Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Karakter Terbentuk pada Individu yang Sering Dikritik di Masa Kecil 

ilustrasi dua orang sedang berbincang (pexels.com/Jopwell)
ilustrasi dua orang sedang berbincang (pexels.com/Jopwell)

Saat masa kecil, sering kali seseorang terbentuk oleh pengalaman, lingkungan, atau pengaruh lainnya yang belum dipahami saat itu. Salah satunya, saat berkaitan dengan kritik yang kamu terima dari orang lain di masa tersebut. Ketika dewasalah, mungkin mulai menyadari dampak yang ditimbulkan atau karakter seperti apa yang diam-diam terbentuk di dalam diri kamu. Bisa jadi, sifat-sifat ini pun kamu bawa akibat dari terlalu sering dikritik tersebut tanpa benar-benar kamu sadari.

Psikologi menjelaskan lebih lanjut dampak panjang yang bisa terjadi jika seseorang terlalu banyak dikritik di masa kecilnya. Biasanya, ada sejumlah ciri utama yang akan muncul pada orang tersebut saat dewasa.

Memahami tentang apa saja dampak dikritik secara berlebih oleh lingkungan sekitar semasa kecil ini dapat membuat kamu lebih memahami bentuk luka inner child yang mungkin terjadi di masa lalu. Selain itu, kamu juga bisa melihat apakah lebih banyak baik atau buruknya, saat seorang anak mendapat kritik berlebih. Cari tahu penjelasan selengkapnya berikut ini!

1. Terlalu kritis terhadap diri sendiri

ilustrasi potret individu sedang mendengar kritik (pexels.com/Edmond Dantès)
ilustrasi potret individu sedang mendengar kritik (pexels.com/Edmond Dantès)

Anak-anak yang tumbuh dengan menerima banyak kritik, sering kali tubuh sebagai orang dewasa yang juga memiliki pola kritik serupa pada diri sendiri. Berdasarkan psikologi, kondisi ini dapat dijelaskan karena sudut pandang terbesar mereka, dalam hal ini mengenai kritik menjadi terinternalisasi dalam diri. Pada akhirnya, individu ini menjadi lebih teliti dan sangat keras pada setiap tindakan dan keputusan yang dibuat.

Suara yang terinternalisasi di dalam diri mereka ini datang tidak henti-hentinya, membuat diri mereka menetapkan standar tinggi yang tidak realistis, kemudian mencaci-maki diri sendiri ketika gagal.

Apa kamu sendiri juga merasa tidak asing dengan ciri-ciri karakter tersebut? Pahamilah, jika meskipun jika kamu sebenarnya ingin mendorong etos kerja yang kuat dan menjadi sangat perhatian terhadap detail, kritik terhadap dirimu sendiri yang seakan tak kenal ampun itu dapat mengakibatkan stres, kecemasan, hingga harga diri yang rendah.

Dengan kamu memahami akar sifat ini, bisa jadi langkah pertama untuk memutus siklus kurang baik ini dan mengembangkan kebiasaan untuk lebih mencintai dan menghargai diri sendiri.

2. Perfeksionisme

potret para karyawan sedang berdiskusi (pexels.com/Werner Pfennig)
potret para karyawan sedang berdiskusi (pexels.com/Werner Pfennig)

Seorang anak yang tanpa sadar terlalu sering menerima kritik semasa kecil, sering kali ditemui juga tumbuh sebagai pribadi yang sangat perfeksionis. Misalnya, ketika saat bertumbuh dewasa tersebut kamu sering kali mendapat kritik akan nilai yang buruk, kurang berprestasi di sekolah, dan sebagainya. Pada akhirnya, kamu mungkin jadi terdorong untuk selalu mencapai segala sesuatu melebihi orang lain.

Kamu bahkan mengejar mengerjakan berbagai hal dengan harapan mendapat nilai "sempurna" yang sebenarnya sangat sulit untuk dicapai tersebut.

Meskipun perfesionisme sering kali dipandang sebagai sifat yang membuat kagum, namun sebenarnya bisa sangat melemahkan seseorang. Jika kebiasaan perfeksionis ini terus berlanjut, dapat menyebabkan ketakutan dan kegagalan, penundaan, bahkan kelelahan. Ibaratnya seperti kamu terjebak di sebuah treadmill, di mana kamu didorong untuk terus berlari dan mencapai lebih banyak lagi.

Mengenali sifat perfeksionis di dalam diri kamu sejauh apa itu sangat penting. Langkah tersebut perlu dilakukan untuk menyeimbangkan antara ambisi dan self-care, pahamilah bahwa menjadi tidak sempurna itu tidak apa-apa.

3. Kesulitan menerima pujian

potret karyawan sedang berbincang (pexels.com/RDNE Stock project)
potret karyawan sedang berbincang (pexels.com/RDNE Stock project)

Karakter lain yang biasanya ada pada orang yang sering mendapat kritik di masa kecil, yakni sulit untuk menerima pujian. Alih-alih menerima pujian dari orang lain, kamu mungkin mencurigai adanya motif tersembunyi dari orang yang menyatakan pujian tersebut, bahkan beranggapan bahwa mereka tidak tulus.

Menurut psikologi, diketahui untuk setiap komentar negatif yang diterima seseorang, diperlukan setidaknya lima komentar positif untuk menghilangkan dampak dari komentar negatif tersebut.

Artinya, jika kamu terbiasa hidup di lingkungan ketika kritik hal biasa, menerima tanggapan positif bisa terasa asing hingga tak nyaman. Meskipun begitu, seiring berjalannya waktu psikologi percaya jika manusia bisa belajar untuk menerima kritikan ini dengan lebih ramah dan mulai mempercayainya.

Ingat, menghargai pujian yang orang lain berikan kepadamu itu bukan kesalahan. Justru, menerima pujian dengan senang dan mengakui itu sebagai tanda diri kamu terus bertumbuh lebih baik, itu adalah sebuah anuagerah yang seharusnya disyukuri.

4. Ketahanan

potret individu dengan ketahanan baik di kantor (pexels.com/Kampus Production)
potret individu dengan ketahanan baik di kantor (pexels.com/Kampus Production)

Menariknya, salah satu karakter yang bisa tumbuh pada diri individu yang sering menerima kritik adalah ketangguhan atau tahan banting. Terbiasa terus-menerus menerima kritik, biasanya menjadikan individu ini mengembangkan kemampuan untuk bangkit setalah alami kemunduran lebih cepat daripada orang lain. Kondisi bisa terjadi, karena mereka telah belajar dari usia muda untuk beradaptasi dan terus bergerak maju, terlepas dari apapun rintangan yang dihadapi.

Dikutip dari buku The Art of Resilience: A Practical Guide to Developing Mental Toughness, pengalaman tumbuh penuh kritik bisa dimanfaatkan untuk diubah menjadi kekuatan pribadi. Meskipun, manfaat ini terdengar seperti sebuah hikmah yang bisa dipetik dari tumbuh dalam kritik, tetapi tetap tak bisa dibenarkan sepenuhnya. Bahkan ketika kamu sendiri adalah seseorang yang tangguh sekalipun, banyak orang yang masih bergulat dengan sifat insecure, kurangnya self-worth dan sifat negatif lainnya yang ada dalam daftar ini. Namun, dengan menyadari manfaat tersebut bisa menjadi tips untuk mengatasi luka masa lalu tersebut dengan lebih bijak, agar terus maju.

5. Takut akan penolakan

ilustrasi potret seorang individu kurang percaya diri (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi potret seorang individu kurang percaya diri (pexels.com/RDNE Stock project)

Dikritik berlebihan saat masih anak-anak juga sering kali menimbulkan rasa takut mendalam akan penolakan. Ketakutan tersebut bisa berbentuk dalam banyak hal, mulai dari menghindari hubungan dekat hingga terus-menerus mencari persetujuan. Individu ini bisa jadi memiliki perasaan gelisah saat mulai dekat dengan orang lain, kamu khawatir jika orang lain akan menolak kamu jika melakukan kesalahan atau saat tidak bisa memenuhi harapan mereka. Itulah mengapa, kamu pun menjadi lebih nyaman saat menjaga jarak dengan orang lain.

Rasa takut yang kamu miliki ini memang bisa jadi kelemahan yang membatasi diri, namun jika kamu berhasil mengenalinya dengan baik, maka kamu bisa lebih mengetahui langkah seperti apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Ini adalah soal bagaimana kamu. bisa mempercayai diri sendiri dan orang lain, serta memahami bahwa setiap orang itu bisa berbuat kesalahan dan merupakan hal wajar. Ingat, setiap orang itu berhak mendapatkan penerimaan dan cinta, terlepas dari apapun kekurangan yang dimiliki diri.

Memahami masa lalu kamu dan bagaimana pengalaman itu membentuk diri kamu sendiri,  merupakan sebuah perjalanan yang dapat membawa tantangan dan wawasan. Jika kamu melihat sifat-sifat ini sebagai akibat dari menerima kritik berlebih saat masih kecil, ingat untuk mengakui kondisi ini merupakan langkah positif pertama yang harus kamu miliki.

Terlepas dari sifat-sifat ini ada berkat pengalaman yang menyakitkan, sebenarnya setelah kamu memahaminya, kamu bisa mengubahnya menjadi kekuatan yang  memajukanmu, bukannya menjatuhkanmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Salsabila Kurnia
EditorNadhifa Salsabila Kurnia
Follow Us