Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bahaya Melarang Anak untuk Tidak Menangis, Rentan Depresi!

ilustrasi memarahi anak (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi memarahi anak (pexels.com/Monstera Production)

Menangis merupakan respon alami manusia terhadap berbagai jenis emosi yang dialami. Seperti rasa sedih, frustrasi, hingga kebahagiaan yang mungkin dirasakan. Biasanya bagi anak-anak menangis sering kali menjadi salah satu cara untuk membantu mereka dalam mengekspresikan perasaan, sehingga bisa dipahami oleh orangtua atau pun orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sering kali orangtua mungkin menganggap bahwa tangisan anak cukup mengganggu dan memaksa mereka untuk berhenti, padahal ternyata sikap seperti itu justru bisa menimbulkan dampak yang kurang baik bagi perkembangan emosional anak. Ada beberapa bahaya jangka panjang yang mungkin akan muncul apabila orangtua terus menerus memaksa anak untuk berhenti menangis.

1. Menekan emosi anak secara berlebih

ilustrasi anak marah (unsplash.com/Alexander Dummer)
ilustrasi anak marah (unsplash.com/Alexander Dummer)

Pada saat anak dilarang orangtuanya untuk menangis, maka hal ini akan membuat mereka mulai merasa bahwa emosi tersebut tidak boleh diungkapkan. Bukan tidak mungkin jika larangan untuk menangis akan membuat anak terus menekan perasaan mereka sendiri, entah itu rasa sedih, marah, atau pun frustrasi yang dialaminya.

Pada saat anak tidak diberikan ruang untuk mengekspresikan emosi, maka akan semakin sulit untuk mengenali dan juga memahami perasaan mereka sendiri. Hal inilah yang pada akhirnya membuat perkembangan emosional pada anak menjadi buruk karena segala emosi yang dirasakan nya tidak tervalidasi dengan baik.

2. Menghambat kemampuannya mengelola emosi

ilustrasi memarahi anak (unsplash.com/Keren Fedida)
ilustrasi memarahi anak (unsplash.com/Keren Fedida)

Anak-anak berada pada fase yang terus mempelajari banyak hal baru dalam hidupnya, termasuk salah satunya adalah cara mengelola emosi. Orangtua sering kali tidak menyadari bahwa menangis merupakan satu cara anak untuk belajar mengelola emosi yang mereka rasakan, sehingga tidak boleh dilarang begitu saja karena dapat berdampak buruk.

Jika anak dilarang menangis maka akan secara otomatis tidak memiliki kesempatan untuk belajar caranya mengatasi perasaan yang tidak nyaman. Hal ini mungkin akan menghambat perkembangan kemampuan anak dalam mengelola emosinya di masa depan, sehingga tidak tau bagaimana caranya menenangkan diri atau pun mencari dukungan pada saat merasa tertekan.

3. Merusak kepercayaan diri anak

ilustrasi anak nangis (unsplash.com/Caleb Woods)
ilustrasi anak nangis (unsplash.com/Caleb Woods)

Orangtua harus tau bahwa melarang anak menangis ternyata dapat secara otomatis mengirimkan pesan bahwa perasaan yang mereka rasakan tidak valid atau tidak penting. Hal ini akan secara otomatis merusak kepercayaan diri anak secara menyeluruh, sehingga membuat mereka merasa tidak pantas merasakan atau pun mengekspresikan emosinya.

Anak-anak yang tidak diterima emosinya mungkin akan mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan di masa depan. Dampaknya tentu akan membuat anak jadi terus merasa mindar dengan dirinya sendiri, sebab merasa tidak dihargai atau pun divalidasi perasaannya oleh orang-orang terdekat, termasuk orangtuanya sendiri.

4. Menganggap emosi sebagai hal yang buruk

ilustrasi anak menangis (unsplash.com/Annie Spratt)
ilustrasi anak menangis (unsplash.com/Annie Spratt)

Jika anak terus menerus ditekan untuk tidak menangis ternyata akan secara otomatis membuat mereka mengembangkan asumsi negatif terhadap emosi yang dialaminya. Sering kali anak mungkin melihat bahwa emosi yang dirasakan merupakan sesuatu yang harus dihindari atau pun ditekan, sehingga anak tidak bisa memahami atau pun mengelolanya dengan baik.

Bukan tidak mungkin jika anak akan terus menerus menganggap bahwa emosi yang dirasakannya merupakan kesalahannya sendiri, sehingga mereka pun akan terus menerus menyalahkan diri. Dampak jangka panjangnya akan membuat anak mudah merasa malu atau pun bersalah ketika mereka merasa sedih marah, sehingga tidak bisa menemukan solusi dalam mengatasinya.

5. Meningkatkan risiko depresi hingga masalah mental lainnya

ilustrasi anak trauma (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak trauma (pexels.com/cottonbro studio)

Pada dasarnya melarang anak untuk menangis bisa mendatangkan risiko jangka panjang tersendiri yang perlu orangtua pahami, termasuk salah satunya adalah menyebabkan masalah mental yang serius. Anak-anak yang mungkin tidak diberi kesempatan untuk mengekspresikan emosinya, termasuk menangis akan lebih rentan mengalami depresi atau pun masalah mental di kemudian hari.

Bagaimana pun juga hidup tidak akan selalu berjalan mudah, sehingga tekanan emosional yang terus menerus dialami anak bisa jadi akan menyebabkan kecemasan, depresi, hingga masalah perilaku lainnya. Selain itu, anak-anak mungkin akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, sebab mereka tidak pernah belajar bagaimana caranya mengekspresikan perasaan dengan tepat.

Mengizinkan anak menangis sebetulnya menjadi bagian penting dari mendukung perkembangan emosional anak secara maksimal. Daripada orangtua melarang anak untuk menangis, tentu akan lebih baik apabila didampingi dan didengarkan agar anak merasa dipedulikan oleh orangtuanya sendiri. Mengajari anak tentang cara mengelola perasaan dan juga emosinya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tresna Nur Andini
EditorTresna Nur Andini
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Ide Lomba Class Meeting SD yang Edukatif, Seru dan Anti Bosan!

15 Des 2025, 12:10 WIBLife