Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Buruknya Komunikasi dalam Keluarga, Gadget Jadi Penghalang

ilustrasi pasangan (pexels.com/Gary Barnes)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Gary Barnes)

Rasa kekeluargaan perlahan-lahan akan memudar bahkan hilang sepenuhnya kalau komunikasi tidak dijaga. Pertalian darah saja tak cukup kuat untuk mendekatkan perasaan. Kedekatan perlu dibangun dengan lebih sering saling mengobrol baik antara orangtua dengan anak maupun antarsaudara.

Melalui komunikasi pula setiap anggota keluarga mampu memberikan dukungan atas problem masing-masing. Jangan sampai ada anggota keluarga yang lebih nyaman membicarakan masalahnya dengan orang lain ketimbang saudara kandung. Agar komunikasi keluarga di rumah berjalan lancar, lima hambatan ini harus disingkirkan.

1. Sikap terlalu individualis

ilustrasi individualis (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi individualis (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Di dalam keluarga mestinya ada perasaan terhubung satu sama lain. Ini bermakna harus ada kepedulian terhadap saudara, anak, dan orangtua. Apa yang menjadi kebutuhan anggota keluarga bila tidak dapat dipenuhi sendiri, berarti perlu dibantu oleh anggota keluarga yang lain.

Bukan malah para penghuni rumah saling cuek ketika saudaranya menghadapi persoalan. Baik diri sendiri maupun keluarga sama pentingnya. Kurangi sifat egois yang membuat kita terlalu fokus pada diri sendiri dan abai pada orang lain termasuk keluarga.

2. Kesibukan tinggi di luar rumah

ilustrasi keluarga (pexels.com/William Fortunato)
ilustrasi keluarga (pexels.com/William Fortunato)

Seiring dengan datangnya masa dewasa, kesibukan di luar rumah memang cenderung bertambah tinggi. Akan tetapi, jangan lupakan pentingnya kelancaran komunikasi dengan keluarga. Hal ini tak sepenuhnya dapat dijembatani dengan adanya smartphone.

Sebab ketika kita terlalu sibuk, membuka smartphone untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga saja tak akan sempat. Sibuk dan menjadi produktif memang penting. Namun, kesibukan di luar rumah tetap perlu direm supaya saat pulang, kita masih punya energi dan minat buat menjalin keakraban dengan anggota keluarga.

3. Asyik dengan gadget masing-masing

ilustrasi sibuk dengan gadget (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi sibuk dengan gadget (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Pembatasan penggunaan gadget saat di rumah mungkin perlu dilakukan. Tidak usah terlalu ketat. Cukup sampai terbentuk komitmen yang kuat untuk setiap orang lebih mengutamakan bercakap-cakap dengan anggota keluarganya ketimbang main gadget.

Gawai yang dimiliki ditempatkan kembali sesuai fungsinya. Yaitu, sebagai perangkat yang memudahkan keperluan manusia. Namun, tidak menghilangkan kebutuhan manusia akan interaksi secara langsung dengan manusia lainnya.

4. Aturan sangat ketat bikin takut

ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/cottonbro studio)

Di dalam keluarga memang perlu ada sejumlah aturan. Tujuannya supaya kehidupan di rumah berjalan dengan tertib. Aturan bahkan dapat memengaruhi masa depan anak-anak.

Namun, aturan seperti apa yang tepat buat diterapkan di rumah? Pastinya hanya aturan yang membentuk kedisplinan dan rasa tanggung jawab, bukan ketakutan yang berlebihan pada pembuatnya. Aturan yang terlalu ketat terasa sebagai pengekangan.

Anggota keluarga yang terkena aturan tersebut menjadi kehilangan kebebasan dan keberaniannya. Dalam keadaan tertekan, siapa pun akan cenderung diam serta menarik diri. Dampaknya, komunikasi di keluarga macet.

5. Tumpukan masalah yang tak terselesaikan dengan baik

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi pertengkaran (pexels.com/Keira Burton)

Masalah pasti mewarnai kehidupan berkeluarga. Baik masalah antara suami dengan istri, orangtua dengan anak, maupun anak dengan adik atau kakaknya. Bagaimana penyelesaian setiapnya?

Bila problem-problem yang ada tak pernah terpecahkan dengan baik, hati-hati. Setelah lelah bertengkar, antarindividu yang terlibat mungkin menjadi malas bicara. Hubungan telah merenggang.

Komunikasi keluarga yang baik serta lancar penting sekali untuk merekatkan hubungan. Di dalamnya ada keterbukaan, rasa saling percaya, kemauan buat memahami, serta kemampuan untuk memberikan dukungan. Keluarga bukan hanya tentang hubungan darah, melainkan yang terpenting justru saling bicara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tanda Dia Serius meski Kalian LDR

18 Sep 2025, 22:33 WIBLife