5 Manfaat Penerapan Jam Belajar di Rumah, Libur Cuma saat Weekend

Ketika kamu masih kecil, apakah ada jam belajar di rumah? Kalau ada, kemungkinan besar dirimu juga akan menerapkannya pada anak. Akan tetapi bila baik kamu maupun pasangan tidak mengenal waktu khusus untuk belajar di rumah, hal ini barangkali terasa asing dan gak penting.
Padahal, tentu saja jam belajar sangat utama bagi anak-anak sekolah. Apalagi anak masih kecil sehingga perlu sering dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang positif. Kalau jam belajar baru hendak diterapkan setelah anak duduk di bangku sekolah menengah, ini terlambat. Kebiasaan belajar sesukanya saja sudah mengakar kuat.
Tantangan saat dirimu akan memberlakukan jam belajar pada anak yang duduk di sekolah dasar biasanya seputar tega atau tidak. Namun, selama kamu dan pasangan yakin terhadap manfaat dari jam belajar, seharusnya tidak perlu ada perasaan seolah-olah kalian tengah bersikap kejam. Sisi positifnya banyak sekali seperti di bawah ini.
1. Melatih anak untuk berdisiplin dan produktif sejak dini

Mendisiplinkan anak tidak hanya bisa dilakukan dengan memintanya tidur dan membangunkannya tepat waktu. Juga tak sekadar mengembalikan mainan ke tempatnya. Menerapkan jam wajib belajar pun bagian dari mendisplinkan anak. Anak gak boleh terlena dan memakai seluruh waktunya buat kegiatan yang kurang bermanfaat.
Selain pembentukan kedisplinan, mengadakan jam belajar juga mengajari anak untuk produktif sejak dini. Tentu bentuk produktivitasnya disesuaikan dengan usia serta kemampuannya. Jika produktivitas orang dewasa salah satunya dalam bentuk pekerjaan, anak cukup dengan giat belajar.
Lamanya waktu belajar tergantung dari kemampuannya memusatkan perhatian. Kalau anak mudah capek dan kehilangan konsentrasi, satu sesi belajar bisa 45 sampai 60 menit saja. Namun, nanti ada sesi kedua. Sementara anak yang mampu belajar lebih lama bisa langsung mengikuti jam belajar pukul 18.30 hingga 20.30 misalnya.
2. Anak terbiasa membaca meski gak ada PR dan ulangan

Tanpa adanya jam belajar, sulit sekali membentuk kebiasaan membaca buku-buku pelajaran pada anak. Ia hanya akan belajar ketika ada PR atau besoknya ulangan. Proses mengerjakan PR juga menjadi tidak lancar. Walaupun jawaban atau cara mengerjakan sebenarnya sudah ada di dalam uraian materi, anak tak tahu karena gak pernah membacanya.
Tugas orangtua dalam mendampingi anak belajar menjadi jauh lebih berat. Hal ini tidak akan terjadi apabila selalu ada jam belajar di rumah. Saat gak ada PR atau ulangan, anak dibiasakan untuk membaca buku pelajaran sesuai jadwal besok. Anak juga dapat mengerjakan soal-soal latihan yang ada di bawah setiap uraian materi.
Meski awalnya ini memerlukam pendampingan orangtua, sebentar kemudian ia telah dapat belajar secara mandiri. Kapan pun ada PR, anak lebih cepat dalam mengerjakannya. Ketika besok ulangan, dia juga lebih mudah menyiapkan diri. Anak tak terlalu terbebani buat menghafalkan begitu banyak materi dalam semalam karena sudah sering membaca bukunya.
3. Orangtua juga bisa sambil belajar dan bekerja

Jam belajar anak juga memberi kesempatan pada orangtua untuk melakukan hal-hal produktif. Terutama saat anak sudah bisa belajar sendiri. Kamu dan pasangan bisa memakai waktu 1 hingga 2 jam tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan yang mau tak mau mesti dibawa ke rumah.
Seperti menyiapkan presentasi untuk bertemu klien besok, merapikan catatan rapat sepanjang hari tadi, dan sebagainya. Kalian pun dapat beres-beres rumah. Misalnya, mencuci peralatan memasak dan makan malam serta menyiapkan menu sarapan dan bekal untuk besok biar tidak terburu-buru.
Pun jangan lupa, orangtua juga perlu belajar untuk menambah pengetahuannya. Bila pekerjaan kantor maupun domestik sudah beres, duduklah tak jauh dari anak untuk membaca buku.
Ketekunan orangtua dalam belajar bakal meningkatkan semangat anak. Ia tidak merasa cuma dirinya yang diharuskan untuk belajar selagi orangtua bisa bebas bersantai.
4. Mengurangi ketergantungan akan hiburan

Hiburan tentu ada manfaatnya, seperti membuat orang lebih rileks. Akan tetapi, mengonsumsi hiburan jangan berlebihan karena bisa membuat orang merasa malas melakukan hal-hal lain yang lebih utama. Nikmati hiburan hanya saat betul-betul ada waktu luang seperti di akhir pekan atau sedikit waktu di hari kerja.
Dengan adanya jam belajar, anak cuma bisa menikmati hiburan di luar waktu tersebut. Contohnya, jam belajar ditetapkan antara pukul 18.30-20.30. Artinya, anak hanya dapat menonton film kartun di sore hari selepas tidur siang. Pukul 21.00 anak sudah harus tidur.
Jeda 30 menit antara waktu belajar dengan jam tidur dapat digunakan buat orangtua serta anak mengobrol santai. Bisa juga membaca buku dongeng sekalian untuk pengantar tidurnya.
Begitu pula orangtua membatasi diri dari konsumsi hiburan secara berlebihan. Selama jam belajar anak, orangtua gak boleh menyalakan televisi atau hiburan apa pun dari smartphone.
5. Sampai anak dewasa bakal berpikir bahwa belajar itu penting

Cara pandang seseorang tentang belajar sangat dipengaruhi oleh kebiasaan di rumah sejak ia kecil. Kalau anak tidak dibiasakan untuk belajar secara rutin, ia akan berpikir belajar bukan kegiatan yang penting. Lebih banyak waktunya di rumah dipakai buat bermain dan bersantai.
Maka dua kegiatan itulah yang menurutnya lebih utama serta menyenangkan daripada duduk tenang mempelajari sesuatu. Akibatnya, motivasi berprestasinya juga selalu rendah. Anak mengerjakan tugas dan ulangan sekadarnya saja. Ambisinya untuk lebih pandai sangat kurang.
Hingga kelak ia bekerja pun cenderung lambat dalam memahami tugas-tugas. Dia menolak mengikuti berbagai pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan kerjanya.
Setelah ia berumah tangga, dia pun membebaskan anak buat belajar atau tidak. Bahkan bila anaknya suka belajar, ia seperti mencelanya dan mendorong anak untuk melakukan hal-hal yang lain saja. Jangan belajar terus.
Jam belajar amat penting diterapkan di rumah sebab anak memang di fase menjadi pelajar. Jangan menunggu anak mengalami kesulitan belajar baru orangtua pusing tujuh keliling mencari solusinya.
Jam belajar ini juga dapat diterapkan bahkan sebelum anak mulai bersekolah. Aktivitasnya menyesuaikan seperti belajar mengenal warna, huruf, angka, nama-nama, dan sebagainya.