orang menganggap mereka lebih sibuk berteriak di jalan daripada belajar di kelas. Padahal, demonstrasi justru bagian dari proses belajar itu sendiri. Mahasiswa yang aktif berdemo biasanya memiliki pemahaman yang lebih luas tentang kondisi sosial, ekonomi, dan politik di negara mereka dibanding yang hanya duduk di kelas.
Demonstrasi mengajarkan banyak hal yang tidak bisa didapat hanya dari buku atau dosen. Mereka belajar bagaimana mengorganisasi massa, membuat strategi komunikasi, hingga menghadapi tekanan dari berbagai pihak. Ini adalah pengalaman nyata yang bisa menjadi bekal penting dalam kehidupan setelah lulus. Mahasiswa yang turun ke jalan bukan berarti tidak belajar, justru mereka sedang menerapkan ilmu yang mereka dapatkan di dunia nyata.
Demonstrasi adalah bagian penting dari demokrasi dan bukti bahwa rakyat masih peduli dengan negaranya. Sayangnya, masih banyak yang salah paham dan memandang aksi ini secara negatif. Mahasiswa yang turun ke jalan bukanlah orang bayaran, bukan sekadar cari perhatian, dan bukan juga kumpulan orang yang malas belajar.
Justru, mereka berjuang agar suara rakyat tetap terdengar dan tidak diinjak-injak oleh kekuasaan. Sebelum mudah percaya pada narasi yang beredar, penting untuk melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Jika suatu hari ada kebijakan yang merugikan dan kamu ingin bersuara, mungkin kamu sendiri yang akan berdiri di barisan demonstran dan menyadari bahwa aksi ini jauh lebih berarti daripada yang selama ini kamu kira.