Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Semakin Tinggi Kurs Dolar, Makin Bahaya Bagi Rupiah?

Ilustrasi kurs dolar AS menguat terhadap rupiah. (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi kurs dolar AS menguat terhadap rupiah. (IDN Times/Arief Rahmat)
Intinya sih...
  • Kurs dolar naik, rupiah melemah, harga barang impor seperti elektronik dan bahan bakar minyak melonjak drastis.
  • Naiknya kurs dolar bisa memicu inflasi, menekan daya beli masyarakat, dan memperberat utang dalam rupiah.
  • Kenaikan kurs dolar juga berdampak pada ekspor, investasi asing, dan tekanan ekonomi bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat selalu menjadi sorotan utama dalam perekonomian Indonesia, terutama ketika kurs dolar mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan kurs dolar bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kondisi ekonomi global, kebijakan moneter The Fed, hingga stabilitas politik dalam negeri. Ketika kurs dolar naik, rupiah akan melemah, dan pelemahan ini bukan cuma berdampak pada sektor keuangan, tetapi juga berimbas besar pada aktivitas ekonomi masyarakat.

Semakin tinggi kurs dolar, maka makin bahaya bagi rupiah karena memicu krisis yang bisa berlangsung lama jika tidak dikendalikan dengan baik. Maka dari itu, penting banget untuk memahami mengapa situasi ini bisa terjadi dan kenapa efeknya begitu meresahkan. Simak penjelasan berikut agar kamu bisa lebih paham soal bahaya yang mengintai saat kurs dolar terus menanjak naik.

1. Kurs dolar yang naik membuat barang impor tambah mahal

ilustrasi dolar (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi dolar (pexels.com/Pixabay)

Ketika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar, otomatis biaya impor berbagai barang dari luar negeri jadi lebih tinggi. Hal ini karena pembayaran transaksi internasional umumnya dilakukan dalam bentuk dolar, sehingga para importir harus mengeluarkan lebih banyak rupiah untuk mendapatkan jumlah dolar yang sama. Efek langsungnya adalah harga barang-barang impor seperti elektronik, bahan bakar minyak, hingga bahan baku industri naik drastis.

Kondisi ini tidak hanya menyulitkan pelaku usaha, tetapi juga berimbas pada konsumen akhir yang harus membayar lebih mahal untuk barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kenaikan harga barang impor ini bisa memicu inflasi, apalagi jika barang tersebut merupakan komoditas utama seperti pangan dan energi. Jadi semakin tinggi kurs dolar, makin bahaya bagi rupiah karena bisa menekan daya beli masyarakat secara perlahan tapi pasti.

2. Biaya utang luar negeri melonjak dan semakin membebani anggaran negara

ilustrasi utang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi utang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sudah jadi rahasia umum kalau Indonesia masih punya sejumlah utang luar negeri yang tak sedikit, baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta. Ketika kurs dolar naik, nilai utang dalam rupiah juga ikut meningkat karena harus dikonversikan sesuai nilai tukar terbaru. Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki utang 10 juta dolar, maka saat kurs dolar naik dari Rp14 ribu ke Rp16 ribu, jumlah uang yang harus dibayarkan naik sangat signifikan, dari Rp140 miliar menjadi Rp160 miliar.

Ini membuat beban utang semakin berat, terutama bagi perusahaan swasta yang pendapatannya dalam rupiah tapi kewajibannya dalam dolar. Kalau situasi ini terus terjadi, risiko gagal bayar pun meningkat dan stabilitas ekonomi bisa terganggu. Maka, bisa dipahami kenapa semakin tinggi kurs dolar makin bahaya bagi rupiah karena memperbesar tekanan terhadap fiskal negara.

3. Daya saing ekspor tidak serta-merta meningkat secara signifikan

ilustrasi ekspor (pexels.com/Wolfgang Weiser)
ilustrasi ekspor (pexels.com/Wolfgang Weiser)

Banyak yang salah paham kalau melemahnya rupiah justru membuat ekspor jadi menguntungkan, gak sedikit yang mengira dampaknya membuat produk Indonesia jadi lebih murah di mata pembeli luar negeri. Namun realitanya tidak sesederhana itu. Kenaikan kurs dolar memang bisa memberi dorongan pada ekspor, tetapi jika bahan baku atau komponen produksi masih bergantung pada impor, maka biaya produksi tetap tinggi. Akibatnya, keuntungan yang didapat dari nilai ekspor yang lebih kompetitif bisa tergerus oleh biaya produksi yang ikut melonjak.

Selain itu, negara-negara seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina juga sering mengalami depresiasi mata uang secara bersamaan, lho. Jadi, daya saing produk Indonesia tidak terlalu meningkat dibandingkan mereka. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap bahan impor tetap menjadi hambatan besar bagi perkembangan sektor ekspor. Oleh karena itu, semakin tinggi kurs dolar makin bahaya bagi rupiah karena manfaat ekspor tidak bisa menutupi beban biaya impor yang semakin berat.

4. Investor asing cenderung akan menarik dana mereka dari Indonesia

Ilustrasi investor. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi investor. (IDN Times/Aditya Pratama)

Investor global sangat sensitif terhadap kondisi nilai tukar, terutama ketika menyangkut risiko investasi di negara berkembang seperti Indonesia. Jika kurs rupiah melemah secara konsisten, investor asing bisa kehilangan kepercayaan dan menarik dananya dari pasar modal Indonesia. Penarikan dana ini memicu capital outflow yang bisa mengguncang pasar saham dan obligasi nasional.

Penurunan kepercayaan ini bukan hanya mempengaruhi sektor keuangan, tetapi juga iklim investasi secara keseluruhan. Perusahaan yang sedang mencari pendanaan dari luar negeri akan kesulitan karena risiko dianggap tinggi. Hal ini pada akhirnya bisa menghambat pertumbuhan ekonomi nasional yang membutuhkan investasi besar untuk membangun infrastruktur dan sektor produktif lainnya. Ttidak berlebihan jika dikatakan bahwa semakin tinggi kurs dolar, maka makin bahaya bagi rupiah karena menciptakan ketidakpastian dan menjauhkan modal asing.

5. Ketimpangan sosial makin terasa karena harga-harga makin tak terjangkau

ilustrasi harga makin tak terjangkau (pexels.com/Mark Stebnicki)
ilustrasi harga makin tak terjangkau (pexels.com/Mark Stebnicki)

Masyarakat kelas menengah ke bawah adalah kelompok yang paling terdampak ketika rupiah melemah. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok hingga listrik di Indonesia adalah akibat mahalnya impor dan nanti akan berimbas pada mahalnya kebutuhan lain. Pendapatan yang tetap, sementara biaya hidup naik menciptakan tekanan ekonomi yang berat. Bagi sebagian orang, ini berarti harus mengurangi kualitas makanan, menunda pendidikan, atau bahkan kehilangan pekerjaan karena perusahaan kesulitan operasional.

Ketimpangan ekonomi pun semakin kentara karena kelompok yang punya akses ke dolar bisa tetap bertahan atau bahkan untung, sementara kelompok miskin makin terdesak. Ketika situasi ini dibiarkan tanpa penanganan serius, potensi kerusuhan sosial hingga penurunan kualitas hidup menjadi ancaman nyata. Lagi-lagi, semakin tinggi kurs dolar, maka makin bahaya bagi rupiah karena bisa memperbesar krisis sosial-ekonomi di tengah masyarakat.

Kenaikan kurs dollar yang terus berlangsung bukan hanya berdampak pada angka-angka statistik ekonomi, tetapi juga menyentuh kehidupan nyata masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan. Mulai dari harga kebutuhan pokok hingga kepercayaan investor, semua akan ikut terguncang saat rupiah melemah. Maka dari itu, penting banget bagi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk lebih waspada terhadap pergerakan kurs.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us