Promosikan Belajar Bahasa & Budaya, Polyglot Selenggarakan PING 2018
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Polyglot Indonesia adalah sebuah lembaga yang menginisiasi kegiatan pertukaran linguistik dan kebudayaan di lebih dari 10 kota di Indonesia. Sadar akan pentingnya belajar bahasa dan budaya untuk millenials, baru-baru ini Polyglot Indonesia menggelar rangkaian acara Polyglot Indonesia National Gathering 2018 (PING 2018) yang merupakan keenam kalinya sejak berdiri pada 2013.
Gelaran Polyglot Indonesia National Gathering 2018 (PING 2018) membawa tema "Bringing Indonesia to the World"
Dihelat pada 6-8 Juli 2018, gelaran PING 2018 ini mengangkat tema "Bringing Indonesia to the World". Polyglot percaya, Indonesia punya banyak potensi yang dapat diangkat ke kancah internasional. Karena itu, fokus PING tahun ini adalah potensi bangsa Indonesia yang memiliki generasi baru dengan segudang talenta, kekayaan budaya, dan bahasa. Menguasai bahasa asing dan juga bahasa ibu dengan baik menjadi salah satu langkahnya karena millenials akan lebih mudah berperan aktif dalam mempromosikan Indonesia pada dunia.
Acara ini diikuti talkshow bertopik seru: "Language Learning", "Making Use of Languages in the Real World", & "Becoming Individual Ambassadors and Agents of Change in Indonesia"
Editor’s picks
Selama dua hari pertama, PING 2018 diikuti dengan agenda pertemuan internal pengurus Polyglot Indonesia dari seantero Indonesia dan penandatanganan Memorandum of Understanding dengan startup artificial intelligence, Kata.ai. Di hari terakhir yang merupakan puncak acaranya, diadakan talkshow menarik dengan tiga sesi. Beberapa pembicara ternama yang sempat mengisi talkshow tersebut adalah Ivan Lanin (wikipediawan dan pecinta bahasa Indonesia) dan Irzan Raditya (Co-Founder Kata.ai).
Acara ini juga turut didukung oleh CIM Migration for Development Programme
PING 2018 juga didukung oleh CIM Migration for Development Programme. Program ini mendukung orang-orang yang ingin mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama tinggal di Jerman di negara asal masing-masing. Caranya bisa dengan menjadi returning experts, ahli diaspora, memulai bisnis sendiri, atau ikut organisasi diaspora. Dengan pengetahuan, pengalaman, dan kontak mereka, migran dapat memicu perubahan penting dan berkontribusi untuk masa depan yang berkelanjutan bagi negara asalnya.