Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Dampak Parental Pressure pada Anak yang Sering Diabaikan

ilustrasi parental pressure (pexels.com/Monstera Production)
Intinya sih...
  • Tekanan orang tua meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental anak, seperti kecemasan dan depresi.
  • Stres akibat tekanan dapat mempengaruhi kesehatan fisik anak, seperti gangguan tidur dan masalah pencernaan.
  • Parental pressure dapat menurunkan rasa percaya diri, memengaruhi pilihan karier, dan menciptakan perasaan insecure pada anak.

Apakah kamu pernah menaruh terlalu banyak tekanan kepada anak untuk ditanggung? Bagi banyak anak, parental pressure atau tekanan dari orang tua bukan hanya menjadi tantangan sementara. Melainkan juga meninggalkan dampak mendalam yang bertahan hingga dewasa. Di tengah upaya orang tua untuk memberikan yang terbaik, mereka mungkin tanpa sadar menempatkan ekspektasi yang berlebihan pada anak-anak mereka. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental, emosional, dan fisik mereka.

Artikel ini akan membahas lima dampak signifikan dari parental pressure terhadap anak. Dengan memahami efek-efek ini, orang tua dapat lebih bijaksana dalam mendukung perkembangan anak tanpa memberikan beban yang tidak perlu.

1. Menganggu kesehatan mental

ilustrasi anak yang merasa depresi (pexels.com/Kindel Media)

Tekanan berlebihan dari orang tua dapat meningkatkan risiko anak mengalami gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Ketakutan akan kegagalan sering kali membuat anak-anak berpikir negatif tentang diri sendiri. Akibatnya, mereka merasa tidak pernah cukup baik meskipun sudah berusaha keras.

Kondisi ini dapat memperburuk keadaan saat anak tumbuh dewasa. Mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam membangun rasa percaya diri karena terus dibayangi ekspektasi yang tidak realistis. Jika dibiarkan gangguan ini dapat berdampak pada kualitas hidup seorang anak secara keseluruhan di masa depan.

2. Menganggu kesehatan fisik

ilustrasi anak yang merasa kelelahan fisik (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Stres akibat tekanan orang tua sering kali tidak hanya berdampak pada kesehatan mental tetapi juga fisik. Anak-anak yang terus-menerus merasa tertekan mungkin mengalami gangguan tidur, sakit kepala, atau masalah pencernaan. Mereka mungkin terjaga hingga larut malam karena belajar atau merasa cemas tentang nilai akademik mereka yang akhirnya mengganggu pola tidur.

Gangguan fisik ini tidak hanya memengaruhi keseharian mereka tetapi juga dapat menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan. Jika tidak ditangani, masalah-masalah ini dapat berkembang menjadi kondisi kronis yang membutuhkan penanganan medis.

3. Menurunkan rasa kepercayaan diri

ilustrasi anak yang kurang percaya diri (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Ketika anak merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi orang tua, kepercayaan diri mereka sering kali menurun. Mereka mungkin mulai meragukan kemampuan diri sendiri dan merasa tidak layak yang pada akhirnya menciptakan perasaan insecure. Hal ini tidak hanya memengaruhi masa kanak-kanak tetapi juga dapat berlanjut hingga dewasa.

Dampaknya pun meluas ke berbagai aspek kehidupan, seperti pilihan karier dan hubungan pribadi. Anak-anak yang tumbuh dengan kurangnya rasa percaya diri seringkali menghindari tantangan baru karena takut gagal. Akibatnya, potensi mereka tidak berkembang secara maksimal hanya karena rasa takut yang terus menghantui.

4. Menurunkan prestasi akademik

ilustrasi lelah bekerja. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Ironisnya meskipun tekanan akademik sering dimaksudkan untuk memotivasi anak hasilnya justru sebaliknya. Anak-anak yang berada di bawah tekanan tinggi cenderung kehilangan motivasi dalam diri untuk belajar. Mereka lebih fokus pada ketakutan akan kegagalan dibandingkan dengan menikmati proses belajar itu sendiri.

Hal ini menyebabkan penurunan performa akademik dan meningkatkan kecemasan terhadap tugas-tugas sekolah. Alih-alih merasa termotivasi, anak-anak justru merasa terbebani yang pada akhirnya menghambat kemampuan mereka untuk mencapai potensi akademik terbaik mereka.

5. Kesulitan dalam bersosialisasi

ilustrasi anak yang mengurung diri (pexels.com/Juan Pablo Serrano)

Tekanan dari orang tua juga dapat membuat anak menarik diri dari lingkungan sosial. Anak-anak akan terlalu fokus untuk memenuhi harapan orang tua hingga mengabaikan hubungan pertemanan dan aktivitas sosial lainnya. Hal ini bisa membuat mereka mengurung diri yang menghambat perkembangan keterampilan sosial mereka.

Dalam jangka panjang, kurangnya bersosialisasi dengan orang lain dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat dan bermakna. Anak-anak yang tumbuh dengan tekanan ini mungkin merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain atau memahami dinamika sosial yang kompleks.

Meskipun keterlibatan orang tua sangat penting untuk perkembangan anak, parental pressure atau tekanan yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif yang signifikan. Oleh karena itu sebagai orang tua penting untuk selalu mendukung anak dengan cara yang membangun tanpa memberikan beban yang berlebihan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Budhiman Prakoso
EditorBudhiman Prakoso
Follow Us