Alasan Kenapa Uang Kuno Berbentuk Seperti Donat

Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa sih uang zaman dulu berbentuk seperti donat? Ya, uang logam yang memiliki lubang di tengah ini ternyata sudah ada sejak ribuan tahun lalu dan digunakan di berbagai belahan dunia. Bentuk yang unik ini tidak hanya menarik secara visual tapi juga menyimpan banyak makna sejarah dan fungsional menarik untuk ditelusuri.
Pada masa itu, penggunaan uang logam dengan lubang di tengah memiliki alasan yang lebih sekadar gaya. Mulai dari kemudahan dalam membawa hingga alasan keamanan, bentuk donat pada uang menjadi solusi praktis yang sangat relevan pada zamannya. Jadi, bukan tanpa alasan kalau para pembuat uang logam memutuskan untuk mendesain mata uang mereka dengan cara yang unik ini.
Menariknya, bentuk uang seperti donat ini tidak hanya ditemukan di satu wilayah saja. Beberapa negara seperti China dan Jepang juga mengadopsi konsep yang sama, meski dalam periode dan konteks yang berbeda. Lantas, apa sih yang membuat uang kuno berbentuk donat ini begitu populer di masa itu? Yuk, kita gali lebih dalam!
1.Sejarah uang kuno yang unik

Uang kuno yang bentuknya seperti donat juga dikenal dengan sebutan “uang bolong” dan banyak ditemukan di wilayah Nusantara. Menurut catatan sejarah, bentuk bulat dengan lubang di tengah ini bukan sekadar desain estetis. Alasan utama penggunaan desain ini adalah kemudahan penyimpanan. Uang bolong bisa disusun dan diikat dalam jumlah besar tanpa memerlukan dompet.
Selain itu, lubang tersebut dipercaya memiliki nilai spiritual, melambangkan kelancaran dan keseimbangan dalam kehidupan. Pada zaman dulu, uang dengan desain ini sering digunakan dalam transaksi sehari-hari dan menjadi bukti kreativitas masyarakat dalam menciptakan sistem keuangan sederhana tapi efektif.
2.Faktor praktis memudahkan penyimpanan dan penggunaan

Dengan lubang pada bagian tengah, koin tersebut bisa diikat dengan tali atau kayu, memudahkan orang untuk membawa uang dalam jumlah banyak sekaligus tanpa perlu khawatir tercecer. Selain itu, bentuk berlubang ini juga mempermudah perhitungan uang.
Para pedagang atau pemilik toko bisa dengan cepat menghitung koin-koin yang diikat dalam satu tali, mengurangi resiko kesalahan perhitungan saat transaksi. Ini jelas membantu memperlancar perdagangan di masa lalu, ketika sistem perbankan dan alat bantu hitung masih sangat terbatas.
3.Simbolisme dan nilai budaya

Dalam budaya Tiongkok kuno, misalnya, uang dengan lubang di tengah disebut koin cash atau koin kas. Bentuk ini diyakini melambangkan kesatuan antara langit dan bumi. Bentuk bulat pada koin mewakili langit, sedangkan lubang persegi di tengahnya melambangkan bumi.
Dengan demikian, koin ini dianggap sebagai penghubung antara manusia dan alam semesta. Keunikan bentuk donat ini juga mencerminkan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat pada masa itu, seperti keteraturan, keselarasan, dan keseimbangan. Uang kuno bukan hanya alat tukar, tetapi juga simbol status sosial yang menggambarkan kebijaksanaan, kekuatan ekonomi, dan hubungan seseorang dengan alam.
4.Pengaruh teknologi produksi uang di masa lalu

Pada masa lalu, teknologi produksi uang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan saat ini. Proses pencetakan uang pada zaman kuno sering melibatkan metode manual yang tidak serumit teknologi modern.
Salah satu teknik yang paling umum adalah cetak tangan, dimana logam dipanaskan dan dicetak menggunakan cetakan khusus. Hal ini menyebabkan bentuk uang kuno sering kali sederhana dan lebih mengutamakan fungsi daripada estetika.
Salah satu bentuk unik yang muncul dari teknologi produksi ini adalah koin berbentuk donat atau berlubang di tengahnya. Alasan utama uang kuno berbentuk donat adalah karena aspek teknik dan praktis. Di era sebelum adanya mesin pencetak uang yang presisi, membuat lubang di tengah koin memudahkan proses pembuatan sekaligus distribusi. Selain itu, lubang juga berfungsi sebagai cara untuk mengurangi penggunaan logam tanpa mengurangi ukuran fisik koin, sehingga lebih hemat bahan baku.
5. Bentuk uang kuno juga mencerminkan inovasi dan adaptasi

Bentuk dari uang kuno yang memiliki lubang tengah juga mencerminkan inovasi dan adaptasi. Dilansir laman The Royal Mint Museum, koin aluminium satu sen Afrika Timur pada tahun 1908, sebagai salah satu contoh inovasi dalam sistem moneter.
Penggunaannya mencerminkan kebutuhan akan mata uang yang ringan dan mudah digunakan di Afrika Timur. Keputusan untuk menggunakan aluminium didasarkan pada faktor ekonomi dan praktis, termasuk biaya produksi yang rendah serta sifat higienis logam tersebut. Selain itu, desain berlubang mencerminkan adaptasi terhadap kebiasaan setempat dalam menyimpan mata uang.
Lubang di tengah koin didesain agar masyarakat Afrika dapat menyusunnya dalam untaian, sebuah metode tradisional yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan cangkang cowrie yang berfungsi sebagai mata uang Afrika Timur dan Barat. Menariknya, konsep lubang di tengah koin ini bukan sekadar desain biasa. Selain mempermudah penyimpanan dan transaksi, lubang tersebut juga menjadi simbol budaya. Beberapa koin bahkan dipercayai membawa keberuntungan, sehingga banyak masyarakat menggunakannya sebagai jimat atau aksesori.
Meskipun kini uang kertas dan transaksi digital telah menggantikan uang koin kuno, warisan desain ini masih bisa ditemukan dalam koleksi museum dan beberapa mata uang modern di dunia. Sejarahnya yang unik, membuktikan bahwa inovasi dalam sistem keuangan terus berkembang seiring dengan kebutuhan zaman.